LIAM - 1

748 56 4
                                    

(Gue tau banyak banget yang nungguin Part-nya Niall. Tapi sabar dulu ya. Niall-nya disimpan dulu. Ini part-nya Daddy Liam dulu yah.... tapi kalau banyak yg vote dan comment gue usahain update tiap hari.)

Liam tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi teman-temannya saat tahu bahwa malam ini dia pergi ke festival malam bersama Queen. Teman-temannya pasti akan menertawainya dan mengejeknya cupu. Karena selama ini, lebih tepatnya sejak bergabung dalam bandnya, Liam tidak pernah lagi mendatangi tempat-tempat yang membosankan. Dia lebih sering menghabiskan waktunya di bar. Festival malam sama sekali tidak termasuk dalam daftar tempat-tempat yang ingin didatanginya apalagi jika bersama perempuan.

Liam turun dari mobilnya setelah mengintip dan memastikan tidak ada paparazi atau fans yang menguntit mobilnya. Liam sebenarnya sudah menyiapkan semuanya. Mulai dari menyembunyikan plat mobilnya hingga pakaian menyamar yang selalu dipakainya saat berada di tempat umum. Bukan tidak mungkin fansnya berada di festival malam ini.  Kalau Liam boleh jujur, mereka itu mengerikan. Mereka ada dimana-mana dan bisa berbuat apa saja. Meskipun begitu Liam tetap mencintai mereka tampa lelah.

Liam memakai hoodie mantel coklatnya hingga menutupi wajahnya hingga hidung. Orang yang mengajaknya ke tempat ini rupanya sudah tiba lebih dahulu dari pada Liam. Dia berdiri seorang diri, mengenakan pakaian merah muda dengan ornamen pita di bagian dadanya. Rambutnya di ikat tinggi. Senyumnya mekar saat Liam membuka hoodienya hingga gadis itu bisa melihat dan mengenali Liam.

"Sudah lama?" tanya Liam.

"Yaaah, lumayan lah," jawabnya dengan nada dipanjang-panjangkan.

"Jadi, apa?"

"Apa?" Queen tertawa kecil saat melihat kebingungan di wajah Liam. Liam sama sekali tidak tahu apa yang harus dilakukannya di tempat ini bersama seorang wanita. Karena dia sudah lama sekali tidak ke festival malam. Liam ingat, terakhir kali dia ke festival malam adalah saat masih sekolah dasar. Dia suka naik bianglala bersama ayahnya saat itu.

"Mulailah dengan selfie dulu," kata Queen sambil memekarkan senyum manis.

Liam mengangguk sekali lalu cepat-cepat merogoh saku celananya mengeluarkan ponselnya. Liam merentangkan tangan kanannya di atas kepalanya. Ditariknya Queen agar lebih dekat dengannya. Saat dilihatnya Queen tersenyum, Liam pun ikut tersenyum lalu memotret gambar mereka berdua dalam ponselnya. Diperhatikannya photo itu sekali lagi lalu tersenyum sendiri.

"Liam, aku mau boneka itu dong!"

Begitu Liam memasukkan ponselnya kedalam saku celana, Queen memekik di sampingnya sambil menunjuk-nunjuk outlet permainan tembak balon. Sebuah boneka beruang coklat duduk dengan mencolok diantara boneka-boneka kecil lainnya.

Mereka mendatangi outlet permainan itu untuk mencoba memenangkan boneka besar yang diinginkan Queen. Dalam hatinya Liam tertawa sendiri melihat tingkah Queen yang masih cenderung kekanak-kanakan. Tapi Liam justru menyukainya. Dia menyukai sikap manja Queen yang terkadang membuat Liam kesal.

Main tembak balon sama sekali bukan hal yang sulit bagi Liam. Jangankan untuk menembak balon, menembak hati Queen dan tepat sasaran pun Liam mampu. Oh Liam berhentilah berkhayal, suara dalam dirinya menjerit.

"Ayo Li.. Kau pasti bisa. Harus bisa!"

Queen menyemangati sambil melompat-lompat di samping Liam seperti perempuan berpom-pom. Liam memulai tembakan pertama dan berhasil. Queen semakin histeris berteriak saat hanya tersedia satu balon.

"Kalau aku menang, kamu kasi apa ke aku?"

Liam bertanya sebelum dia menembak balon terakhir yang tersisa.

Queen nampak berpikir-pikir. Dia memandang keatas sembari tangannya menyapu dagu. Liam tersenyum lagi memandang Queen yang sekarang sedang menggerak-gerakkan mulutnya ke kiri dan ke kanan. Lalu tiba-tiba Queen kembali memekik dan melompat sekali. Dipegangnya lengan Liam, wajahnya tampak menggemaskan dan dia mengedip-ngesipkan matanya.

Night Changes ~ One Direction FanficTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang