Epilog

3.6K 71 1
                                    

Suasana menjadi sangat tegang ketika Andi yang tiba tiba datang entah tau darimana alamat kostan Raena. Tanpa mereka bertiga sadari, dari tadi Bu Dian mengintip dan mendengarkan semua perbincangannya dari balik jendela.

"Kalian udah.." Tanya Ray kepada kedua temannya, dia bingung ingin mengatakan apa untungnya Andi mengerti maksud Ray.

"Iya, sebelum gue pergi sekolah disana gue udah ngelamar Raena. Tapi dia belum jawab dan gue digantung selama 3 tahun, gue kesini untuk mendapatkan jawaban darinya. Lo sendiri ngapain disini?" Balas Andi yang sedikit bingung ketika melihat Ray sempet ngasih beludru yang berisi cincin tersebut kepada pujaan hatinya.

"Gue cuma mau jalan aja sama sahabat gue ini. Udah lama kan kita berdua gak ketemu." Ucapnya yang sedikit terbata bata setelah mendengar penjelasan Andi tadi.

"Oh gitu, ohiya Raen ko diem aja sih? Gimana?" Lanjt Andi yang menatap Raena bengong entah kenapa.

'Duh, gue harus milih yang mana? Tapi yang jelas gue sayangin sih Andi, tapi Ray gimana? Gue gak mau liat sahabat gue sendiri terpuruk karena gue.' Batin Raena yng terus bergumam dan tak henti hentinya memikirkan pilihan yang tepat.

Tak kunjung dijawab oleh Raena, akhirnya membuat Ray sudah kehabisan kesabaran dan memutuskan untuk mengeluarkan senjata yang sudah disiapkannya.

"Raen, can you see it? Lo jawab sekarang, lo tentuin sekarang. Kalo emang keputusan lo bukan di gue, berarti keputusan gue untuk pergi dari lo selamanya akan jatuh hari ini dan lo gak akan ngeliat gue lagi." Kata Ray yang sudah menodongkan pistol di kepalanya dengan sedikit keringet dingin dan membuat mereka berdua melotot kaget.

"Gila lo sumpah, kalo gini caranya gue mending cari cowo laen deh sumpah. Turunin gak tuh pistol!" Bentak Raena yang sudah tak kuat melihat tingkah sahabatnya yang memang bener bener sudah gila.

"Gue gak akan nurunin ini sebelum lo nentuin keputusan lo. Dan kalo keputusan lo bukan gue, ya wassalam. Gue pergi Raen."

Tak tahan Raena melihat ini semua, ia mencintai Andi, ia juga sayang Ray sebatas sahabatnya. Dia gak bisa kehilangan cintanya dan juga semangat hidupnya yang baru saja dia temukan kemarin di kampus. Dia gak siap atas semuanya.

'Gue harus ngelakuin sesuatu supaya Ray mengurungkan niatnya untuk bunuh diri' batin Raena. Dia memang sangat sayang kepada Ray, namun entah kenapa tak bisa lebih dari sekedar sahabat.

Raena seketika mendekat ke arah Ray, sedikit melirik Andi yang terlihat dengan wajah khawatir dan gelisah entah kenapa. Raena tersenyum sebentar kearah Andi dan kembali fokus ke orang yang ada dihadapannya kini, Ray.

Semakin dekat jarak antara mereka, dan *Hop di pegangnya tangan kanan Ray yang memang sedang menggenggam pistolnya. Tak cukup kuat tenaga Raena untung marampas dan membanting pistol yang ada di tangannya ke tanah. Dia tak tau lagi harus berbuat apa. Sialnya, Andi yang dia pikir jantan ternyata pengecut. Entah dia trauma atau apalah itu alasannya, Andi hanya melongo melihat kejadian ini.

"ANDIIII, Bantuin gue dong!!!!"Teriak Raena di depan rumah kostannya, anehnya kenapa ibu kost tak kunjung keluar dari kandangnya? Kemana ia? Apakah ia tidak mendengar teriakan Raena yang bergitu menggelegar?

"Sorry Raen, bukannya gue gak mau bantuin lo atau apa, tapi gue gabisa megang benda itu, jangankan megang, ngeliatnya aja udah gemeteran." Jelas Andi, yang memang benar seperti dugaan Raena tadi. Entahlah mungkin ini saatnya dia berjuang sendiri.

Raena terus berusaha merampas pistol tersebut dari tangan Ray, namun apa daya wanita yang lemah, sampai detik ini upaya dia pun tak kunjung berhasil.

"Lo mending nyerah deh Raen, kasian lo capek. Mending gue aja yang pergi." Suara Ray tiba tiba terdengar sedikit membisik di telinga Raena yang masih terus berusaha agar sahabatnya ini terus melanjutkan hidup disampingnya walaupun bukan sebagai lelakinya.

It's My FaultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang