Third

396 24 0
                                    

a/n : Di part ketiga ini, bakal pindah POV ya. Mungkin selanjutnya juga bakal pindah POV, tapi mimin pasti kasih tau kok ;D Di multimedia adalah Mikha Angelo. Enjoy xx

👐👐

MIKHA POV

Ku tanya diriku, menunggu disini. Apakah ini yang juga kau mau?

Haruskah ku katakan agar kau mengerti, apa yang selama ini aku tunggu?

Ku, tak ingin kulepaskan.

Hanya kau yang ku inginkan.

Haruskah ku ada?

Haruskah ku pergi?

Mungkinkah kurelakan semua?

Mungkin ku tak benar, salahkan diriku. Ku tak ingin melihatmu pergi.

Kita sempurna, mungkin sebaliknya, mungkin kita takkan pernah menyesal?

Kita bisa sedih, mungkin bahagia, mungkin kita satu selama-lamanya?

Maybe we should try.

👐👐

Malam itu, aku sedang dalam perjalanan menuju rumah seseorang bersama papa dan mama. Pertemuan keluarga? Haha anggap saja seperti itu. Aku sudah tidak sabar bertemu dia!

"Kita sampai" Aku turun dari mobil dengan cepat, lalu pria yang kira-kira seumuran dengan papa menymbut kami. Kita masuk dan langsung memulai makan malam bersama.

Aku selalu suka memandang dia.

Senyumnya,

Tawanya,

Matanya,

Semuanya indah buat aku.

Dia berdiri, "Mikh, main ke belakang rumah yuk!" Dan akupun berjalan mengikutinya.

"What's up? Hehe" Kami berdua duduk di atas rerumputan yang dirawat dengan baik. "I'll tell you something. Tapi dengerin dulu ya?" Dia memohon. Astaga, tidakkah dia menyadari dirinya begitu lucu?

"Okay, aku akan dengerin"

"First time, i give you applause for winning my heart hahaha! Selama ini kamu dan Cuma kamu sepertinya, yang bisa merubah aku 180 derajat. Yang dulu insecure, sekarang aku bisa yakin buat tunjukin diriku. Yang dulu hobi negative thinking, tapi aku belajar dari kamu untuk selalu positive. Stay positive."

Oh My God! Kamu juga berhasil merubah hidupku, Win.

"Dan aku nggak tahu alasan bisa jatuh cinta sama kamu. Semuanya mudah banget, alasannya? Aku nggak tahu. Sama kamu semuanya aman. Aku selalu merasa bahagia sama kamu. Kamu tahu alasannya?"

Aku menggeleng, dan dia tertawa kecil.

"Well, aku juga. Setiap cari alasannya, gak ketemu." Dia menopang kepalanya dengan kedua tangan.

"Mik, kamu percaya aku nggak?"

Percaya kamu, Win? "Gak usah ditanya, Win. Aku selalu percaya kamu. Kenapa?"

"Thank you, Mik. Tapi.. Long distance? Apakah kita bisa?"

Wait, wait... "Tunggu. Maksudnya, Win?"

"2 hari yang lalu papa dapat tugas kantor di Surabaya. Well, aku harap aku bisa menetap di Jakarta dan tentunya selalu bareng kamu. Tapi, aku ngga ada saudara disini, dan kamu juga lagi suka banget nge-band kan? Kamu gimana seandainya kita pindah?"

Astaga... Aku tahu ini sulit buat dia dan aku. Siapa sih di antara kalian yang ingin berpisah dengan orang yang kalian sayang? Mungkin ini saatnya aku menahan semua kegeoisan dan belajar memahami keadaan.

Long distance? Why not?

"Kamu sayang keluargamu, kamu juga sayang aku. Aku sangat tahu dan sangat mengerti. Long distance? It's okay asalkan kita saling percaya. Aku selalu percaya kamu dan kamu juga percaya aku kan?"

Dia memelukku dan, apa? Menangis? Aku paling tidak bisa melihatnya menangis.

"Hei, hei. Sweety, jangan nangis dong nanti tambah jelek."

"Ah jahat! Hahaha thank you so much! Kamu juga moodbooster terbaikku. I love you, Mikh"

"Love you moreeee and moreeeeee"

Malam itu kami tertawa bersama. Belajar untuk dewasa ditengah situasi sulit.

I love you Winna, to Pluto and back.

👐👐

Panas terik. Astaga kenapa sekarang suhunya bisa sepanas ini? Tapi suasana ini tidak juga mengangguku untuk mengingat semua tentang dia. Sudah 2 tahun, dan selama 3 bulan belakangan aku berhenti menghubungi dia.

Aku jahat?

Okay, boleh kalian berfikir seperti itu.

"Mikha, take vocal ya. Ini yang terakhir." Dua kakak ku sudah keluar dari tempat rekaman, dan mereka menyemangatiku. Fiuh, give ur best Mik!

1 jam kemudian, semuanya selesai. Dan aku meminta file salah satu lagu yang akan ada di albumku. Sudah jadi, kemarin.

Lyricnya, aku menulis liriknya bareng sama dia. Waktu itu kita challenge bikin pusi paling romantis, ternyata sampai di baris ketiga kami gagal. Jadilah kami menulis bersama-sama.

Terakhir kali aku bertemu dengannya, dikala event Pekan Raya Jakarta. Dia begitu cantik dengan cardigan coklat, well, hadiah dariku. Dan tadi pagi, reminder berbunyi dari handphoneku. Besok adalah hari ulang tahunnya.

Ini dia.

Aku akan memberi tahunya semua alasan. Alasan menghilangnya aku 3 bulan belakangan ini.

MungkinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang