Chapter 5 : Art

29 3 0
                                    

Dari banyaknya pohon yang berdiri, nampak sebuah bayangan lumayan besar bergerak dengan sangat cepat. Semak belukar yang menghadang, lubang yang ada di depannya, dan bahkan lumpur tidak bisa memperlambat laju gerakan bayangan itu.

Setelah beberapa lama bayangan itu 'bergelut' dengan semak belukar, lubang dan lumpur, akhirnya bayangan itu keluar dari dalam hutan dan nampaklah wujud dari bayangan itu. Ya, sebuah mobil jeep berwarna hijau yang hampir dipenuhi dengan lumpur hingga menutup warna hijau jeep itu sendiri.

Di atas mobil jeep tersebut terlihat yang mengemudinya adalah Sera, dengan di samping kursi Sera adalah tuan putri, sedangkan Ior di belakang mereka berdua.

Dengan tidak mengurangi kecepatan mobilnya walaupun mereka telah keluar dari hutan, Sera terus memacu mobil jeep melaju ke arah depan.

"5 menit tiba ke camp IAI."

"Ya."

Tuan putri hanya menjawab pelan sambil mengangguk setelah mendengar laporan dari Sera.

Mobil ini sepertinya sampai di sebuah pedesaan yang bisa dibilang hancur lebur, mungkin karena perang. Tapi Sera tidak memperdulikan itu dan terus memacu si mobil jeep-nya itu.

Sebuah bangunan semi permanen yang tampak lumayan berantakan dan rusak mereka lewati, mungkin bagi Sera, tuan putri, dan Ior itu hanyalah bangunan biasa. Tapi di situlah orang yang mereka cari, Bakir, tergeletak setelah mendapatkan tendangan keras di kepalanya........begitu seharusnya, tapi di situ tak terdapat seseorang yang nampak tergeletak, hanya ada sebuah gigi yang ada di teras bangunan itu. Tentu saja Sera, tuan putri dan Ior tidak mengetahui tentang itu.

Sera terus melaju jeepnya hingga sebuah anak kecil yang berlari di jalur jeep-nya yang membuat Sera langsung menginjak rem.

Anak itu adalah anak perempuan berambut hitam lurus panjang, tidak tinggi, bermata hitam. Mungkin sekitar berumur 10 tahun. Ya, anak perempuan ini tidak salah lagi, anak perempuan yang sama dengan yang melempar Bakir.

Anak perempuan itu sepertinya hanya bermain dan sangat kaget waktu tau ada sebuah mobil yang akan menabraknya jika saja Sera tidak menginjak rem mobil tersebut. Tentu saja Sera, tuan putri, dan Ior juga dikagetkan dengan tingkah anak itu yang muncul tiba-tiba ke arah mobil mereka melaju.

"Syukurlah tidak tertabrak."

Sera mengatakan itu sambil bernafas lega dan meletakkan kepalanya di kemudi mobilnya. Sementara anak perempuan itu setelah sadar bahwa dirinya selamat langsung terduduk membisu ke tanah.

Tuan putri kemudian turun dari mobil jeep tersebut lalu berjalan menuju arah anak perempuan itu.

"Tuan putri?"

Sera yang sadar tuan putri turun dari mobil hanya memandang tuan putri dan memanggilnya pelan, tentu saja tuan putri tidak mendengar suara Sera karena sangat kecil dan juga Sera tidak bermaksud memanggil tuan putri, ya karena panggilan tadi bisa dikatakan panggilan ingin tau apa yang akan dilakukan oleh tuan putri.

Setelah tuan putri cukup dekat dengan perempuan itu, ia jongkok untuk menyamakan tingginya dengan anak perempuan itu lalu tuan putri menyentil kening anak perempuan itu dengan tangan kanannya.

"Aw!"

Anak perempuan yang tadi membisu dan hanya terduduk itu kini sadar sebab rasa sakit di keningnya itu, tentu saja itu tidak sampai membuat keningnya berdarah, tapi keningnya merah akibat sentilan tuan putri. Mungkin karena itulah anak perempuan itu kini memegang keningnya dengan ke dua tangannya sambil menatap tuan putri dengan air mata yang ada di ujung kedua matanya.

"Lain kali hati-hati."

Setelah mengucapkan itu tuan putri berdiri dan hendak menuju kembali jeep-nya, tapi...

BLADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang