ITEM : 03

19.3K 613 42
                                    

POV AGA

Maafin aku, Sal...

Rafi Ahmad masih berkoar-koar membawakan acara musik yang didampingi Olga dengan tingkah genitnya. Tapi yang mendengarkan hanya lemari kayu yang sedang kusenderi. Pikiranku melayang, memikirkan banyak hal. Tanpa sadar mataku mulai terasa perih dan berair, meski tak sempat meneteskan air mata. Aku dengan segera mengusap mataku agar air mata itu tak sempat jatuh, karena pantang bagiku untuk menangis.

Aku menaikkan volume TV ketika ku dengar lagu Kerispatih. Rasanya lagu ini sangat mengena terhadap apa yang sedang kualami sekarang. dilema, ya, dilema. Aku harus melakukan sesuatu yang akan membuat banyak pihak tersakiti, termasuk aku sendiri. Tapi aku yakin bahwa ini adalah jalan keluar, setidaknya ini tidak menyalahi kodrat. Tapi apakah hal ini benar-benar harus kulakukan? Tuhan, kalau apa yang kulakukan ini benar, tolong kuatkan aku. Aku segera mengenaikkan kemeja dan jasku.

"Hah...tuhan, kuatkan aku, aku memang belum mencintainya sekarang, tapi aku yakin bahwa waktu kan membuat aku mencintainya." Lirihku.

Kupandangi diriku di cermin, aku berkemeja dan ditutupi jas hitam, karena hari ini aku akan melamar seorang gadis yang baru sebulan kukenal. Aku memang tidak mencintainya, tapi orang tuanya telah menyetuji kami berdua, mungkin karena aku sudah mapan secara materi. Dan sekarang aku akan menuju ke tempat orangtuaku menginap, setelah itu aku akan langsung menuju ke rumah Sabrina.

Aku mengenal Sabrina ketika aku baru pulang dan melewati halte, dan aku hendak membalas SMS dari Isal. Lalu kulihat seorang gadis sedang sendirian menunggu taksi. Sebagai seorang manusia aku agak khawatir karena seorang gadis sendirian di malam hari sangat bahaya. Lalu aku iseng bertanya padanya,

"Mau pulang mbak?" tanya sambil sedikit tersenyum.

Awalnya dia tak menghiraukanku, mungkin memang dia curiga kalau aku akan macam-macam, tapi cewek baik-baik memang harus waspada.

"Maaf Mbak, jangan curiga dulu. Saya kerja di Wormtail, baru pulang. kalo percaya sama saya, dan bersedia saya antar pulang, ayo. Setahu saya taksi jam segini jarang yang lewat sini." Kataku meyakinkan.

Wormtail adalah salah satu perusahaan yang cukup bonafit di kotaku. Dia terlihat menimbang-nimbang sesuatu.

"Bagian apa?" katanya tampak senyum sedikitpun.

"Design" jawabku pasti.

Dia agak kaget.

"Kenal Pak Ramli?" selidiknya.

Aku tersenyum,

"Tentu saja. Beliau itu atasan saya. Saya juga sering mancing dengan beliau. Saya juga pernah ke rumahnya yang di Perumnas itu.." kataku panjang lebar.

"Memang mbak siapanya beliau?" tanyaku.

Kulihat rautnya sedikit berubah, mulai mencar, tak sedingin tadi.

"Beliau omku." Jawabnya singkat.

"Oh...jadi gimana, bersedia saya antar?" kucoba menawarkan lagi.

"Ya udah deh, lagian juga udah malem" jawabnya singkat.

Begitulah awal perkenalanku dan hingga akhirnya aku memberanikan diri untuk melamarnya.

***

Tut.tut.tut..

Hapeku berbunyi tanda ada pesan masuk. Kulihat sekilas, Isal. Ah..ternyata dia. Aku sebenarnya enggan membacanya, tapi aku memang harus mengakhiri ini, sebelum semuanya terlambat. Aku bulatkan tekad, lalu kuraih hapeku, kubuka SMSnya,

'Tem, lo lg dmn? W lg d tempt lo'

Aku terdiam, kemudian segera kubaalas,

'W lg pulkam, paling bsk baliky'

ITEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang