Bab Lima

634 38 49
                                    

Catatan penulis: Maaf untuk keterlambatan postingnya, hehe. Ini dia. Mulmed perbandingan ukuran Kur dengan Luke dan Laura. Di mana Luke dan Lauranya? Dua garis sebesar upil di antara kedua kaki Kur itulah mereka. Besar ya?

Oke, maaf memperlambat kalian. Selamat menikmati!

***

Y Ddraig Goch ternyata adalah bahasa Wales untuk Naga Merah. Rangkaian kata itu secara harfiah berarti The Red Dragon. Sekilas, aku teringat novel horor berjudul sama yang bertokohkan Hannibal Lecter – psikiater kanibal genius yang tersohor itu – dan untungnya, Naga Merah tidak seperti Lecter. Tetapi pantas saja dia minta dipanggil Naga Merah. Toh, itu memang namanya.

Naga Merah mengirimkan seekor naga gembul yang berwarna putih bersih, tanpa noda ataupun corak, untuk mengantarkan kami keluar. Jalan ini adalah jalan pintas kami, kata Naga Merah. Dari situlah kami bisa keluar mencari makan dan terbang.

"Hei," ujarku singkat kepadanya. "Terima kasih."

Sama-sama, kata Naga Merah seraya si putih bersih mengantarkan kami melewati sebuah terowongan yang sangat lebar, tersembunyi di balik sebuah lapisan batuan tipis. Perjuangkan kaum kami, Putra Thor dan Putri –

"Tunggu, apa?" aku baru saja membalas, tetapi batu tipis tadi bergulir di tempat dan menutup terowongan di belakang kami, menghalangiku dari Naga Merah. Aku tidak sempat mendengar apa kata Naga Merah berikutnya karena batu tipis itu menutup duluan, tetapi aku jelas merasa ganjil dengan Putra Thor. Aku menengok ke Laura untuk menunjukkan keherananku, dan aku baru sadar aku tidak bisa melihatnya. "Laura?"

"Hmm?"

Suaranya datang dari persis di depanku. "Kenapa semuanya jadi sangat gelap begini?"

"Aku bisa melihatmu, kok," kata Laura bingung. "Tetapi...ah."

"Apa?"

Saat itu juga, mendadak terowongan itu menjadi lebih terang seakan ada tiga obor raksasa dinyalakan secara bersamaan – Si Putih, Ray, dan Beth semua menyemburkan api kuning kecil dan membiarkan api itu menyala di depan moncong mereka. Si Putih menggeram sambil menelengkan kepalanya, dan Ray dan Beth memberi sinyal kepada kami agar mengikuti mereka.

"Nanti saja," kata Laura ragu sambil bergerak mengikuti para naga. "Ayo."

"Laura, ada apa?" kataku sembari menyusul.

Laura tampak sangat terusik. Aku tidak tahu apa yang membuatnya seperti ini. Terakhir kali Laura menampakkan ekspresi itu adalah saat ia curiga Steve selingkuh, dan Laura benar-benar terganggu saat itu. Aku baru bisa bertanya kepadanya soal itu seminggu setelah krisis selesai (dalam bentuk mereka putus, kecurigaan Laura benar, dan sedikit bumbu romansa tragis di situ), dan itu juga karena Laura yang memilih bercerita duluan kepadaku karena aku sangat sungkan bertanya kepadanya.

Aku tidak suka ini. "Laura, apa ada yang mengganggu pikiranmu?"

Gadis itu menoleh sesaat kepadaku. Ajaibnya, ia tidak berkeringat walaupun kami tadi sehabis berlari-lari di terowongan – dan dikerjai oleh Naga Merah sehingga harus bertarung melawan naga – dalam situasi yang lebih hangat daripada di luar. Ia tampak ragu. "Aku...nanti saja," katanya akhirnya. Suaranya sangat enggan. "Nanti kita bicara lagi, oke?"

Untung aku kenal baik pada Laura – itu adalah marka jalan yang menandai bahwa sebaiknya aku diam dan tidak bertanya lebih banyak lagi untuk saat ini jika aku masih mau selamat. Dan aku masih mau selamat.

Di depan kami, Ray dan Beth malah saling meludah api dengan main-main. Terkadang mereka seperti bermain trik juggling, bertukar bola api, dan hasilnya sangat keren – tetapi sebagian besar waktu mereka habis untuk saling menembak kaki satu sama lain hingga Si Putih memperbesar apinya, menyuruh mereka diam.

Myth Jumpers [Archived]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang