Chapter 1. Pertemuan pertama

7.2K 181 17
                                    

Aduh...
Betapa Galau Hatiku.
Jikala Lama Ku Tak Jumpa Denganmu.
Aduh...
Sungguh Nikmat Bersamamu.
Selayaknya Insan Ketagihan Candu...

Senyumanmu...
Kerlinganmu...
Bagai Candu Asmara...
Merasuk Nadiku...

Belaianmu...
Kecupanmu...
Bagai Candu Asmara... Menusuk Jantungku...

Aduh...
Betapa Galau Hatiku..
Jikala Lama Ku Tak Jumpa Denganmu...
Sungguh Nikmat Bersamamu...
Selayaknya Insan...
Ketagihan Candu....


CANDU ASMARA - Marcell

Di sebuah gudang kosong bekas pabrik kayu yang hangus terbakar, terjadi sebuah transaksi barang haram. Ada empat orang pria yang sedang melakukan transaksi. Dua orang bertubuh gendut dan satu lagi bertubuh kurus menaruh sebuah koper di meja yang lusuh. Dua pria yang lain sama-sama tampan dan mempesona. Pria tampan yang pertama memakai t-shirt warna krem, memperlihatkan tubuhnya yang gagah dilapisi hem warna senada dan memakai celana jeans. Dia dipanggil bos oleh pria tampan yang kedua. Mereka berdua membawa sebuah amplop coklat besar yang isinya tebal.

"Apa kau membawa barangnya?" tanya si pria tampan pertama.

"Iya. Ini barang bagus. Masih fresh," jawab si pria gendut. Pria kurus ada di belakang si gendut sambil menoleh ke kanan dan kiri untuk melihat keadaan sekitar. Pria tampan pertama membuka koper dan mengambil barang itu sambil menciumnya.

"Bagaimana?" tanya si gendut.

"Good. Ini asli. Aku ambil." Koper ditutup dan dibawa oleh pria yang kedua. Ketika pria tampan yang pertama akan menyerahkan amplop coklat berisi uang, pria kurus melihat ada bayangan orang di luar pintu gudang.
Dia langsung berteriak, "kamu menipu kami. Siapa kamu sebenarnya?"

"Kami polisi. Kalian ditangkap."

Pria tampan yang pertama mengeluarkan pistol dari belakang punggungnya yang tertutup oleh bajunya dan menodongkan kepada dua orang itu, tapi si gendut dan kurus bergerak lebih cepat. Si gendut sudah mengambil amplop coklat itu lalu melarikan diri diikuti oleh si kurus. Pria tampan yang pertama langsung mengejar mereka sambil melepaskan tembakan ke udara. Sedangkan pria kedua menghubungi rekan-rekannya yang bersembunyi di balik pintu.
Aksi kejar-kejaran terjadi. Mereka kini berada di areal sawah. Pria pertama melepaskan tembakan di kaki si pria kurus dan mengenai betisnya. Si pria kurus langsung limbung dan dibekuk oleh pria  kedua. Lalu si kurus dibawa oleh beberapa polisi. Si gendut masih berlari hingga sampai di jalan raya. Kedua pria itu mengejar si gendut.

Di pinggir jalan, sebuah taxi berhenti dan seorang gadis turun. Setelah membayar taxinya, dia berjalan di trotoar dengan santai. Tiba-tiba dari arah belakang, si gendut merangkul lehernya dari belakang sambil menodongnya dengan pisau lipat di depan pipinya. Si gadis kaget dan teriak. Barang-barang yang dibawanya jatuh berserakan di bawah. Begitu juga amplop yang dibawa si gendut juga ikut terjatuh.

"Diam! Kalau tidak, maka nyawamu akan melayang."

Pria tampan pertama yang tadi mengejarnya langsung berhenti ketika melihat aksi penyanderaan.

"Lepaskan gadis itu," ucap si pria tampan.

"Jangan macam-macam pak polisi! Kalau tidak, gadis ini akan mati. Cepat buang senjatamu!" Si kurus semakin menekan pisau lipatnya. Si gadis meringis kesakitan. Dia terlihat pucat dan panik.

"Ok. Aku buang senjataku tapi jangan sakiti gadis itu." Si pria tampan perlahan-lahan menurunkan pistolnya lalu menembak tepat di lutut si gendut. Membuat si gendut terpental ke belakang dan melepaskan tangannya. Si gadis berteriak sekali lagi. Dia jatuh ke depan dengan lututnya mengenai tanah dan dia menutup matanya.

Si pria tampan berlari menghampiri si gadis dan berjongkok sehingga mereka sejajar, "kamu tidak apa-apa nona?"

Si gadis membuka matanya dan melihat pria itu ada di depannya dengan jarak yang dekat.

"Apa kamu tidak lihat jika aku tidak baik-baik saja!" ucap si gadis dengan ketus. Pria itu mengernyitkan dahinya mendengarkan ucapan si gadis. Dia lalu memanggil temannya yang tadi bersamanya.

"Rahim, tolong kamu bantu nona ini."

"Baik pak." Si pria tampan menghampiri si gendut dan membekuknya.

"kamu tidak bisa kabur lagi. Tamat riwayatmu! Bawa dia." Perintah si pria tampan pada anak buahnya. Dia kembali ke gadis tadi yang sudah berdiri dibantu oleh Rahim.

"Anda ikut kami ke kantor polisi nona, untuk menjadi saksi."

"Gara-gara anda, rok saya jadi berlubang seperti ini." ucap si gadis sambil memperlihatkan pinggiran rok bawahnya yang berlubang terkena peluru. Si pria tampan terkekeh.

"Anda masih beruntung peluru saya tidak tembus di kaki anda juga, nona."

Si gadis mendengus kesal, "Tapi aku harus mengantar kue-kue ini, pak. Bagaimana kalau nanti saja saya ke kantor polisi?"

"Harus sekarang nona. Jangan membantah."

"Apa-apan ini! Dasar pria pemaksa!" gumam si gadis.

"Pak Jalal, komisaris menelepon anda." Rahim memanggil Jalal dan menyerahkan ponselnya.

"Ok. Tolong kamu urus gadis ini dan bantu dia membawa barang-barangnya." Jalal menatap si gadis sebentar lalu menjauh untuk menerima telepon. Rahim membantu memunguti bungkusan yang terjatuh di tanah dan membawa si gadis ke mobil polisi.

Si gadis sekali lagi mendengus kesal. “Mimpi apa aku tadi malam sampai apes begini.” Akhirnya dia ikut ke kantor polisi setelah sebelumnya menelepon seseorang.

***

Di dalam ruangan kantor polisi divisi Narkotika & obat-obatan terlarang, si gadis sedang diinterogasi oleh polisi. Dia didampingi oleh Rahim di sebelahnya.

"Nama anda siapa nona?"

"Jodha Mahendra." Polisi itu menanyakan beberapa hal pada Jodha.

Ketika pak polisi masih sibuk mengetik pernyataan, Jodha bertanya pada Rahim, "Memangnya pria tadi mencuri ya?"

"Tidak. Dia itu pengedar narkoba. Kami tadi menyamar untuk menangkapnya."

"Oh."

Setelah selesai sesi tanya jawab, Jodha diperbolehkan untuk pulang. Rahim mengucapkan terima kasih pada Jodha karena sudah bersedia membantu. Ketika Jodha hendak keluar, Jalal muncul dari ruangan lain dan memanggil Jodha membuat dia menghentikan langkahnya.

"Tunggu nona."

"Ya"

Jalal mendekat. "Maaf, kalau aku tadi sudah membuat rokmu rusak dan terima kasih sudah mau menjadi saksi."

"Ya. Sama-sama."

"Ini uang pengganti untuk rok kamu yang rusak." Jalal menyerahkan beberapa lembar uang ke Jodha.

"Tidak usah. Terima kasih," jawab Jodha ketus sambil berlalu. Jalal terdiam heran. Dia tidak habis pikir kenapa bisa ada gadis sejutek itu. Dia menghampiri Rahim yang membawa lembaran pernyataan milik Jodha.

"Bagaimana, sudah lengkap semua?"

"Sudah pak. Ini laporannya." Rahim menyerahkan kertasnya.
Jalal membacanya dengan seksama dan tersenyum.

"Hm … Jodha Mahendra. Nama yang cantik. Secantik orangnya."















➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Dipost Juli 2015

Cerita ini aku revisi lagi agar lebih enak bacanya.

CANDU ASMARA (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang