Fidellia's POV
Suasana cafe yang mulai ramai membuatku mengalah dengan tamu yang lain dan memilih untuk pulang ke rumah. Jalanan yang tidak terlalu padat membuatku sampai dirumah dengan cepat. Sesampainya dirumah aku langsung berjalan kearah kamar dan menaruh undangan diatas meja dekat pintu. Namun ada satu hal yang membuatku terus memikirkannya sepanjang perjalanan pulang dari cafe hingga saat ini, aku tak tau akan pergi atau tidak ke acaranya Vita karna gak mungkin kan aku mau pergi ke acara itu sendirian tanpa pendamping. Yah, selalu saja begini kendalanya. Dapat undangan tapi tak tau akan pergi dengan siapa. Yah beginilah nasib orang single. Aku mengambil ponselku dan melihat kontak di ponselku satu persatu mencari teman yang mungkin bisa aku jadikan pasangan untuk datang ke acara Vita.
Aha! ini dia. Sepertinya dia bisa dijadikan one night partner - Ade Wirama P
Tanpa pikir panjang aku pun langsung menghubunginya dan dia pun setuju dengan ajakanku. Aku tak menyangka akan semudah itu dia menyetujui ajakanku.
Okay, time to get ready..!!
Rama menjemputku tepat waktu dan untungnya saat dia menjemput aku sudah dalam keadaan siap sehingga tanpa menunggu lama pun kami langsung berangkat. Aku mengenakan gaun berwana biru dongker dengan bagian punggung yang sedikit terbuka dan dipadukan dengan clutch silver serta polesan make-up tipis agar penampilanku tidak terlihat terlalu buruk.
Selama berada dimobil aku tidak banyak berbicara. Aku hanya akan berbicara jika Rama bertanya dan Rama juga sepertinya tau bahwa aku sedang tidak ingin mengobrol dengannya. Sehingga dia pun tidak melanjutkan untuk bertanya dan memilih untuk fokus mengemudi walaupun terkadang dia sering mencuri pandang untuk melihatku.
"Jangan memandangiku terus.. Karena nantinya kita bukannya sampai ditempat tujuan tapi malah berakhir dirumah sakit" ucapku yang mulai risih dengan sikapnya itu.
"Hahaha.. Darimana kau tau aku memandangimu? Kau percaya diri sekali nona." Jawabnya berusaha mengelak dari tuduhanku.
"Aku tidak akan berbicara seperti itu jika aku tidak mengetahuinya. Aku melihatmu dari sini." Jawabku sambil menunjuk ke kaca samping mobil dimana aku bisa melihat bayangannya yang sedang menatapku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saving Hope
Любовные романы"Apa kau ingat surat ini?" tanyaku. Aku menunggu jawabannya dengan cemas. Namun tak ada jawaban apapun dari bibirnya. Apa dia tak ingat? Ya, mungkin dia memang tak ingat atau mungkin memang bukan dia orang yang menulis surat ini. Haruskah aku men...