Part Empat

5.4K 335 5
                                    

Setelah beberapa saat mereka saling bertatapan Gery memeluk Jo dengan penuh kasih sayang

''Kakak, aku harap kita bisa bersama selamanya.'' Gery tersenyum manis sembari terus memeluk Jo yang hanya diam tanpa membalas pelukan dari Gery.

Malam pun tiba, tak terasa esok adalah hari pernikahan ibunya Jo dengan ayah Gery, semua orang masih sibuk mempersiapkan pernikahan akbar tersebut yang di perkirakan akan di hadiri oleh tamu-tamu penting, namun keadaan tak jauh dari kerumunan orang-orang yang sibuk terlihat Jo menyendiri di kamarnya sembari berkata dalam hati.

'Aku ada di tempat yang aak semestinya, kamu benar-benar keterlaluan bu.'

Tak lama berselang, Gery pun masuk dan langsung duduk di sebalah Jo.

''Kakak, besok adalah hari pernikahan ayah dan ibu, aku harap kita bisa jadi keluarga yang bahagia." Gery tersenyum manis pada kakaknya itu.

''Keluar dari kamar ku, dan jangan pernah masuk lagi, kamu pikir kalau ini rumah mu jadi kamu bisa seenaknya masuk ke kamar orang lain, Sekarang ini adalah kamarku dan aku gak ngizinin kamu berada disini.''

Jo menarik tangan Gery dan mengusirnya, serta menutup pintu kamar.

''Kakak kenapa ya, apa dia gak suka sama aku? Gery tertunduk lemas di depan pintu kamar Jo.

Bimo melihat itu dari kejauhan dan sedikit membaca apa yang terjadi.

==

Keesokan hari nya acara yang di nantikan pun tiba, para undangan pun sudah mulai berdatangan, mitra bisnis serta orang-orang penting di negeri itu berdatangan sekedar mengucapkan selamat atas pernikahan ini.

''Kak, ini baju seragam kita di desain khusus untuk keluarga kita, karena kakak sudah menjadi bagian dari keluarga ini, jadi kakak pakai juga.'' Gery memberikan baju yang ia pegang, namun Jo membuang baju itu dan dengan santai nya memakai sweater dan celana pendeknya tak lupa ia mengenakan sepatu.

''Kak, jangan bilang jika kakak mau keluar pakai baju itu??'' Gery sedikit panik dan mencoba mencegah Jo untuk keluar.

''Minggir, jangan halangin aku!'' Jo berusaha menyingkirkan Gery yang berdiri di depannya.

''Kak, aku minta jangan keluar seperti ini, bisakah untuk sekali ini saja kakak berpakaian formal..''

Jo terus saja mencoba untuk keluar. Tak lama berselang Bimo pun datang ke kamar itu.

''Maaf semuanya kakak rasa kalian bukan anak kecil lagi yang harus seperti ini untuk mengutarakan pendapat, kalian itu sudah remaja jadi bersikaplah layaknya remaja dan kamu Jo, bukan cuma Gery yang memohon kali ini, tapi kakak pribadi juga memohon supaya kamu memakai jas itu.''

Jo dengan cueknya berlalu tanpa menghiraukan perkataan Bimo. Mendapati itu, Bimo segera menarik tangan Jo dan memaksa nya memakai jas itu.

''Apa-apaan ini, lepasin aku.'' Jo berusaha berontak namun Bimo lebih kuat darinya.

''Gery tunggu apa lagi, buka bajunya.''

Gery dengan sedikit panik mulai berusaha membuka baju dan celana yang Jo kenakan serta mengganti nya dengan pakaian yang telah di pilihkan.

''Kalian akan nyesel memperlakukan aku kayaki gini, lepasin aku, lepasin, lepasin aku..'' Jo berteriak dengan sangat keras, namun suaranya tetap tak di hiraukan.

Setelah berusaha keras akhirnya Gery dan Bimo berhasil membuat Jo terlihat formal.

''Kalian, bener-bener keterlaluan!!"

Jo pergi meninggalkan Gery dan Bimo yang sedikit tertawa kecil melihat ekspresi Jo yang sangat kesal.

''Kakak, kita berhasil maksa kak Jo buat berpakaian formal."

==

Setibanya di pesta, Jo hanya diam dan duduk tanpa berbicara pada siapapun yang ada di pesta itu, setiap kali ada yang menyapa nya, ia hanya cuek dan berlalu.

"Meriah banget ya Jo.'' Bimo tiba-tiba muncul di samping Jo.

''Rasanya acara seperti ini sudah berlangsung lama sekali, saat pertama kali melihat nyonya sungguh menenangkan kecantikannya dan menjelma menjadi ketampanan yang tercermin di dalam diri Gery.''

Jo melihat ke arah Bimo.

''Buat apa kamu nyeritain hal yang sangat gak penting seperti itu padaku..'' Jo meninggalkan Bimo dan menuju ke taman belakang untuk menyendiri.

''Hey, mau kemana kakak ikut yah..'' Bimo mengikuti Jo dari belakang.
Setibanya di taman, Joo hanya duduk di kolam ikan yang berada di taman itu.

''Jo, sebenarnya kamu bahagia atau gak dengan pernikahan ini?"

Jo hanya diam dan melempar kerikil ke dalam kolam.

''Jo jawab kakak..''

Jo menatap tajam ke arah Bimo.

''Diam dan berhenti ngikutin aku! Apa gak ada hal yang harus kamu kerjain selain nguntit orang lain?" Bimo hanya tersenyum manis.

''Jo, kakak tahu sulit buat kamu untuk menerima pernikahan ini, mungkin saja kamu maih mengingat ayah mu yang dulu.''

Jo tertawa sinis.

"Mengingat ? maksud kamu aku harus mengingat lelaki itu? lelaki yang sudah ninggalin aku dan ibu saat aku masih kecil, saat aku masih mau bermain dengannya, disaat aku masih butuh perlindungan darinya dan di saat aku mau membanggakannya pada teman-teman ku tapi apa yang harus aku banggakan, kemana dia, begitu menjijikan sampai aku gak sanggup lagi untuk muntah!!'' Jo pergi meninggalkan Bimo.

''Jo tunggu, bukan maksud kakak kayak gitu, tapi kakak cuma ingin mencairkan suasana.''

Jo membalikan badannya dan kembali menatap Bimo.

''Kalau kamu jadi aku, apa yang akan kamu lakukan, setiap beberapa bulan ibumu berganti-ganti suami??'' Bimo terkejut mendengar perkataan Jo.

''Saat laki-laki yang di singghii ibu sudah gak punya harta lagi, dia bercerai dan pindah ke lelaki lain, dan disaat yang sama aku harus beradaptasi lagi dengan lingkungan baru, entah sudah berapa lelaki yang jadi ayahku..'' Jo meneteskan air matanya.

''Jo,kakak bukan bermaksud kayak gini..'' dengan sigap Bimo memeluk erat tubuh Jo.

''Lepasin aku, lepasin. Gak seharusnya aku begini.''

Dari kejauhan terlihat Gery melihat Jo dan Bimo berpelukan.

''Kenapa rasanya begitu cemas?'' Gery menggenggam tangannya.

***

When Love Walked In HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang