Bertengkar, Berdamai

30.2K 759 2
                                    

Hari ini, Shinta sangat bahagia, entah mengapa.

Pulang sekolah, Baghas sudah menjemputnya dengan tepat waktu di depan sekolah. Dan yang lebih menyenangkan, Baghas menjemput Shinta sendiri, tanpa seorang Vinda.

"Vinda mana?" tanya Shinta. "Kok nggak ikut? Tumben."

"Biasa, lagi foto endorse."

"Wih, keren, ya. Pasti duitnya banyak tuh kayak Awkarin!" kata Shinta, membandingkan Vinda dengan beragam selebran sukses seperti Awkarin, yang popularitasnya terdengar dimana-mana.

"Nggak segitunya, sih.. Tapi mending, lah, daripada lo," ejek Baghas.

Shinta mencubit keras lengan Baghas. "Sialan! Ya gue mah apa, cuma anak SMA polos yang cuma kenal bedak sama liptint doang.. Mana laku gue jadi selebgram?!"

Baghas terkekeh. "Sadar diri juga rupanya."

"Kampret lo!"

Baghas makin tertawa. "Hahahahahaha. Duh, gue seneng banget kalau bikin lo marah. Asli!"

Shinta memutar bola matanya, sebal. Aneh, ya, kok Shinta bisa sangat nyaman di dekat lelaki yang membuat mood-nya seringkali berantakan. Entahlah, hanya semesta yang tau jawabannya.

"Tapi gini-gini, ada yang naksir gue, loh!" Shinta tiba-tiba menyombongkan diri.

"Rio, ya?"

"Iya! Dia masa makin berani nyamperin gue ke kelas, coba."

Baghas menggaruk tengkuknya. "Kenapa sih lo anti banget sama Rio? Rio tuh lumayan, lho. Pinter lagi, anak olimpiade, kan?"

Iya, sih... Tapi...

"Bener-bener deh lo.. Sok cantik," ejek Baghas. "Dan sok laku. Ada satu yang naksir kok nggak pernah direspon!"

"Berisik lo! Orang gue nggak suka!"

Baghas tertawa lagi. "Yes! Dalam satu waktu, udah dua kali gue bikin lo naik darah!"

"Sialan!" Shinta mencubit lengan Baghas lagi. "Ah udah dong, jangan nyebelin! Gue kan lapeer!"

"Iya, iya, damai," kata Baghas, dengan jari membentuk pose peace. "Mau makan?"

"Mau!"

"KFC?" ajak Baghas.

Dan dalam hitungan setengah detik setelahnya, Shinta langsung mengangguk kegirangan.

"Dasar bocah!" ejek Baghas.

"Lo tua!"

"Kita selisih setahun, oncom!"

Dan detik selanjutnya, mereka terus memperdebatkan hal yang sama sekali tak ada pentingnya.

**

Mereka sudah di dalam KFC, dengan nasi dan dada ayam, serta pepsi yang jadi andalan mereka berdua.

"Lo kayak anak sebulan nggak makan!" ejek Baghas.

Shinta makan dengan lahapnya, tanpa mempedulikan kata-kata Baghas.

"Tuh, kan, lebih pilih makan daripada gue," lanjut Baghas, iseng.

Shinta melirik ganas. "Terserah lo deh, biar lo seneng."

Detik selanjutnya, Shinta mengambil sedotan yang sudah ada di gelas pepsi milik Baghas.

"Eh itu sedotan gue, Shin!"

Shinta cuek. "Biarin. Gue lupa ambil sedotan, tadi!"

"Ambil, lahhh! Masa pakai sedotan gue? Udah bau ayam dong sedotan gue?" Baghas sedikit tidak terima.

Shinta bangkit berdiri. "Bawel lo. Nih, bentar, gue ambilin sedotan buat ganti sedotan lo!"

Baghas mengacungkan ibu jarinya. "Mantap, gitu dong!"

Beberapa detik pergi mencari sedotan, dan sekarang Shinta sudah mendapatkannya.

Shinta berbalik, hendak menuju ke arah mejanya. Dan begitu sampai, Shinta melihat Baghas yang senyum-senyum aneh.

"Apa sih lo? Cengar-cengir nggak jelas!" kata Shinta.

Dan begitu Shinta duduk, lalu siap menyantap makanannya lagi, Shinta terdiam sejenak. Ia tau ulah Baghas. "Baghaaaas! Lo ambil kulit ayam gue, ya?!" teriak Shinta, sebal.

Sementara Baghas sudah ngacir tuk cuci tangan, meninggalkan Shinta yang masih sangat-sangat sebal karena ulah Baghas.

Begitulah keduanya. Beberapa detik akur, kemudian bertengkar lagi.

Namun itu tak akan lama. Karena meski mereka bertengkar, tetap saja ujungnya mereka bersatu lagi.

Karena pada dasarnya, keduanya sama-sama nyaman.

*TBC*

Neighbour's Slave Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang