Chapter 4. Sandiwara

2.6K 130 8
                                    



Jalal mendapat informasi bahwa anak buah Mister John sedang melakukan transaksi narkoba di sebuah club malam di daerah kemang-Jakarta. Dia dan anak buahnya menyamar sebagai pengunjung klub. Jalal dan anak buahnya menyebar di sekitar klub itu.

Jalal duduk di sebuah sofa yang dekat dengan ruangan transaksi haram itu berlangsung. Dia membaur dengan pengunjung lainnya. Agar penyamarannya lebih meyakinkan, dia menyewa seorang gadis penghibur tapi hanya untuk sekedar menemaninya.

Transaksi berlangsung dengan mulus pada awalnya. Jalal belum memerintahkan untuk menyerang. Dia akan melakukannya diluar klub ini karena tidak ingin membuat keributan.

Beberapa orang yang telah melakukan transaksi mulai keluar dari ruangan itu.

Jalal memerintahkan anak buahnya yang ada di dalam untuk menyergap bandar Narkoba yang ada di dalam ruangan. Sedangkan dia mengikuti pria yang keluar club. Jalal  mendekat dan memegang pundak pria itu.

"Hei, kau ditangkap!"

Pria itu kaget dan reflek melawan Jalal dengan memukulnya. Dengan sigap Jalal menghindar. Terjadi aksi baku hantam. Meskipun Jalal sudah memukul di sekitar wajah dan perutnya, tapi pria itu masih kuat melawan. Dan akhirnya dengan satu pukulan di bagian lehernya, pria itu langsung roboh. Jalal memborgol pria itu begitu sudah tak berkutik.

Terdengar ada suara rahim melapor dari earphonenya.

"Lapor pak.”

"Iya, Rahim"

"Dua pelaku sudah saya bekuk disini. Kami menunggu perintah anda."

"Bagus. Langsung bawa mereka ke markas"

"Baik pak. Laksanakan."

##

Keesokan hari di markas polisi, para pelaku diinterogasi. Pada awalnya mereka tidak mengaku kalau mereka anak buah Mister John. Namun, bukan Jalal namanya jika tidak bisa membuat mereka buka mulut. Setelah menginterogasi mereka, Jalal dan Mirza keluar dari ruangan itu.

Tepat setelah membuka pintu, hp Jalal berbunyi.
Jalal lalu mengangkat teleponnya.

"Ya Sya, ada apa?"

"Kak, bisa jemput aku sekarang di kampus."

"Supir kamu kemana? Bukannya dijemput?"

"Mobil mogok. Pak Mamang tidak bisa menjemputku. Aduh … " Tasya mengeluh sakit.

"Sya, kamu kenapa?" tanya Jalal kuatir.

"Aduh kak. Perutku sakit. Cepat jemput aku."

"Aku segera kesana. Tunggu aku dan jangan kemana-mana." Jalal menutup teleponnya.

"Ada apa?" tanya Mirza.

"Tasya sakit. Aku harus menjemputnya.

"Hati-hati bro."  Jalal menuju parkiran. Hari ini dia tidak membawa mobil karena mobilnya sedang di servis. Jalal menaiki motor CBRnya dan melaju kencang menuju kampus Tasya.

15 menit sebelumnya.

Jodha keluar dari ruangan dosen dan di jalan menuju pintu keluar, dia bertemu dengan Tasya.

"Hai, kak Jodha," sapa Tasya.

"Hai Tasya."

"Kak Jodha sudah selesai mata kuliahnya?"

"Ya."

"Kakak pulang sama siapa?"

"Sendirian."

CANDU ASMARA (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang