Chapter 5

2.2K 145 12
                                    

Important: Untuk Line-san dan Alta-san yang sudah memberiku semangat, Untuk Lgaara-sensei, Mell-san dan Raye-san yang tidak pernah lelah untuk mendukungku, serta spesial untuk Ryuu-san yang menjadi Inspirasi Hika untuk chap ini sekaligus mengeditnya. Minna, hontou... Hontou ni Arigatou :')

Chapter 5 ini untuk semua SasuHinaLovers! Semangat . arigatou Gozaimasu! *bungkuk*

.

.

.

Anata

.

.

.

Flashback

Hinata melangkahkan Kakinya dengan sedikit terburu-buru. Bukan karena medan Bukit yang menurun ini, bukan pula karena Jalanya yang tidak terlalu licin Hingga memudahkanya untuk bergerak dengan leluasa. Namun... karena Debaran Jantungnya sendiri yang berpacu sangat cepat saat Otaknya terus saja mengingat memori bersama Sasuke beberapa saat yang lalu.

"T-tidak, Uchiha-san ha-hanya khawatir." Ujarnya pelan. Tak lama kemudian, wajah Hinata memanas saat tersadar dengan apa yang barusaja ia ucapkan.

Khawatir? Yang benar saja! Bukankah semakin bahaya Jika Sasuke mengkhawatirkanya? Lagipula, Hinata bukan siapa-siapanya kecuali gadis yang hanya menyusahkanya saja.

Gadis berambut Biru gelap itu menggelengkan kepalanya dengan cepat-cepat, menepis argumen bahwa Sasuke itu perduli terhadapnya. Dengan bersandar pada sebatang pohon di sisi Bukit, Hinata meremas dadanya yang terasa Sakit. Apa yang ia rasakan saat ini, kami-sama? Mengapa terasa sakit dan hangat di saat yang bersamaan?

Gadis bermarga Hyuuga itu menggigit bibir bawahnya, ingatanya kembali pada siang tadi dimana Sasuke mengatakan semuanya secara gamblang. Dan... Semua itu terasa menyakitkan.

"-Tapi, setelah itu kau malah menciumku dengan ganas. Sambil Berbisik ingin memotong leherku layaknya Psikopat."

"EEEEHHHHHH?"

"Lalu kau menindihku, memaksaku... dan kita akhirnya malah Tidur bersama-."

Hinata kembali menggelengkan kepalanya. T-tidak, tidak mungkin. Apa yang di katakan Sasuke itu hanyalah kebohongan, kan?

Hinata meneguk ludahnya dengan paksa. Ba-bagaimana jika semua itu benar? Ba-bagaimana jika mereka memang...

"T-tidak mungkin." Gadis beriris mata Lavender itu memeluk tubuhnya sendiri, wajahnya memucat. Bagaimana jika apa yang dikatakan Sasuke itu memang benar? Apa yang harus ia lakukan kedepanya? Meminta pertanggung jawaban? T-tidak mungkin, dilihat dari manapun ia sendiri yang salah! Ia yang sudah mendobrak kamar Sasuke, d-dan mengancamnya, la-lalu mereka malah...

Stop!

Tenang Hinata, tenang. Gadis itu memejamkan matanya, berusaha untuk fokus mengambil nafas dalam dan menghembuskannya perlahan. Ia mencoba menenangkan debaran Jantungnya yang semakin berdetak menggila.

Wajahnya masih terasa memanas, namun hembusan nafasnya sudah mulai kembali Normal dengan perlahan-lahan. Baiklah, sudah cukup. Ia harus bisa berfikir jernih.

Mengusap lenganya yang terbalut oleh Jaket Ungu Muda miliknya, Hinata menunduk. Jika ia hanya memikirkan semuanya sendiran seperti ini, ia yakin bahwa ia tidak akan menemukan jawabanya sekeras dan sebanyak apapun ia berfikir. Baiklah, sebaiknya ia menanyakan pada Sasuke sekali lagi setelah cuci muka nanti.

Yosh, semangat!

Setelah menepuk-nepuk pipinya beberapa kali, Hinata mengangkat wajahnya dan menyunggingkan seulas senyuman. Baiklah! Ia harus menghadapi masalah dengan kepala dingin dan tidak histeris. Gadis itu mengangguk mantap. lalu dengan pasti, dilangkahkan lagi kakinya untuk menuruni Bukit ini dan mencuci muka di sungai yang sudah ada di depan matanya.

AnataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang