Matahari bersinar begitu terik, halaman dipenuhi oleh siswa yang sedang berjalan tergesa ke dalam kampus. Tidak ingin menghabiskan waktu hanya untuk berjalan, apalagi membiarkan kulit mereka terpapar di bawah teriknya sinar matahari.
Matahari seperti sedang berada di atas kepala, bagaimana tidak kali ini jam menunjukan pukul dua belas siang.
Saat ini juga, Ji Seul mungkin merasa seisi kantin sedang memperhatikan dirinya. Gadis dengan celana jeans birunya itu bahkan terlihat sedikit terkejut. Ia juga bahkan tidak berucap sedikit pun.
Hanya sebuah kata yang refleks ia ucapakan setelah mendengar sesuatu yang jatuh ke lantai akibat ulahnya. Tapi buruknya, masalah lain yang mungkin jauh terlihat lebih rumit kini ada di hadapan gadis itu.
Ji Seul bisa merasakan pergerakan Soo Yeon yang ada di belakangnya, gadis itu berniat berdiri di samping Ji Seul dan melihat dengan jelas apa yang sebenarnya terjadi.
Tumpahan jus berceceran di lantai membentuk genangan kecil yang berasal dari gelas minuman pria itu. Sebagian terlihat menempel di permukaan kaos yang ia gunakan, membentuk sebuah noda. Terlihat cukup kotor ditambah dengan tumpahan kecil dari saus tomat yang ia bawa.
Ji Seul menahan napasnya, sungguh ia tidak bermaksud untuk melakukan hal itu. Ia hanya ingin bangkit dan menghindari Chan Yeol, atau mungkin itu memang kesalahannya. Ia kurang memperhatikan keadaan sekelilingnya, ia terlalu tergesa-gesa. Lagipula Chan Yeol bukan seorang monster atau buruknya seorang psychopath yang harus dihindari.
Keheningan melanda sesisi kantin, semua pasang mata seperti sedang mengarahkan seluruh perhatiannya ke arah Ji Seul dan seorang pria yang terkena tumpahan jus di kaosnya. Seolah Ji Seul baru saja melakukan kesalah besar, atau mungkin memang seperti itu.
Ketukan langkah kaki terdengar setelah hembusan nafas berat dari seseorang. Ji Seul masih membeku, tidak mengetahui apa yang harus ia lakukan.
Semua orang memperhatikannya, seolah apapun yang akan gadis itu lakukan akan menjadi sebuah kesalahan. Ia seperti harus berpikir dua kali untuk melakukan sesuatu. Ia penjahatnya disini.
Ji Seul terus menatap ke arah lantai dan ujung sepatu kets putihnya dengan diam, hal itu terus ia lakukan selama semenit. Mungkin terlihat cukup aneh karena Ji Seul belum juga melontarkan permintaan maaf secara langsung pada pria itu.
Sebuah kata maaf yang refleks tidak masuk dalam hitungan.
Sampai akhirnya Ji Seul menyadari kalau pria di hadapannya tadi kini sudah menghilang, ia bisa merasakannya. Pria itu sudah melenggang pergi dengan tampang kesalnya, ia bahkan mengibas-ngibaskan kaos putihnya yang terkena tumpahan jus.
Ia juga terlihat sedang mengumpat, tapi tidak ingin menunjukkan kekesalannya pada Ji Seul secara langsung.
"Ma-maaf."
Mungkin hanya hembusan anginlah yang mendegar ucapan kecil Ji Seul, terlalu kecil hingga membuat Soo Yeon yang berdiri di samping gadis itu merasa ragu kalau Ji Seul baru saja berucap sesuatu atau tidak.
Seorang laki-laki lain yang Ji Seul pikir adalah teman 'korbannya' itu tampak mengekor di belakang. Menepuk pundaknya dan mengucapkan beberapa patah kata yang tak mungkin Ji Seul bisa dengar karena jarak mereka.
***
Lu Han baru saja memberikan Baek Hyun sepotong kaos v-neck yang ada di lokernya. Pemberian seorang penggemar rahasia yang Lu Han dapatkan minggu lalu, beruntung karena pria itu tidak membawanya ke rumah atau memberikan secara gratis pada mahasiswa kampus yang lain. Biasanya Lu Han gemar melakukan hal itu.Mungkin tampaknya Lu Han menyadari sesuatu seperti apa yang sedang Baek Hyun alami akan terjadi suatu saat nanti.
Lu Han adalah seorang yang cukup terkenal di kalangan mahasiswa, dengan wajahnya yang tampan dan kepribadiannya yang baik. Ditambah lagi ia adalah seorang kapten basket, nyaris sempurna? Mungkin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Paper Heart [ EXO FANFICTION ]
FanfictionJi Seul tidak pernah menyangka kalau laki-laki yang akhir-akhir ini sering ia perhatikan akan menjadi seorang yang begitu penting dalam hidupnya. Ia pikir semuanya akan menjadi baik-baik saja, seperti apa yang yang ia harapkan. Tapi tidak, nampaknya...