Part Tujuh

4.6K 276 7
                                    

Deburan ombak menjadi teman yang setia menemani Jo yang sedang duduk di pasir di tepi pantai yang tak jauh dari rumah lamanya.

''Ingin rasa aku hilang dari pandangan semua orang.'' Jo mengehela nafas panjang.

***

Waktu dengan cepat berlalu dan tak terasa hari sudah semakin malam, terlihat Bimo yang panik dikarenakan Jo yang tak kunjung pulang.

''Kak kenapa sih dari tadi cuma mondar-mandir di gerbang utama?" tanya Gery.
Bimo menjawab dengan rasa panik.

''Jo belum pulang sampai larut begini, kalau tuan tahu pastinya bakal gawat dek.''

Gery sedikit cemberut karena Bimo bersikap berlebihan.

''Kakak gak usah panik lah, paling juga dia pergi ke tempat yang ia mau dia kunjungi yang selama ia disini.''

Bimo langsung memikirkan satu tempat yang mungkin di datangi oleh Jo.

''Kakak pergi dulu yah, kamu sebaiknya tidur dek,bukannya besok harus sekolah..''

Bimo mengusap kepala Gery dan menuju ke garasi. Bimo pun memacu mobil nya dengan kecepatan yang sangat cepat.

***

Sementara itu Jo yang duduk di pasir di kejutkan dengan kedatangan Bimo yang tergesa-gesa langsung menarik tangannya.

''Ayo pulang Jo, sudah jam 11 kalau ayahmu tahu pasti kamu akan di marahi habis-habisan.''

Jo berusaha melepaskan tangannya yang di tarik sangat kuat oleh Bimo.

''Gak, aku gak mau pulang, aku gak perduli lelaki itu marah padaku.''

Tanpa memperdulikan perkataan Jo, Bimo dengan kuatnya terus menarik Jo menuju mobil hingga pergelangan tangan Jo memerah.

Setibanya di rumah, Bimo segera menarik Jo untuk masuk ke kamar agar segera tidur. Namun mereka terhalangi oleh ayah Jo yang sudah berdiri di depan ruang tamu.

''Darimana saja kalian ?

Jo melepaskan tangan Bimo yang memegang tangannya.

''Saya menjemput Jo yang sedang pergi belajar di rumah temannya tuan.''

Jo menatap Bimo dengan tajam.

''Jo, ayah gak ingin hal ini terulang lagi, kalau kamu butuh guru maka kamu tinggal bilang Bimo dan Bimo akan segera menelpon guru privat untuk datang kerumah, lain kali ayah gak mau putera ayah jadi berandalan, jam segini baru pulang.''

Jo hanya diam dan berlalu meninggalkan ayahnya. Setibanya di depan pintu kamar Jo tertahan oleh panggilan Bimo.

''Tunggu Jo, kakak mau bicara sebentar.''

Namun Jo tetap masuk ke kamarnya.

''Tak perduli seberapa bencinya Jo pada kakak, tapi kakak harap Jo akan selalu ingat perkataan kakak ini, belajarlah tersenyum jangan pernah takut untuk tersenyum Jo.''

Tanpa memperdulikan perkataan Bimo, Jo terus berjalan memasuki kamarnya. Ternyata di kamar sebelah, Gery mendengar perkataan Bimo tersebut.

''Tersenyum, gak mungkin iblis kayak dia bisa tersenyum karena kebahagaian orang lain.'' Gumam Gery sembari tertawa geli sendiri di kamarnya.

Tak lama berselang Bimo datang ke kamar Gery dan memberikan Gery sebuah barang dan sepucuk surat.

''Kak kenapa mesti pake surat, kenapa gak bicara langsung sama Gery.''

Bimo hanya berlalu dan pergi memasuki kamarnya dengan wajah sedih.

***

Keesokan paginya, seperti biasa Jo sedang menyiapkan diri untuk pergi ke sekolah. Terlihat Bi Inah memberi nasihat kepada Bimo di dapur. Melihat itu Jo terhenti sejenak dan memperhatikan percakapan mereka dari jauh, meski Jo tidak tahu apa yang di bicarakan oleh Bimo dan Bi Inah.

When Love Walked In HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang