03 - Tidak Tahu Malu

349 33 10
                                    

Nih jadi kayaknya ada beberapa yang masih bingung kan sama cerita ini, Louisnya jadi siapa Dylan itu siapa dan sebagainya. Jadi disini Louis sama Dylan itu satu orang, jadi Dylan itu identitas barunya Louis (Baca prologue) Okay? Kalo masih ada yang bingung tanya aja. Thank youuu x

-Louis' pov-

Aku tersenyum tipis mengingat perbuatanku tadi siang. Aku tidak percaya aku baru saja mengecup bibir wanita setelah beberapa tahun. Aku begitu menginginkannya untuk berada disampingku sampai - sampai aku tidak sadar bahwa aku telah melakukan kontak fisik.

Aku menginginkannya bukan karena aku menyayanginya namun karena aku merasa lebih hidup dengan celotehannya tersebut. Aku mengambil ponselku yang bergetar dari atas kasur. Aku menyunggingkan senyum saat membaca isi pesan dari nomor tidak dikenal tersebut.

From: +628129907xxxx

Aku sudah memikirkannya, mungkin lebih baik kita tidak melakukannya.

Aku sempat melakukan metode ketik-hapus pada pesan hanya untuk membalas pesan yang aku yakini dikirim oleh gadis liar tersebut. Dia memang liar menurutku karena nyaris tidak punya malu, namun setidaknya dia liar dari sudut pandang yang positif.

Aku mengetik beberapa kalimat lagi lalu mengirimnya dengan cepat. Jika tidak aku pasti akan menghapusnya lalu mengetik ulangnya lagi. Aku tidak ingin terlihat bodoh karena menghabiskan waktu 15 menit hanya untuk mengirim satu pesan singkat. Terlebih hanya untuk orang bodoh seperti Kayla.

-Kayla's pov-

Aku sedang menghapus riasanku sambil meluruskan kakiku saat ponselku bergetar. Aku melirik ponselku yang berbalut case polkadot dan menemukan satu pesan singkat dari Dylan.

From: Dylan

Dasar php.

Apa? Dia bilang aku php? Pemberian harapan palsu? Ew. Dasar senior tak tahu diri. Tadi saat di lapangan dia bertingkah seolah dia orang yang paling kharismatik seantero. Namun dia dengan mudahnya mengatakkan hal menjijikkan setelah penyiksaan tersebut selesai.

Penyiksaan itu masih ada 2 hari lagi.

Aku menghela napas lalu dengan cepat menghapus riasanku dan mengacak-acak rambutku. Lalu, aku meloncat ke kasur dan menggulung diriku dengan selimut. Aku tidak akan pergi ke kampus besok. Aku kan sakit.:)

*

-Louis' pov-

Aku tidak melihatnya seharian. Aku sudah mengelilingi barisan mahasiswa tingkat pertama ini beberapa kali namun aku tidak melihat tanda-tanda kehidupannya. Apa dia tidak datang?

Dasar manja.

"Dylan, kau mencari gadis kemarin ya?" tanya Caroline yang sedang memperhatikan lembaran absensi di tangannya.

Aku mengabaikannya lalu berjalan mendahuluinya.

"Dia tidak datang" 

Aku berbalik menatapnya memastikan apa yang baru saja dia katakan.

"Kayla?" tanyaku.

Caroline berdeham. Aku mengangguk mengerti lalu berjalan ke arah Tom yang sedang duduk di podium. Aku harus mendapatkan datanya.

*

-Kayla's pov- 

Aku mengerang malas sambil mengaduk-aduk malas sarapanku yang sudah dingin ini. Sekarang sudah menunjukkan pukul 12 siang lewat dan aku baru bisa menyantap makanan. Ini karena aku yakin sekali jika aku keluar dari kamar tadi pagi, nenek sihir dan saudaraku satu-satunya itu akan melanjutkan ocehan panjang mereka.

Kayla kau harus masuk.

Kayla kapan kau dewasa.

Semuanya juga mengalami hal tersebut.

Aku mencibir muak lalu menggulung rambutku ke atas dan membawa piring makanku yang masih penuh tersebut ke wastafel. Aku sudah hilang nafsu makan.

Aku berjalan ke ruang keluarga lalu membantingkan badanku ke sofa. Aku mengambil remote tv dengan malas lalu memilih channel asal. Tiba-tiba bell berbunyi, aku berdiri kaget. Sekarang kan masih siang, belum waktunya ayah, nenek sihir, maupun Rob pulang.

Apa mungkin nenek sihir tersebut sudah bosan belanja? Tidak mungkin. Biasanya dia akan menghabiskan waktu seharian hanya untuk berbelanja barang-barang branded yang diincarnya. 

Bell tersebut kembali berbunyi.

"DERCYYYYYY" teriakku kesal. Cih. Kemana sih bibi-bibi tersebut. Pasti sedang sibuk pacaran sama satpam tetangga.

Aku akhirnya menyerah setelah bell berbunyi untuk yang kelima kali. Aku berjalan dengan malas ke pintu rumah dan membukanya. Aku segera menutupnya lagi setelah melihat siapa yang ada di luar.

Aku bersandar ke pintu lalu merapikan rambutku, "Masa iya Dylan..."

Aku mengintip dari jendela dan jantungku langsung mencelos dibuatnya. Sialan. Mau apa dia ke rumahku. Apa karena aku tidak datang OSPEK? Memangnya senior-senior licik tersebut punya hak untuk datang ke rumah yang teraniaya dan memaksanya untuk mengikuti penyiksaan tersebut?

Aku mematut diriku di kaca besar yang tergantung di dinding ruang tamu. Aku merapikan rambutku dan nyaris saja memoleskan make up ke wajahku saat aku baru ingat jika aku harus berpura-pura sakit.

Aku mengacak rambutku lalu membuka pintu,

"Ada apa ya?

Dylan menaikkan salah satu alisnya, "Boleh aku masuk?"

Aku baru saja akan menjawab saat Dylan menerobos masuk dan duduk di sofa keluarga. Seandainya aku sedang tidak bersandiwara pasti aku sudah melemparinya dengan bantal sofa karena kelancangannya.

"Kau mau apa?" tanyaku mulai tidak sabar.

Dylan menarik lenganku sehingga aku terduduk disampingnya.

"Memangnya salah main ke rumah pacar sendiri?"

Aku membulatkan mataku, "Apa?"

"Kita sudah resmi bukan?"

"I said no, Dylan Heatherton" ujarku menegaskan suaraku di kata 'no'. Dasar pria gila.

"Kau tidak punya pilihan" ujarnya sambil membuka minuman kaleng di hadapannya. Astaga itu punyaku! Dasar tidak tahu malu.

Dylan meneguk minuman tersebut sampai habis. Aku berusaha tidak memerhatikan hal-hal yang dia lakukan namun ekor mataku tetap melakukannya. Aku baru saja akan membentaknya karena mengganti channel tv sembarangan saat aku melihat tubuh Dylan menegak, nafasnya terengah-engah dan matanya yang menggelap.

"Ada yang salah?" tanyaku.

Dylan tersenyum tipis ke arahku lalu menggeleng, "Tidak"

Dylan mematikan tv lalu meremas minuman kalengnya yang sudah habis lalu melemparnya ke tempat sampah. Tiba-tiba aku merasa takut. Aku merasa ada yang aneh dengan pria disebelahku ini.

"Aku pulang" ujarnya lalu meninggalkanku.

Tiba - tiba aku merasa menyesal telah ikut campur dalam hidupnya yang nampaknya penuh dengan teka - teki tersebut.[]

Leave votes and comments? Please:) 

Hurricane (pending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang