Hari semakin malam, Jo yang tertidur di pantai tak kunjung bangun hingga hari sudah semakin larut.
''Kemana Jo pergi, sudah malam begini dia belum juga pulang ke rumah."
"Gery kamu tahu kemana Jo?" tanya ayahnya dengan sedikit kasar.
''Gery nggak tahu yah, udah puluhan kali Gery bilang kalo Gery gak tahu kemana kak Jo pergi.'' Gery segera naik ke lantai atas menghindari pertanyaan ayahnya yang menjadi-jadi.
***
Perlahan air laut yang mulai pasang menyentuh wajah Jo dan membuat ia tersadar. Ia mulai bangkit dari tidur nya dan duduk di tepi pantai
"Saat aku bangun, kamu tetap saja nggak ada, aku mohon pulang lah..'' Joo menggenggam erat jam pasir pemberian Bimo.
Akhirnya Jo memutuskan untuk segera pulang. Setibanya di rumah, ibunya dengan sigap memukul Jo dengan rotan.
''Dasar anak nggak tahu diri, kemana saja kamu, kamu tahu ibumu ini sudah sangat cemas.''
Jo hanya diam tanpa expresi mendapati pukulan bertubi-tubi dari ibunya. melihat itu Gery hanya tertawa keriangan dari kejauhan.
''Sekarang kamu di pukul oleh ibumu, tunggu saja saat ayah ku datang.'' Gumam Gery sembari tersenyum sinis.
Ternyata tak lama berselang tuan Bram datang dan tanpa ampun kembali memukuli Jo.
''Kamu harus ikuti aturan ayah Jo, jangan pernah kamu melangga nya lagi.''
Tuan Bram seperti kerasukan setan dengan terus memukul Jo hingga tubuh Jo penuh dengan darah.
Jo hanya diam dan terus mengingat nama Bimo.'Ini sudah tidak terasa, yang aku inginkan adalah mengetahui namamu.'
Hingga pada akhirnya tamparan Ibubya sedikit mengusik lamunan Jo.
''Apa kalian puas dengan semua yang kalian lakukan, meski aku mati disini kalian juga nggak akan peduli, yang kalian pedulikan cuma Gery.''
Jo menatap kedua orang tuanya dan berlalu meninggalkan mereka dengan badan yang penuh luka.
***
Sementara itu di kamarnya, Jo kembali mengobati luka-lukanya. Tak lama berselang Gery pun datang dengan beberapa buah jeruk nipis yang sudah dibelah.
''Kak Jo, aku punya sedikit hadiah buat kakak.''
Gery menatap dengan penuh kebencian.
''Ini kak, nikmatilah!!''
Tanpa basa-basi lagi, Gery segera meneteskan air jeruk nipis itu ke luka-luka Jo, sehingga Jo merasa sangat kesakitan.
''Kak Jo, jangan pernah coba merebut apa yang sudah jadi milikku sejak awal, bahkan ibumu sudah menjadi miliku, sekarang kamu sudah nggak punya siapa-siapa lagi di dunia ini.'' Gery tertawa kecil. "Kamu benar-benar lucu..'' Ucap Jo sembari terus berusaha melawan meski rasa perih terus menderanya.
''Kamu benar-benar seperti bayi ya Gery, kamu nggak bisa menyembunyikan ketakutanmu akan diriku, maka dari itu kamu berusaha sekuat tenaga menghentikanku, tapi itu percuma kamu bukanlah orang yang bisa membuat aku terjatuh sekalipun kamu punya kuasaan di rumah ini!''
Jo perlahan bangkit dari tempat tidurnya dan menatap Gery.
''Berhentilah bersikap seperti bayi yang kehilangan mainannya, karena kalau kamu seperti ini terus, maka aku, Jo, akan menghancurkan kamu dengan sekali serang.'' Jo tersenyum sinis serta berlalu menuju ke kamar mandi,
''Tunggu kak Jo, apakah kamu nggak berfikir tentang ibu mu? Kamu sudah nggak dapat kasih sayang darinya jadi sudah nggak ada yang akan lindungin kamu lagi.''
Jo membalikan badannya.
''Nggak perduli siapapun yang mendukungku, yang jelas aku adalah Jo, aku bukan anak cengeng kayak kamu!'' Jo kembali masuk ke kamar mandinya.
***Keesokan hari nya Jo dan Gery berangkat kesekolah, meski mereka berbarengan namun suasana kaku terlihat dari kedua kakak beradik itu.
''Anak-anak minggu depan adalah saat nya kalian mengikuti Ujian Nasional, jadi bapak harapkan kalian untuk belajar dengan tekun.'' sekilas pembicaraan kepala sekolah kala itu.
Jo menutup mata nya dan berharap untuk bisa mengingat nama si asisten yang mengusik fikirannya.***
6 Tahun kemudian
Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Jo dan Gery tumbuh menjadi pribadi yang berbeda-beda serta profesi yang berbeda pula. Gery menjadi seorang aktor terkenal sedangkan Jo setelah menyelesaikan kuliahnya, ia menjadi reporter handal di sebuah TV Swasta di kota itu.
''Gery bagaimana gosip mengenai hubungan anda dengan aktris cantik Dini'?' seorang wartawan mulai menjejali Gery dengan pertanyaan yang memojokan Gery.
''Bisa nggak kalo pertanyaan teman-teman semua tentang film terbaru saya aja?''
Tak di sangka di kerumunan wartawan itu terlihat Jo yang siap akan pertanyaannya.
''Maaf sebelumnya Ger, apakah tokoh yang anda perankan di film ini sebagai psikopat berpengaruh kepada kehidupan nyata anda?"
Gery menatap tajam pada Jo tapi sedetik kemudian langsung tersenyum.
''Hahahaha... saya rasa ini pertanyaan yang sangat lucu, tentu saja saya nggak seperti itu, kalau perannya baik dalam film itu mungkin saja akan berdampak pada kehidupan saya secara nyata, tapi kalau tokoh yang saya perankan tidak baik, seperti peran antagonis yang saya mainkan sekarng, tentu saja itu jauh dari kehidupan nyata saya.''
Jo mencatat apa yang di katakan oleh Gery dengan sigap. perlu di ketahui jika public tidak mengetahui siapa sebenarnya Jo dikarenaka Gery yang terkesan malu jika semua orang tahu bahwa Jo adalah kakak tirinya.
Sesi wawancara untuk film terbaru Gery telah selesai, terlihat Gery sedikit kesal dengan pertanyaan Jo tadi. Setibanya di rumah, Gery langsung menemui Joo yang pulang lebih dahulu. Terlihat Jo sedang duduk di depan laptopnya.
''Kak Jo, maksud kakak tanya begitu apa hah?"
Jo mengabaikan pertanyaan Gery dan terus melanjutkan pekerjaannya
''Kak Jo, dengerin kalau aku lagi ngomong!!"
Gery segera mengambil laptop Jo dan membantingnya hingga hancur.
''Apa-apaan kamu, lihat apa yang barusan kamu lakukan..!!"
Jo memungut puing-puing laptopnya.
''Kamu benar- benar nggak berubah, persis seperti bayi, asal kamu tau kalau umur kamu sudah nggak remaja lagi, kamu sudah dewasa, Gimana nggak aku nanya tentang kepribadian kamu tadi, kalau memang kenyataannya persis seperti di dalam film yang kamu perankan!!''
Mereka berdua saling bertatapan dengan tajam.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
When Love Walked In Heart
Teen Fiction》Another Reupload Gay Story 》Original Writer : Bank_Story 》Don't like don't read! 》LGBT Haters GO AWAY!!