Fidellia's POV
Rutinitas yang tak pernah terlewat disetiap harinya yaitu berdiri didepan jendela untuk menyambut pagi yang kelabu dimana rintik hujan masih setia menemani hingga sebuah ketukan dipintu membuatku tersadar bahwa diriku memiliki janji dengan seseorang. Aku pun langsung bergegas untuk mengambil tas dan long coat berwarna abu-abu. Sesampainya didepan rumah aku melihat Revan, Bian serta Odil berdiri didepan mobil menungguku dan saat aku akan menghampiri mereka, Bian justru lebih dulu berlari kearahku dan menggenggam erat tanganku.
"Tante kenapa lama sekali. Bian kira tante gak mau ketemu Bian lagi." Sergap Bian disampingku dengan wajah cemberut dan menarikku mendekati Revan serta Odil.
"Maaf ya, kalau tante lama. Tapi sekarang kan tante udah disini." Ucapku tenang sambil mengelus kepala Bian dengan lembut.
"Ayo berangkat." Ajakku pada Revan yang terus menatapku. Anak-anak telah siap dan duduk dengan tenang dikursi belakang sambil bernyanyi dengan riang. Sesampainya disana Bian mulai menarikku untuk mencoba semua wahana permainan yang ada. Bian & Odil benar-benar bersemangat dengan semua hal yang berhubungan dengan permainan, bahkan tak ada rasa takut dan lelah yang terlihat diwajah mereka. Waktu mulai menunjukkan pukul 12 siang dan sinar matahari semakin terik. Aku memutuskan untuk mengajak mereka makan siang terlebih dahulu sebelum mulai bermain lagi. Setelah selesai memesan menu makan siang, aku pun melihat berita yang sedang ditayangkan di TV yang tergantung pada sudut ruangan dan tak lama terdengar nada dering diponselku.
Incoming call-Unknown.
"Nomor siapa lagi ini?" Batinku.
"Kalian makan duluan saja, aku angkat telpon sebentar." Ucapku pada Revan yang ditanggapi dengan anggukan darinya. Aku keluar dari foodcourt dan menjawab telponku yang terus berdering.
"Halo?" Tanyaku langsung.
"......"
"Kantor Polisi? Sekarang?" Tanyaku bingung.
"......"
"Baik saya segera kesana." Jawabku langsung mengakhiri panggilan. Aku kembali masuk dan berjalan kearah meja tempat Revan dan anak-anak yang sedang menikmati makanan yang sudah tersaji.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saving Hope
Romance"Apa kau ingat surat ini?" tanyaku. Aku menunggu jawabannya dengan cemas. Namun tak ada jawaban apapun dari bibirnya. Apa dia tak ingat? Ya, mungkin dia memang tak ingat atau mungkin memang bukan dia orang yang menulis surat ini. Haruskah aku men...