Fidellia's POV
Hujan dipagi hari ketika harus pergi bekerja membuat moodku rusak. Aku benci hujan tapi aku suka mendung. Aneh bukan yah itulah aku. Apalagi setelah kejadian 3 hari yang lalu membuatku sulit untuk memejamkan mata. Sosok lelaki itu terus menghantui pikiranku dan membuatku sulit untuk menghapus bayangannya dari diingatanku. Aku juga sudah memberikan jawaban pada Rama bahwa kami tak bisa melangkah ke tahap yang lebih serius. Entah mengapa sampai saat ini aku masih saja sulit untuk membuka hati terhadap setiap pria yang datang. Lagipula selama 3 tahun ini aku selalu sibuk dengan pekerjaanku dan mungkin sekarang memang belum saatnya untuk jatuh cinta kembali.
"Selamat pagi ibu Lia, ini ada dokumen dari accounting." Sapa receptionist yang berjaga saat aku baru masuk kedalam kantor sambil menyerahkan amplop coklat padaku.
"Pagi, ok terima kasih ya." Jawabku singkat sambil kembali melangkah dan tak lama Ira memanggilku.
"Li, ada tamu tuh cari kamu. Orangnya sudah nunggu diruanganmu." Kata Ira menjelaskan.
"Tamu? Seingatku, aku tidak punya janji dengan siapapun pagi ini." Balasku sambil menatap Ira dengan wajah heran.
"Tadi sih katanya namanya Henry. Dia bilang, dia mau membicarakan masalah tender property minggu lalu." ucap Ira yang terlihat kesulitan dengan setumpuk dokumen yang dibawanya.
"Ya sudah, thanks infonya ya ra." Jawabku sambil berlalu menuju ruanganku.
Ceklekk...
Aku masuk ke dalam ruanganku dan melihat seorang pria yang duduk disalah satu sofa yang menghadap kearah meja kerjaku. Dia menoleh dan tersenyum dengan sangat manis kearahku. Bahkan sangking manisnya orang yang melihat senyumannya saat ini akan langsung terserang diabetes. Dan jujur saja entah mengapa aku tidak suka melihat senyumnya itu dan malah bergidik ngeri. Aku menutup pintu ruanganku dan berjalan kearahnya.
"Selamat pagi, maaf saya terlambat." Ucapku pada pria itu dan pria itu pun berdiri dihadapanku masih dengan senyumannya yang membuatku muak.
"Selamat pagi Ms. Fidellia. Tak apa, justru saya yang harusnya minta maaf karena datang kemari tanpa membuat janji terlebih dahulu. Perkenalkan nama saya Henry Bramaswara dan bolehkah saya memanggil Anda dengan panggilan Ms. Lia?" Jawab pria itu sambil mengulurkan tangannya dan aku pun membalas jabat tanganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saving Hope
Romance"Apa kau ingat surat ini?" tanyaku. Aku menunggu jawabannya dengan cemas. Namun tak ada jawaban apapun dari bibirnya. Apa dia tak ingat? Ya, mungkin dia memang tak ingat atau mungkin memang bukan dia orang yang menulis surat ini. Haruskah aku men...