Part 7 - Stay Away

4 0 0
                                    

Fidellia's POV

Sudah seminggu aku absen dikantor dan sore ini aku menerima kabar dari atasanku yang mengatakan bahwa aku tak perlu masuk kerja besok, aku sempat berfikir apakah aku dipecat? Tapi ternyata bukan itu yang ingin beliau sampaikan, melainkan pemberitahuan mengenai dinas kerja ke Singapore selama satu minggu untuk menghadiri sebuah tender yang mana aku ditugaskan untuk hadir sebagai wakil dari perusahaan. Setelah melihat dan mempelajari email berisi seluruh data keperluan tender serta tiket dan akodomodasi yang telah disiapkan, akupun bergegas menyiapkan segala perlengkapan untuk seminggu dan memesan taxi menuju airport.

Knock. Knock

"Iya." Sahutku, pintu kamar terbuka dan ibu masuk dengan wajah bingung melihatku berpakaian serba hitam with nude hand bag dilenganku dan travel bag disisiku.

"Loh? Kamu mau pindah kemana nak? Kamu kan baru saja sembuh, jangan pindah ya.. tetaplah tinggal disini." Ucap ibu cemas dan sendu.

"Fidel, gak pindah kok bu." Jawabku tenang.

"Jadi mau kemana bawa koper gini?" Tanya ibu lagi.

"Fidel harus ke Singapore selama seminggu, ada kerjaan disana dan siang ini jadwal keberangkatannya. Jadi ibu tenang aja ya. Fidel pasti balik kok." Jawabku lembut.

"Ya sudah kalau gitu, ayo ibu bantu bawa turun. Taxi yang dipesan sudah datang." Ucap Ibu yang kutanggapi dengan anggukan. Sebelum pergi aku pun berpamitan dengan dengan Kak Nata, si bocah kembar yang merengek tak rela ditinggal dan ibu yang memelukku erat seakan tak ingin melepasku pergi walaupun hanya seminggu. Setelah sesi pamitan yang cukup lama akhirnya aku sampai juga di Airport.

Drrttt . Drrrttt . Drrrttt ...

Incoming call-Bella

"Halo."

"Sudah baca email?" Sahut Bella to the point.

"Email? Email apa?" Tanyaku yang berusaha menggodanya walau sebenarnya aku tau email apa yang dia maksud.

"Ck, gak mungkin deh kamu belum baca." Sahutnya kesal dengan responku.

"Lagian kamu nelpon tiba-tiba langsung tanya masalah email, coba deh tanya kabar dulu atau tanya keadaan sekitar atau cuaca hari ini." Jawabku asal.

"Apaan sih, kamu habis operasi otak ya? Otakmu geser tuh atau jangan-jangan ketuker. Pasien belum waras kok sudah keliaran." Jawabnya sewot.

"Hahaha ... Sialan. Kamu kangen aku yaaa??" Tanyaku lagi.

"Idiih rese!! Ya udah deh hati-hati dijalan, jaga kesehatan dan jangan lupa oleh-oleh yang banyak buatku, Bye." Jawabnya dan mengakhiri obrolan singkat kami. Tak banyak yang bisa aku lakukan selama berada di VIP Lounge sebelum akhirnya take off menuju negara tetangga yang terkenal dengan singa lautnya, Merlion.

Yah, setidaknya dengan adanya perjalanan ini bisa menjadi alasanku untuk menghindar sementara darinya. Walaupun sebenarnya aku tak tau mengapa aku harus menghindarinya. Batinku

******###******

Author's POV

Dua hari ini Revan semakin sibuk diruangannya, karena besok akan ada tinjuan investor dari Singapore dan dia harus mengejar segala ketertinggalannya setelah absen selama empat hari. Bahkan setiap panggilan dan chat dari Frisca pun diabaikan, hanya ada satu hal yang mengganggu pikirannya selain pekerjaan, yaitu Fidel. Diamnya wanita itu membuat Revan gusar dan entah pendekatan seperti apa lagi yang harus Revan lakukan agar wanita itu tidak mengabaikannya.

"Maaf Nona, akan tetapi Mr. Revan sedang sibuk dan tak ingin diganggu. Mohon agar membuat janji terlebih dahulu." Ucap Dave dengan tegas.

"Saya tidak perduli. Saya mau bertemu dengan Revan sekarang dan kamu lebih baik menyingkir." Suara lantang Frisca terdengar sangat jelas dari dalam ruangan Revan dan Revan yang mendengarnya pun hanya dapat mengehela nafas berat dengan kelakuan Frisca.

Saving HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang