Chapter 6 : The Art Of Bullet

25 2 0
                                    

"Siapa aku ya?....."

Dalam kedipan mata setelah kata-kata lelaki tersebut, tuan putri dengan jelas melihat sebuah timah panas mengarah ke dirinya.

Dengan cepat tuan putri memerengkan dan menggerakkan tubuhnya ke arah kanan agar peluru itu tidak mengenainya, tapi bagaimana pun kecepatan tuan putri, tetap saja peluru itu mengenainya tapi untung saja itu cuma sedikit di pipi kiri tuan putri dan di bagian itu pula nampak darah segar mengalir.

Kini tuan putri terjatuh di tanah akibat gerakannya yang terburu-buru dan lumayan kuat untuk menghindari peluru yang mengarah ke dirinya tadi.

"Aku pengguna Art."

Dengan tatapan serius dan suara yang serak, lelaki itu mengatakan itu sambil memegang pistolnya yang masih mengeluarkan asap.

Pistol yang lelaki itu pegang itu kecil berwarna hitam legam tapi berbentuk elegan, pistol XD(M)® 3.8″ Compact 9mm.

"Gk!"

Walaupun itu cuma luka kecil, tapi rasa perih itu tetap ada di pipi kiri tuan putri. Tangan kiri tuan putri menyentuh pipinya tapi tidak di bagian luka itu, lebih ke bawah sedikit. Mata tuan putri menatap lelaki besar itu dengan pandangan penuh kemarahan.

"Tuan putri!"

"Bajingan."

Ior menghampiri tuan putri yang terjatuh ke tanah sedangkan Sera berdiri dari tempat duduknya atau lebih tepatnya berdiri di atas tempat duduk mobil yang ia duduki tadi lalu ia mengambil pistolnya dan mengarahkannya ke lelaki yang tadi menembak tuan putri.

"Hentikan Sera!"

Saat Sera telah siap menembaknya, tuan putri mengatakan itu.

"Kenapa tuan putri?! Biarkan saya menembak bajingan ini yang berani menembak tuan putri!"

Sera mengatakan itu tanpa mengalihkan pandangannya dari lelaki tersebut, ya karena Sera menganggap tuan putri adalah orang yang berharga terlebih dalam hatinya ia menganggap tuan putri adalah adik perempuan yang paling ia sayang. Tentu saja Sera marah, siapapun akan begitu jika melihat orang yang mereka sayangi disakiti, terlebih faktanya jika tuan putri tadi tidak menghindar, mungkin peluru itu bisa saja mengenai mata kiri atau di bawah mata kiri tuan putri.

"Turunkan senjatamu sekarang Sera!"

Tapi kata-kata tuan putri itu membuat kemarahan Sera berganti dengan kebingungan.

"Kenapa tuan putri?"

Sera menghadapkan wajahnya ke tuan putri sambil perlahan menurunkan senjatanya dari arah lelaki tersebut.

"Karena kau tidak akan pernah menang."

Sambil berkata itu tuan putri berdiri dan sedikit dibantu oleh Ior.

"Apa karena dia pengguna Art? Tapi saya juga bisa menggunakannya, apa tuan putri lupa itu? Apa tuan putri meragukan kemampuanku?"

Sambil mengatakan itu Sera meletakkan tangannya di dadanya, jika tuan putri sampai mengatakan "iya" maka Sera akan marah pada dirinya sendiri karena ia tidak pantas menjadi penjaga tuan putri kalau tuan putri saja tidak mengakui kemampuannya.

"Kalau begitu kubalikkan pertanyaan itu, apa kau lupa kalau aku juga pengguna Art? Dan apa kau juga lupa apa kemampuanku Sera? Atau kau menganggapku bodoh Sera, sampai aku lengah dan menerima peluru itu?"

"Eh! Te-Tenu saja saya tidak pernah berpikir seperti itu."

Perkataan tuan putri membuat Sera sangat terkejut, tentu saja Sera tidak pernah berpikir kalau tuan putri itu bodoh tapi soal Sera yang melupakan kemampuan tuan putri itu adalah benar, tapi mau bagaimana lagi? Tadi Sera hanya diliputi oleh rasa marah setelah melihat lelaki tersebut berani menembak tuan putri, orang yang sangat ia sayangi dan orang yang sangat berharga bagi Sera.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 26, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BLADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang