Part 4

290 8 0
                                    

Eunji mengobati wajah Yoseob. Terjadi keheningan diantara mereka berdua. Beberapa menit kemudian, Eunji selesai mengobati Yoseob. Yoseob hanya diam, dingin seperti biasa. “Oh, ya. Sekali lagi aku minta maaf, ya, karena kejadian tadi pagi. Aku bukannya sengaja. Maaf, ya.” Kata Eunji dengan wajah bersalah. Yosoeb hanya menganggukkan kepalanya. Eunji pun terdiam lalu bertanya kepada Yoseob, “Kamu selalu begini, ya?” “Begini apanya?” jawab Yoseob. “Kata-katamu itu dingin banget. Padahal kamu kesepian.” Jelas Eunji. Yoseob kaget lalu bertanya “tau apa kamu?” “Aku gak tau apa-apa. Hanya saja ekspresimu itu terlukiskan dari wajahmu” jelas Eunji dengan tersenyum sambil mengembalikkan kotak obat ke tempatnya. Yoseob melihat sekeliling. Ia melihat foto-foto yang terpajang di dinding. Terlihat wajah bahagia Ayah, dan 2 anaknya. “Dimana Ibumu?” tanyanya. Eunji terdiam sebentar lalu menjawab “Ibuku sudah meninggal” Yoseob kaget dan langsung meminta maaf. Eunji hanya tersenyum. “tidak apa-apa. Mau minum sesuatu?” tanyanya. “Tidak usah” jawab Yosoeb. Eunji melihat muka Yoseob yang tertegun. “Kesedihan tidak terlihat dari keadaan seseorang.” Kata Eunji tiba-tiba. Yoseob kebingungan. “Kesedihan dilihat dari seberapa besar kamu berkorban. Setengahnya adalah kebahagiaan yang kamu raih. Ibuku mengorbakan hidupnya untuk adikku. Meskpun sedih tapi ada kebahagiaan. Aku bisa memiliki adik itu adalah suatu kebahagiaan terbesar. Bila ibu senang, aku pun senang. Itulah kebahagiaan sebenarnya.” Jelas Eunji. Eunji melihat Yoseob yang terdiam. “Kamu juga kan? Terlukis dengan jelas di wajahmu. Kamu juga mengalami hal yang sama sepertiku. Justru disitulah masalahnya dan suatu saat kamu pasti akan dapat kebahagiaanmu sendiri.” Jelas Eunji sambil tersenyum. “Dasar cerewet” jawab Yoseob sambil berdiri dan berjalan menuju pintu depan. Eunji mengejar Yoseob. Sesampai di pintu depan, Yoseob pamit pulang. Bayangan Yoseob menghilang dari pintu. Beberapa menit kemudian, Eunji langsung ingat bahwa dia terlambat kerja. Dengan segera, Ia mengganti baju dan langsung pergi ke tempat kerja.

            Sedangkan Yosoeb, Ia sampai dirumah pada sore hari. “Aku pulang” kata Yoseob. Tapi, tidak terdapat suara yang menyahut. Yoseob masuk kedalam rumah, lalu membaringkan dirinya di sofa ruang tamu. Sekilas dia mengingat perkataan Eunji sebelumnya. Lalu tiba-tiba terdengar bunyi dobrakan pintu yang keras. “Aku pulang....Glupp..” ternyata Ayah Yoseob pulang dalam keadaan mabuk. Beliau memasuki ruang tamu. “Seob, ayah pulang!” kata sang Ayah. “Berisik! Kamu tidak pantas disebut Ayah.” jawab Yoseob. “haa?? Apa..???” jawab sang Ayah yang berpura-pura tuli. Yoseob kesal dan langsung naik ke kamarnya meninggalkan ayahnya yang mabuk. Yoseob membanting pintu kamarnya. Dia pun loncat ke ranjang dan menutup matanya. Lalu, flashback terulang yang menceritakan Yoseob yang masih kecil dengan orang tuanya.

Don't Say Hate with LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang