"Ji ya, ibu mau berbicara sebentar denganmu."
Ji ya mengerutkan dahi dan menatap ibunya sedikit bingung, ada apa dengan wajah ragu-ragu ibunya itu? Tumben sekali ibunya berada di rumah padahal ini bukan weekend.
"Memangnya ibu mau bicara apa? Tidak biasanya ibu berada di rumah di hari-hari sibuk seperti ini, apakah ada masalah?" Tanya ji ya sambil sibuk mengunyah popcornnya.
Ibunya tersenyum canggung, lalu mendudukkan tubuhnya di atas single sofa di seberang ji ya. Entah kenapa perilaku ibunya membuat ji ya curiga, pasti tidak lama lagi akan terjadi hal buruk.
Tiba-tiba ibunya meraih tangan ji ya dan menggenggam nya lembut.
"Tahun ini berapa usiamu ji ya?"Ji ya mendengus dan tertawa miris di dalam hatinya, lihatlah saking sibuknya mereka dengan bisnis dan karir mereka bahkan melupakan umur anak tunggal mereka ini, sungguh menyedihkan.
Anak mereka hanya satu yaitu ji ya, akan tetapi mereka bahkan tidak mengingat umurnya, dapat ji ya tebak mereka pasti tidak ingat tanggal ulang tahunnya juga.
Ji ya melepas genggaman ibunya sambil menghela napas pelan.
"18 tahun"
Ibunya sontak tersenyum lebar seolah sedang memenangkan lotre sebesar 100 juta Yuan, wajahnya bahagia sekali dan hal itu semakin membuat ji ya yakin dengan prasangka buruknya.
"Umurmu sudah sangat legal untuk menikah ji ya."
Uhuk
Uhuk...Bagai di sambar petir di siang bolong, ji ya tersedak popcorn yang sedang ia kunyah. Matanya melotot kearah ibunya, jika ini di kartun mungkin mata ji ya sudah keluar sekarang.
"Ibu gila?! Aku bahkan baru saja lulus sekolah menengah atas, aku juga ingin kuliah dan menikmati masa mudaku!" Seru ji ya tidak terima, ia merasa hidupnya adalah pilihannya bukan dengan ikut campur orang lain atas hidupnya.
Mengapa tiba-tiba sekali ibunya membahas pernikahan, ji ya tentu tidak terima planing hidupnya hancur karena campur tangan orang tua nya.
Ji ya memang anak penurut, tapi dia bukan anak yang bisa disetir oleh siapapun.
"Bukannya begitu ji ya, ibu hanya merasa di umurmu yang sekarang kamu sudah saatnya menikah, bukankah kamu masih tetap bisa kuliah meski sudah menikah."
Ji ya menatap ibunya tajam, ia tidak suka jalan hidupnya di usik seperti ini.
"Ibu berniat menjodohkanku bukan? Tidak biasanya ibu yang selalu mementingkan nilai akademik tiba-tiba menyuruh anak satu-satunya ini menikah alih-alih berkuliah di kampus ternama." Ucapan ji ya yang tajam bagaikan pisau itu seakan menusuk dengan tepat.
Ibunya lantas gelagapan disaat niatnya terbaca oleh anak perempuannya itu. Ibunya meringis, ia lupa anaknya ini sangat pintar dalam hal apapun, jadi mustahil dia mudah manipulasi.
"Ibu jangan coba-coba melakukan hal itu jika ibu tidak mau kehilangan diriku. Ibu tahu, anakmu ini lebih nekat dari yang ibu tahu." Tegas ji ya mengintimidasi ibunya.
Selama ini ji ya selalu menurut, tapi bukan berarti dia takut. Ji ya tahu kelakuannya ini jelas sangat buruk bahkan bisa di cap anak durhaka, tapi ji ya lebih perduli dengan jalan hidupnya dan masa depan yang ia inginkan.
Ji ya kemudia berdiri dari tempatnya dan menatap ibunya dalam.
"Aku hanya akan menikah jika aku ingin menikah, dan tidak ada orang lain yang dapat memaksaku melakukan apapun yang menyangkut masa depanku, ingat itu ibu." Ji ya tersenyum tipis, namun hal itu malah membuat ibunya sedikit takut.
Ji ya lantas pergi dari sana meninggalkan ibunya yang hanya bisa melihatnya pergi tanpa berbalik sedikitpun.
Sang ibu hanya bisa mencibir dalam hati.
"Gen ayahnya kuat sekali, anak itu terlihat menyeramkan jika marah. Padahal aku yang mengandung nya, tidak adil sekali sifatnya benar-benar salinan ayahnya."Ibu ji ya lantas mengambil ponsel di dalam tas mahal miliknya dan menelpon seseorang.
"Hallo, aku gagal membujuknya. Lain kali jangan suruh aku yang membujuknya, kau tahu sendiri sifat anakmu itu dia sangat menyeramkan saat marah, kau ingin membuatku mati serangan jantung saat menghadapinya?" Keluh ibu ji ya kepada seseorang yang ia telpon.
Dari seberang sana terdengar suara tertawa mengejek.
"Kau takut dengan anakmu sendiri? Kau saja bisa menjinakkan ku, kenapa tidak bisa menjinakkan anakmu itu?" Balasan dari seberang sana lantas membuat ibu ji ya cemberut, tidak suka.
"Genmu turun 100% padanya, itu membuatku bingung mau berkata apa saat ia menatapku tajam seakan akan keluar laser dari matanya." Ucap ibu ji ya mengadu, jujur saja ia memang takut dengan anak tunggal nya itu.
Semenjak dirinya dan suaminya jarang berada dirumah, hal itu juga membuat hubungan orang tua dan anak begitu jauh dan canggung. Ibu ji ya sadar dirinya tidak selalu ada untuk ji ya anaknya, ji ya tumbuh dengan mandiri dan sifat kerasnya itu adalah bentuk pertahanan dirinya untuk melawan rasa kesepian dan kurang perhatian yang orang tuanya bisa berikan.
Huft
Terdengar suara helaan napas dari seberang sana.
"Sudahlah, jika dia sudah menolak lebih baik jangan kita paksa. Ji ya itu anak yang pintar namun ia sangat nekat, dia akan melakukan apa saja untuk mencapai tujuannya. Daripada dia melarikan diri dari rumah, takutnya terjadi hal yang tidak diinginkan, karena anakku cuma satu tidak ada lagi penggantinya." Ucap orang itu terkekeh pelan, meski dirinya jarang berada dirumah. Bukan berarti dirinya tidak mengenal sifat anak tunggalnya itu.
Sifat ayah dan anak itu sama persis yang membuat ayah ji ya bisa menebak kemungkinan apapun yang menyangkut anaknya itu. Apalagi mengingat dulunya ayah dan ibu ji ya yang kesulitan memiliki anak, setelah 9 tahun pernikahan mereka baru di karuniai anak yaitu ji ya.
Tentu saja ayah ji ya menyayangi anaknya itu meski ia jarang memberikan perhatian secara langsung.
"Lalu apa yang harus kita katakan kepada Tuan besar? Jika ji ya tidak mau di jodohkan, takutnya tuan besar akan marah dan menarik semua investasi nya di perusahaan kita." Tanya ibu ji ya gelisah.
Perusahaan sangat bergantung kepada 'Tuan besar' yang selama ini menyokong keuangan perusahaan mereka, jika tuan besar ini menarik investasinya, maka selesai sudah.
Perusahaan mereka pasti bangkrut.
"Jika tuan besar memang menginginkan ji ya, maka biarkan dia berusaha mendekati ji ya dengan caranya sendiri." Ucapan ayah ji ya membuat ibu ji ya terdiam sejenak dan mulai berpikir.
"Apakah tidak apa-apa seperti itu?" Tanya ibu ji ya tidak yakin dengan saran suaminya itu.
"Percayakan saja semuanya kepada takdir, jika memang berjodoh pasti akan terjalin sebuah hubungan. Lagi pula tuan besar tampaknya memang menyukai ji ya kita begitu dalam, maka biarkan dia berusaha mendapatkan hati ji ya kita."
Dengan ragu ibu ji ya mengiyakan ucapan suaminya itu. Lagipula tidak ada salahnya mencoba.
"Baiklah kalau begitu aku matikan dulu telponnya, aku akan kembali ke perusahaan." Lalu ibu ji ya memutuskan sambungan telepon itu.
"Semoga saja tidak jadi masalah, aku hanya berharap tuan besar tidak dikasari ji ya saat bertemu pertama kali."
Ibu ji ya hanya bisa menghela napas, berharap semuanya baik-baik saja nanti.
Bersambung.
Hola, seperti permintaan kalian extra chapter izel kasih nih. Kemungkinan nanti bakal ada 3 atau 5 extra chapter tergantung cepat atau lambat alurnya nanti, soalnya izel masih bingung nentuin mau ending yang mana soalnya pilihan happy endingnya ada banyak nih.
Dillema izel tuh.

KAMU SEDANG MEMBACA
Permaisuri Licik (END)
Historical FictionHan ji ya seorang gadis modern yang memiliki sifat tomboy dan pemberani tiba-tiba bertransmigrasi hanya karena menggangu orang pacaran. Han ji ya bertransmigrasi ke tubuh putri yang memiliki nama yang sama dengannya.... Sang putri yang terkenal can...