Prolog

2.4K 139 14
                                    

Siluet itu tampak seperti seseorang yang membawa vas.

Sebenarnya benda itu lebih terkenal dengan nama kotak, tetapi si siluet tidak paham kenapa. Benda itu sudah jelas sebuah vas. Tengahnya lebih cembung, ujung atasnya melebar terbuka, ada sebuah tutup, dan dilengkapi sebuah pegangan. Sudah jelas sebuah vas.

Apa yang salah dengan mereka, sih?

Si siluet berjalan dengan ringan melewati salju Pegunungan Himalaya yang tak ada habisnya. Mengapa dia memilih Gunung Everest, dia kadang terheran sendiri. Untuk apa yang direncanakannya, pilihannya ini terasa cocok – alasannya sesederhana itu.

Badai salju tanpa henti tidak mengganggunya sama sekali – dia sudah terbiasa tinggal di atas gunung. Lagipula, dia bekerja lebih baik di tengah dingin – semakin dingin, semakin baik. Sebagian besar orang akan memaki-maki angin beku yang terus-menerus bertiup kesana-kemari di tengah malam yang dingin ini, tetapi si siluet tidak melihat apapun lagi selain betapa cantiknya kristal-kristal salju itu berkelap-kelip seperti bintang di kejauhan sana.

Dia selalu menyukai salju, dan lebih-lebih lagi, dia sangat suka es. Mungkin itu alasan lain baginya untuk memilih Gunung Everest. Intinya, dia tidak bisa memilih tempat lain yang lebih cocok untuk melakukan rencananya.

Tidak setitik pun ketidaknyamanan bisa menghentikannya saat ini. Dia telah menjelajah begitu jauh untuk menemukan vas itu, dan waktunya yang terbuang tidak sedikit. Sebagian besar karena dia harus bersembunyi di bayang-bayang. Orang-orang dari jenisnya mencarinya tanpa lelah, dan walaupun mereka tidak lagi bermain-main dengan urusan orang banyak, itu tidak berarti mereka telah tiada. Dia butuh tempat yang rahasia dan terpencil.

Tempat terpencil – alasan bagus lainnya untuk memilih puncak Gunung Everest.

Banyak ukiran di permukaan vas itu – hasil karya ahli-ahli tembikar dari masa-masa purba. Ukiran-ukiran itu menunjukkan gambar seorang wanita dan pria yang sama-sama telanjang di satu sisi, gambar si wanita membuka sebuah vas di sisi lainnya, kemudian gambar berbagai macam bencana di sisa permukaan vas yang ada. Si siluet tahu bahwa bangsa Yunani membuat gambar-gambar itu sebagai peringatan jauh sebelum vas itu akhirnya menghilang setelah turunnya Air Bah.

Air Bah. Si siluet menyeringai.

Dia menurunkan satu tangannya hingga menggapai selimut salju di tanah, merasakan dinginnya merayapi tangan telanjangnya. Seringainya berubah menjadi kekehan kecil.

Ini cukup.

Dia meletakkan vas itu di tanah. Dia tahu bahwa dia tidak bisa mengulangi kesalahan Pandora yang membuka vas itu tanpa persiapan yang matang, jadi dia memutar sedikit gagang vas itu.

Sebuah antarmuka hologram berkelip menyala di atas tutupnya.

Antarmuka itu tampak sangat tua dan kuno, tetapi si siluet tahu cara menggunakannya. Walaupun terkadang antarmuka itu berkedip tak terkendali karena umurnya, ia tetap menyala cukup lama bagi si siluet untuk menekan beberapa tombol yang semakin mendekatkannya kepada tujuan awalnya.

Ini dia.

Dia membuka tutup vas itu.

Si siluet menyeringai, terkekeh, dan akhirnya tertawa. Sudah waktunya.

Konon katanya, Hari Akhir akan tiba saat tiada yang mengharapkannya. Konon katanya, Hari Akhir akan tiba tanpa peringatan apa-apa. Konon katanya, tidak akan ada satu orang pun yang bisa menebak kapan hari itu tiba.

Dan semua kabar itu memang benar.

***

Myth Jumpers [Archived]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang