Nistisha Gantari tidak pernah menyangka jika tahun terakhirnya di SMA akan dihabiskan dengan berurusan dengan pentolan geng, Jeksa Alden Ellion yang selama ini tidak pernah berinteraksi lebih dengannya. Yang membuat Nistisha kaget setengah mati, lak...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
NISTISHA Gantari mungkin sudah hampir lupa rasanya jantung berdebar-debar dan perut yang terasa kaku saat akan berhadapan dengan seseorang. Jangankan berhadapan, bahkan hanya melihat kendaraan yang digunakan terparkir juga sudah membuat Nistisha nyaris pingsan. Pada saat begini, Nistisha jadi kembali teringat bagaimana awal mula dia penasaran dengan sosok Gallio Juang.
Setiap pagi, dia dan anak perempuan lain akan memenuhi selasar, demi melihat pemandangan bagus. Gallio Juang yang baru datang dan sudah pasti tebar pesona di area parkir tanpa turun dari motornya. Dan gadis-gadis selain Nistisha- yang pada novel-novel lebih suka melihat cowok-cowok berandal penuh pesona lebih memilih Kak Alaska dan kawan-kawannya sebagai objek untuk menyemangati hari, dimana tentu saja disitu ada Jeksa. Sosok manusia yang sejak dulu belum mampu membuat Nistisha menaruh atensi padanya.
Mengulang kebiasaan lama, Nistisha ada di selasar pagi ini. Lengkap dengan seragam rapi dan tangan yang menenteng topi dan menunggu rutinitas hari Senin di mulai- upacara bendera. Dengan teman-temannya yang asik bercengkrama, Nistisha berusaha mengawali pagi ini dengan senyuman setelah liburannya harus diisi dengan banyak pikiran.
Jeksa Alden
Nistisha merapalkan nama itu dalam kepala sedang matanya mengamati sekitar, berusaha menemukan laki-laki jangkung yang seharusnya dapat Nistisha tanpa kesulitan. Tapi bahkan disaat dia melihat Abhitama, Saga dan Wistara sudah berjalan menuju lapangan- karena mereka bertugas sebagai petugas upacara, Jeksa Alden belum terlihat juga. Begitu juga hari sebelum weekend tiba, jika biasanya Jeksa dan teman-temannya akan heboh saat menuju masjid untuk Sholat Jum'at, siang itu koridor terasa lengang dan sepi.
Entah dimana Jeksa dan teman-temannya pergi hari itu, yang jelas Nistisha merasa Jeksa benar-benar merealisasikan ucapannya.
"Gue kasih waktu, Sha."
"Aduh Sha, Jeksa mah kalau hari Senin udah pasti langganan telat, jangan dicariin gitu lah. Baru juga gak ketemu tiga hari."
Nistisha melirik kearah Yumna yang menggodanya, sejenak membuat Nistisha memutar bola matanya dan berniat membalas. Namun hal itu dia urungkan, menyadari penuh bahwa akhir-akhir ini dia memang disibukkan oleh Jeksa, bersama laki-laki itu. Wajar bukan Nistisha mencarinya?
Gadis itu menyentuh kalung yang dia pakai, membiarkan perkataan Kanaya kemarin kembali berputar dalam kepalanya, "Kalung itu, bukan milik Mamanya Gallio ataupun Gallio itu sendiri, Nistisha. Itu kalung milik Jeksa."
Jadi Jeksa dan Gallio saling kenal ya? Ternyata, hubungan tidak baik keduanya itu bukan cuma karena Gallio tidak menyukai Redmoon, tapi karena Jeksa ada disitu? Apa yang terjadi dengan mereka? Itu yang Nistisha pikirkan, terutama saat dia melihat Gallio sedang berjalan menuju lapangan untuk mengkoordinir kondisi lapangan.
"Tanya lah kalau lo emang mau tau Sha," Kanaya menyenggol bahu Nistisha pelan, turut menatap kearah lapangan yang sudah mulai dipenuhi anak-anak. "Gue yakin Jeksa mau jujur kalau lo tanya,"