Suara kecewa siswi sudah tak terdengar lagi. Semua siswa sontak diam tak berkutik melihat pandangan sinis Bu Nasa. Tatapannya yang tajam seolah-olah ingin memutilasi siapapun.
"Nes, tongsis lo ma? Kita upload foto ke instagrm dulu". Ucap Thasha dengan bersemangat.
Thasa langsung berpose dengan gaya terbaik ala Thasha, yaitu bibirnya sedikit di majukan ke depan hingga beberapa milimeter dan jemarinya membentuk huruf V dan ditempelkan di dekat pipi sedelah kanan. Tak lupa thasha menyeting camera smarthphone-nya menjadi camera 360. Katanya, supaya bekas jerawatnya bisa tertutupi dan terlihat lebih putih.
Bu Nasa langsung berteriak kearah kedua muridnya yang asik selfie di depan kelas. "kalian mau saya hukum?" ucap Bu Nasa.
"Ibu mau ikutan foto nggak? Ntar kita upload ke istagram, biar eksis Bu", ucap Thasha. Thasha tak menghiraukan tatapan mata Bu Nasa yang sudah tajam dan beberapa asap mulai keluar dari telinga bu Nasa.
Ines yang datang bersama Thasha langsung duduk di lantai dan memegang kaki Bu Nasa yang ditumbuhi bulu-bulu kaki yang lebat dan panjang. Dengan tampang memelas, Ines meminta maaf atas kebodohan temannya.
"Buk Nasa yang paling cantik sesekolah, tolong jangan hukum kami buk. Tolong maafkan kebodoha Thasha buk", ucap Ines. Air mata ines mengalir begitu deras melebihi debit air hujan.
Bu Nasa hanya diam dan berfikir keras. Ingus ines mulai meneter sedikit demi sedit hingga menggenai sepatu mahal Bu Nasa. Tiba-tiba putri wulandari yang sering di panggil Ulala, menjatuhkan buku di dekat kaki Bu Nasa. Dengan sigap Ulala maju untuk pura-pura mengambil buku dan menjilati ingus yang menempel pada sepatu Bu Nasa.
Bengan berapaa helaan nafas, "Baik. Kali ini ibu maafkan, tapi lain kali akan ibu hukum berdiri atas genteng".
Semua sudah seperti semula. Di keheningan, yang terdengar hanyalah suara cempreng Bu Nasa yang sedang menerangkan pelajaran. Semua hitmat mendengarnya, entah lantaran ngerti atau takut, semuanya hanya Allah dan orang bersangkutan yang tau.
"Baiklah, untuk pelajaran hari ini kita cukupkan sampai di sini. Sampai bertemu di minggu depan", ucap Bu Nasa.
Thasha dan Putri langsung mendatangi meja Zira yang berada di pokok kelas. Dengan gaya centil ala Thasha dan Putri, mereka minta foto bersama Zira. Lagi-lagi Zira hanya diam, lalu pergi meninggalkan mereka.
Di ruangan yang tidak terlalu besar, yang di penuhi berbagai makanan kini mulai di kerumuni oleh para siswa yang mulai kelapan. Para penjual disibukkan dengan antrian makanan yang di pesan siswa. Semuanya heboh meminta pesanannya biar cepat di buat sang penjual. di tengah-tengah kerumunan siswa, ada seseorang yang memanggil Zira dengan suara besar seolah-olah menggunakan toa. Ya, itu Ines.
maaf kalau gaje, lagi nggak dapat feel. Mungkin buat selanjutnya akan slow update.
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK, BERUPA LIKE DAN KOMEN. Saya sayang mengaprisiasi bagi siapapun yang mau berkomentar di cerita saya

YOU ARE READING
OUR
Humoraroma ketekku emang enak, andai ada yang mau memproduksi, pasti dengan suka rela aku menyumbangkan ketekku kepadanya. batiin ines