Chapter 3 : Perjalanan Dimulai

23 2 0
                                    

Mayat, darah, bau amis, bau busuk, rumah terbakar, potongan tangan, potongan kaki, potongan kepala, api, pohon terbakar. Itu yang kurasakan dan kulihat waktu aku keluar rumah.

Alasan aku keluar rumah adalah untuk mengubur mamaku dan kepala papaku. Karena aku tidak bisa menemukan badan dari papaku, aku hanya bisa mengubur kepala papaku.

*Sreet Sreet Sreet*

Aku menyeret tubuh mamaku yang sudah kaku ke lubang yang sebelumnya aku gali 500 meter dari arah depan rumahku.

"Hgh..."

Sesampainya ke lubang yang sudah ku gali, aku mengangkat tubuh mamaku —walaupun hanya sedikit terangkat— dan dengan perlahan menjatuhkannya ke dalam lubang. Setelah itu aku kembali ke dalam rumah untuk membawa kepala papaku dan menaruhnya ke dalam lubang di samping kanan mamaku yang masih terduduk.

"Hghh!"

Aku mencoba meluruskan tubuh mamaku agar mama bisa lurus tidur dan mudah menguburnya, tapi hal yang kulakukan sepertinya percuma, karena tubuh mama tidak bisa tidur lurus. Waktu kepala mama bisa tidur tapi kaki mama lurus ke atas dan waktu kaki mama kutaruh di tanah, kepala dan badan mama menghadap ke atas.

Akhirnya aku mengubur mama dengan mendudukkan mama dengan bersender ke dinding lubang yang ku gali, dan aku meletakkan kepala papa di pangkuan mama.

Aku masih berdiri melihat kuburan mama dan papa setelah aku menutup lubang kubur mama dan papa dengan tanah.

"Tenang saja ma, pa."

Aku juga tidak tau kenapa tapi aku tersenyum saat mengatakan itu ke arah kuburan mama dan papa.

"Aku akan masuk TNI dan menghabisi seluruh IAI bangsat itu. Aku berjanji. Ah! Tenang saja ma, aku bukan pembohong seperti mama jadi pasti akan kuhabisi IAI tanpa bersisa satu pun. Tanpa bersisa satu pun."

Aku masih tersenyum sambil mengatakan itu.

Setelah beberapa lama aku berdiri dan terus menerus menatap kuburan papa dan mama, aku berjalan ke arah rumahku dan mengambil tas yang berisi roti dan minuman yang kudapat dari ruang bawah tanah rumahku, tas ini aku siapkan dari beberapa hari yang lalu untuk pergi menuju markas TNI.

Bau amis, bau busuk? Aku seperti sudah terbiasa dengan bau ini, jadi aku tidak terlalu terganggu dengan bau yang menyengat ini. Karena aku sudah sekitar 5 hari berada di sini dan mencium bau itu sejak aku keluar dari ruangan besi itu.

Awalnya aku hanya bisa duduk tidak tau mau berbuat apa setelah melihat mama dan papa yang seperti itu, tapi setelah beberapa hari aku memikirkannya akhirnya aku mendapatkan sebuah tujuan yaitu membunuh seluruh anggota IAI. Bunuh, bunuh, bunuh, sampai tidak bersisa satu pun.

Aku kemudian berjalan setelah membawa tasku ke arah depan atau lebih tepatnya ke arah pintu keluar desa, karena IAI datang dari arah masuk desa atau arah yang berlawanan dari arahku melangkah jadi aku mengambil kesimpulan kalau markas TNI ada di arah pintu keluar desa, sebab jika tidak maka TNI dan IAI tidak perlu bertarung di desa kami.

Mayat, mayat, mayat, tangan, tangan, kaki, kepala, mayat hangus terbakar, mayat, mayat, mayat. Itu yang kulihat sepanjang jalan menuju keluar desa.

"!"

Aku menghentikan langkahku saat aku melihat jepit rambut yang sepertinya familiar bagiku yang menempel di rambut sebagian kepala yang ada. Aku mengambilnya dan menggenggamnya dengan erat.

"Hem, maaf melupakanmu Sirna. Tapi tenang saja dan liat aku, aku akan jadi pahlawanmu yang akan menghabisi IAI. Hehehe jangan takut, aku pasti berhasil menghabisi semua anggota IAI. Setelah itu berhasil.... Setelah itu.... Aku akan menyusulmu dan mengatakan kalau aku sangat menyukaimu, lalu kita akan menikah dan jadi keluarga bahagia seperti mama dan papaku. Jadi duduk santai dan tunggu pangeran berkudamu ini menjemputmu nanti."

BLADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang