Soonyoung selalu memperhatikannya dari kejauhan - sosok mungil yang tengah berkutat dengan piano di ruang musik. Lee Jihoon, si jenius musik yang terkenal dengan sikap dinginnya, entah mengapa selalu berhasil mencuri perhatiannya. Setiap sore, Soonyoung akan "tidak sengaja" lewat di depan ruang musik, berharap bisa mendengar alunan melodi yang diciptakan oleh jemari lentik itu.
"Kau tahu," kata Soonyoung suatu hari, memberanikan diri masuk ke ruang musik, "melodimu selalu membuatku ingin menari."
Jihoon mendongak sejenak, matanya bertemu dengan mata Soonyoung yang berbinar penuh harap. "Oh," hanya itu responnya, sebelum kembali tenggelam dalam dunianya sendiri.
Tapi Soonyoung tidak menyerah. Hari demi hari, ia mencoba mendekat. Membawakan kopi saat Jihoon lembur mengerjakan komposisi. Meninggalkan catatan penyemangat di meja Jihoon. Hingga akhirnya, seulas senyum tipis mulai menghiasi wajah Jihoon setiap kali Soonyoung muncul.
Musim semi tahun itu, di bawah pohon sakura yang bermekaran, Soonyoung akhirnya memberanikan diri. "Aku menyukaimu, Jihoon-ah. Sudah lama."
Jihoon terdiam, matanya menerawang jauh. "Aku tahu," bisiknya pelan. "Aku selalu tahu."
"Lalu?" Soonyoung menahan napas, jantungnya berdegup kencang.
"Tapi aku tidak bisa." Jihoon menggeleng pelan. "Musik... musik adalah satu-satunya yang kumiliki, Soonyoung. Aku tidak bisa membagi hatiku."
"Aku bisa menunggu," Soonyoung tersenyum, meski hatinya remuk. "Sampai kau siap."
"Jangan." Suara Jihoon bergetar. "Karena aku tidak akan pernah siap. Kau terlalu berharga untuk menunggu sesuatu yang tidak akan pernah terjadi."
Musim semi berikutnya, Soonyoung mendengar kabar bahwa Jihoon akan berangkat ke Vienna untuk mengejar mimpinya sebagai komposer. Di ruang musik yang kini kosong, ia menemukan sebuah partitur. Judulnya sederhana: "Untuk Seseorang yang Selalu Membawa Musim Semi."
Soonyoung membacanya, nada demi nada, dan menangis. Karena dalam setiap not yang tertulis, ia bisa merasakan cinta yang tak pernah bisa Jihoon ungkapkan - cinta yang harus dikorbankan demi mimpi yang lebih besar.
Hingga kini, setiap kali mendengar piano, Soonyoung masih bisa merasakan serpihan hatinya yang tak pernah utuh kembali. Karena cinta terkadang tidak tentang bersatu, tapi tentang merelakan seseorang yang kau cintai untuk bahagia - meski kebahagiaannya berarti tanpamu di dalamnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Snapshots of Life : SoonHoon
Short Storyhanya menuangkan ide cerita dimana kwon soonyoung dan lee jihoon menjadi tokoh utamanya disini ;)