02 - Senior Licik

441 29 6
                                    

-Kayla's pov-

"Karena sepertinya aku tertarik untuk memiliki hubungan khusus denganmu"

Aku nyaris tersedak setelah menyadari kalimat apa yang baru saja aku keluarkan dari mulutku. Tidak, tenang Kayla. Jangan panik. Kalau tidak nanti dia akan menganggapmu gadis murahan.

Tidak ada jawaban yang keluar dari pria dihadapanku ini selama beberapa menit dan begitupun denganku yang berpura - pura sibuk mengetikkan sesuatu dengan ponselku. Bagaimana mungkin dia bahkan tidak mengeluarkan sepatah katapun?

Setidaknya dia bisa menjawab,

"Tapi kita baru kenal"

atau

"Begitupun denganku, mau makan malam besok?"

atau

"Maaf tapi aku sudah punya pacar"

Tidak. Tidak mungkin jawaban yang terakhir. Aku mengetuk pelan kepalaku, bagaimana mungkin kau begitu idiot Kayla.

"Baiklah kalau begitu" Pria itu mengambil ponsel ditanganku tiba - tiba lalu mengetikkan sesuatu disana. Aku penasaran apa dia benar - benar memberikan nomor ponselnya atau dia hanya mengetikkan sesuatu hal yang tidak penting atau dia hanya mempermainkanku?

"Aku sudah menyimpan nomorku di ponselmu, kalau begitu sampai ketemu nanti di lapangan" dia berujar lalu tersenyum dan mengerdipkan sebelah matanya ke arahku dan berjalan pergi dengan ransel hitamnya.

Apa maksudnya?

Aku mengambil ponselku lalu melihat kontak baru bertuliskan "Dylan Heatherton"

*

Aku berjalan dengan terburu - buru ke lapangan, aku melihat beberapa orang dengan menggunakan almameter berwarna merah tua yang seperti sedang mengarahkan barisan - barisan orang yang aku tebak sama sepertiku yang baru saja akan memasuki kuliah tahun ini. Tapi kan seharusnya aku seumuran dengan orang - orang yang mengenakan almameter merah yang bertuliskan "BEM" tersebut. Jadi, seharusnya mereka tidak memarahiku dan mempersulitku, ingat kita seumuran?

Aku berjalan dengan penuh wibawa dan ikut berbaris di belakang seorang gadis yang sepertinya tidak memiliki selera fashion sama sekali tersebut, dia hanya mengenakan kaos putih polos dan sneakers merah. Aku berdeham pelan.

Seorang perempuan yang aku tebak seniorku namun sepertinya dia hanya lebih tua beberapa bulan dariku itu memandangiku dari atas sampai bawah.

"Kenapa kau tidak mengikuti aturan di surat edaran?" tanyanya sambil melipat kedua tangannya diatas dadanya.

"Apa?" tanyaku balik.

"Kau tidak lihat ke sekitarmu? Semuanya menggunakan kaos putih polos, jeans hitam dan sneakers merah. Memangnya kau tidak tahu? Atau kau ingin membangkang di hari pertama OSPEK ini?" teriaknya ke arahku. Berani - beraninya dia! Aku menggeram kesal.

"Sudahlah, tidak usah basa - basi dengannya. Bawa saja dia kedepan"

Suara familiar itu tiba - tiba terdengar, aku menoleh dan menemukan Dylan berdiri disamping senior galak dihadapanku ini. Dylan? 

"Sedang apa kau disini?" tanyaku begitu saja.

Dylan tertawa diikuti tatapan sinis gadis dihadapanku ini. Betapa menyebalkannya gadis ini, argh.

Dylan berbisik ditelingaku, "Memastikan bahwa kau mengikuti OSPEK ini dengan baik?"

Aku mendorong badan Dylan begitu saja. Aku berpikir sejenak lalu memperhatikan Dylan dari atas sampai bawah dan aku terkejut. Dylan ternyata adalah salah satu anggota dari BEM.

Apa yang baru saja aku katakan tadi di kantin?

Apa aku bilang aku ingin pacaran dengannya?

Apa aku mempermalukan diriku sendiri?

APA DIA AKAN BERCERITA PADA TEMAN - TEMAN SESAMA BEMNYA?!

*

Aku menyeka keringat yang terus - terusan menetes ke pipi dan keningku. Aku menghela napas lalu meminum air mineral yang baru saja dibawakan oleh Rob. Aku mendengus kesal.

"Rob, kenapa mereka setega dan selancang ini?" tanyaku sambil menyisir rambutku yang sudah amburadul karena berjemur seharian dilapangan dengan permintaan macam - macam dari kumpulan senior licik yang menamakan diri mereka "BEM".

Rob tertawa, "Itu kenapa aku bilang kau tidak boleh bolos saat MOS SMP dan SMA"

Aku bersandar di bahu Rob lalu dengan cepat pula ia menjauhkan badannya dengan senyuman di wajahnya, "Maafkan aku adikku tersayang namun saat ini kau begitu lengket"

Aku memutar lensa mataku, "Jadi kau tidak mau dekat - dekat denganku kalau aku sedang berkeringat?!"

Rob menggeleng. Aku mengangguk mengerti, jika aku dia aku pasti juga tidak mau dekat - dekat dengan diriku yang penuh keringat ini bahkan mungkin aku tidak akan datang.

"Ini untukmu" Rob menyodorkan bingkisan ke arahku.

Aku melihat isi bingkisan tersebut, isinya adalah kaos putih polos, jeans hitam dan sneakers merah persis seperti yang semua orang kenakan saat ini. Maksudku, orang seangkatanku.

"Maaf aku tidak memberi tahumu. Aku tahu jika kau ku beritahu, kau pasti tidak akan datang seperti yang biasa kau lakukan" Rob berujar.

Aku menatapnya nanar lalu dengan cepat melemparinya dengan kerikil - kerikil yang kutemukan dibawah kakiku. Rob berlari dan aku mengejarnya, tidak akan kulepaskan kau wahai ROBERT GUETTA!

*

Aku berjalan lemas di koridor kampus tersebut, mengejar Rob ternyata hanya perbuatan yang membuang - buang energi. Sekarang, aku hanya bisa berharap tidak akan pingsan saat waktu istirahat ini selesai dan kekejaman itu dimulai lagi.

Aku berbelok saat ada tanda toilet, lalu berpapasan dengan Dylan yang nampaknya baru keluar dari toilet pria tersebut. Aku baru saja akan masuk ke dalam toilet saat Dylan menahan lenganku dan mendorongku ke dinding.

"Tadi pagi kau bilang kau mau apa?" dia memandangku dengan tatapan tidak bisa diartikannya. 

Aku mengalihkan pandanganku dan meremas ujung bajuku, Dylan mendekatkan wajahnya dengan wajahku lalu tersenyum.

"Kalau begitu mari kita lakukan"

"Apa?" tanyaku spontan, memastikan apa yang baru saja dia katakan.

"Kau..." Dia menelusuri bibirku dengan ujung jari telunjuknya.

"Aku..." Lalu dia melumat ujung jari telunjuknya tersebut lalu menahan ujung daguku.

"Pacaran" Lalu dia mengecup bibirku.

[]

Heiii maaf baru muncul lagi di peradaban wattpaddd. Biasa urusan sibuk sekolah dan sebagaimacamnya sangat mengganggu:) makasih buat yang masih baca dan ingat sama fanfict inii!<3

Btw tenang aja kelanjutannya gabakal jadi kayak "Pacaran hanya karena tantangan" atau apapun itu. Aku juga gasuka cerita kayak gituaan dan ini ujungnya bakal ada action kecil - kecilaaan (karena aku gabisa bikin yang bener - beneran disebabkan tidak mengerti)

Leave your vomments?:)

Hurricane (pending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang