06 - NOT ME!

77 8 3
                                    

Aku mengacak-acak rambutku bingung.

Aku menggigiti ujung kukuku--masa bodo dengan nail artku.

Aku menghela napas panjang, berusaha mencerna semuanya. 

"Kayla?", dari suaranya aku langsung mengenali bahwa itu adalah suara Rob.

Dia mengetuk pintuku beberapa kali.

"Bisa kau berhenti sekarang? Semalam kau tidak pulang dan sejak kau pulang, kau mengunci dirimu dikamar" lanjutnya. Fuck it--aku bahkan tidak bisa berpikir sekarang.

"Kayla! Open the door!"

Argh. Aku menggigiti bibirku.

"Kayla!" Rob berteriak lagi.

Fine. Mau tidak mau aku tetap harus keluar paling lambat besok pagi--jujur saja, walaupun tidak makan seharian ini mendukung program dietku. Namun, aku tetap saja manusia-yang-tidak-kuat-jika tidak makan sama sekali.

Aku membuka pintu dan menemukan Rob dengan wajah cemasnya dihadapanku.

"Kau ini kenapa sih?" Rob dengan cepat memakiku.

Aku berpikir sejenak lalu menarik Rob untuk duduk diatas kasurku.

"Rob, aku mau cerita. Ini tentang temanku, sekali lagi aku ulangi ini kisah temanku. Bukan kisahku, okay?" Aku ikut duduk disampingnya.

Rob mengangguk.

"Jadi temanku itu pergi ke pesta bersama seorang pria, lalu panjang ceritanya aku eh maksudku temankuHEHE terbangun dirumah pria tersebut"

"Hmm.. maksudnya? Kalian having ngehe?" Rob nampak ragu mengatakannya.

"Having ngehe apa? Kalian? ROB AKU ULANGI INI BUKAN AKU. INI TEMANKU!" aku berteriak tepat di depan wajahnya. Rob tertawa menggoda. Sialan.

"Selama kalian tidak terbangun dengan posisi telanjang dan diatas kasur itu aman" Rob melanjutkan.

Telanjang?

"Shit" umpatku.

"WHAT? So, adikku ini sudah tak 'virgin' lagi?" 

"Bagaimana jika hanya salah satu yang telanjang?"

"So, maksud kamu. Kamu diperkosa?"

*

Aku tidak bisa tidur.

Aku benar-benar tidak bisa tidur.

Sekarang sudah pukul 3 pagi--aku sudah berusaha tidur sejak Rob kuusir dari kamarku. Namun, ini tidak berhasil. Pikiranku terlalu kacau. Banyak hal yang aku pikirkan.

Well--aku senang karena sekarang aku sudah terhitung dewasa. I mean, I already lost my virginity. Dan untuk era sekarang, semua orang berpikir itu keren. Namun, disisi lain aku takut aku hamil. Dasar Dylan otak mesum, setidaknya dia harus memikirkan diriku juga.

Aku melirik ke ponselku yang terletak diatas nakas.

Dia bahkan tidak menanyakan kondisiku.

Hm.

*

*Dylan's pov*

Aku berdiam diri di bangku taman perguruan tinggi ini.

Aku menopang daguku dengan kedua tanganku.

Sudah dua hari Kayla tidak terlihat batang hidungnya, apa aku perlu menghubunginya?

Aku terus memutar-mutar ponselku itu.

Aku memicingkan mataku saat ponselku bergetar.

Kayla?

From: Kayla

SKl

SKl? Apa maksudnya?

Belum sempat aku memutuskan akan membalas apa, ponselku bergetar lagi.

From: Kayla

Maaf kepencet.

Aku tersenyum tipis saat membaca pesan singkatnya tersebut. Aku menghela napas lalu tiba-tiba merasa aku tidak salah saat memutuskan untuk tidak mencarinya.

Toh buktinya, dia sibuk memikirkanku bukan?

*

*Kayla's pov*

Aku akhirnya memutuskan untuk keluar dari rumah. Well--aku belum tahu akan berbicara apa dengan Dylan nanti. Namun, aku merasa aku harus bicara dengannya. Entahlah.

Saat ini aku sedang mengendap-endap--memastikan apakah Dylan dirumahnya atau tidak. Namun, sepertinya rumahnya nampak kosong. Apa dia kabur?! Setelah melakukan 'kejahatan' padaku?

Aku akhirnya memutuskan untuk melewati gerbang rumahnya dan berjalan 'like a boss'

Aku akan menuntutnya. Ha. Kena kau!

Aku baru saja akan menekan bell--saat pintu rumah itu terbuka dengan sendirinya. Keluarlah Dylan dengan setelan kaos santainya. 

"Kau mau kemana?" ujarku spontan.

Aku menyayangkankan akulah yang pertama bicara.

Dylan mengendus leherku, "Sepertinya kau tidak merawat tubuhmu seperti sebelumnya"

Aku menatap Dylan kaget. OH GOD DIA TERLALU...

Dylan berjalan melewatiku begitu saja--dia bahkan menutup pintu rumahnya dengan begitu cepat. Dylan berjalan lurus keluar gerbang lalu memasuki mobilnya.

Aku dengan cepat mengikutinya masuk ke dalam mobil. Aku duduk dengan santainya di kursi disamping kursi pengemudi. Aku bertingkah seolah aku tidak melakukan kesalahan apapun.

Dylan berdeham.

"Aku tidak yakin kau akan suka dengan hal yang akan aku lakukan" Dylan bersuara.

"Memangnya kau mau apa?" tanyaku berusaha tidak tertarik.

Dylan nampak berpikir sesaat.

"Aku beri kau kesempatan untuk keluar dari mobil ini sampai hitungan ketiga"

"Aku tidak akan keluar" jawabku yakin.

"1"

Hm... 

"2"

Dylan melirik ke arahku.

"Kau bisa keluar sekarang" ungkap Dylan.

Semakin dia menyuruhku keluar, semakin aku ingin tinggal.

"3" 

Dylan menghela napas panjang lalu mendekat ke arahku. Dia memasang sabuk pengamanku lalu tersenyum tipis tepat dihadapanku. 

"Baiklah. Jangan sesali keputusanmu" Dylan berbisik.[]

HEEEEI SUDAH LAMA SEKALI TIDAK MUNCUL DI WATTPAD<3333 WKWK. SIBUK BGT NIH YANK SEKOLAHNYA HEHEHEHE. Maaf pendek.

Yok yang masih setia yook<333

Leave your vote(s) and comment(s)!

Thankyou.

All the love,

T.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 15, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hurricane (pending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang