Part 6

7.4K 137 3
                                    

Hari-hari kulalui tanpa teman disampingku. Cam kembali ke negaranya untuk 2 minggu. Membosankan sebenarnya tapi hari ini aku akan menjemput Cam di bandara.

Aku menunggu cukup lama disini sampai akhirnya batang hidung Cam terlihat. Aku langsung menghampirinya dan hal secara tiba-tiba diluar dugaanku terjadi, Cam memelukku tak lama kemudian dia melepaskan pelukannya. Dia terlihat kacau.

"Kenapa kau terlihat kacau?" Tanyaku.

"Dimana mobilmu?"

"Ikuti aku"

Aku mendahuluinya tapi aku baru sadar Cam tidak membawa apa-apa

"dimana barang-barangmu?" Tanyaku

"ayo langsung saja ke mobilmu" ucapnya.

Kami langsung memasuki mobil lalu aku menyalakan mesinnya terlebih dahulu.

"Cam"

Cam hanya menoleh ke arahku tanpa berkata apa-apa.

"Kau bisa ceritakan padaku" lanjutku.

Cam menghembuskan nafasnya lalu melihat keluar jendela. Aku langsung melajukan mobilku ke rumah Cam.

"Aly, tidak usah ke rumahku, aku menginap di rumahmu saja"

"Oke, baiklah"

Sesekali aku melirik kearah Cam, dari pandangan matanya terlihat bahwa dia sedang kesal, sampai akhirnya Cam menyadari aku memperhatikannya.

"Kenapa Al?"

"Kau banyak masalah, ya kan?"

"Itu kau sudah tau"

**

Akhirnya kami tiba di rumahku. Tapi kami masih belum keluar dari mobil. Aku sedang memperhatikan Erik dari sini.

"Ayo turun, Cam"

Aku mematikan mesin mobil lalu segera turun dan menguncinya. Cam berjalan lebih dulu ke rumahku, Erik sepertinya hendak memasuki mobilnya. Entah keberanian dari mana, aku menatap mata Erik dengan dekat.

"Hai Erik"

Bodoh, aku memanggilnya..

Erik hanya menoleh sekilas dan tersenyum kaku lalu memasuki mobilnya.

"Kau berani menyapanya" kata Cam.

"Serius Cam, itu sangat memalukan bagiku"

Aku membuka pintu rumahku, sepi seperti biasanya.

"Kemana keluargamu?" Tanya Cam

"Orang tuaku selalu sibuk, James sedang berlibur dengan temannya" jawabku.

"Ya sepertinya aku perlu cerita denganmu, Al"

"Tentu saja, kau harus cerita padaku"

"Yasudah, ayo ke kamarmu" kata Cam.

Udara dingin menyerbu ketika Cam membuka pintu kamarku, Cam langsung menghempaskan tububnya ke kasurku yang empuk.

"Ah, nyaman sekali di kasurmu" ucap Cam.

"Yah, silahkan kau tiduran dulu. Aku mau mengganti pakaianku"

Cam segera bangkit dari tidurnya.

"Mau kubantu, Al?"

"Bantu apa?"

Cam tersenyum mesum, aku mengerti apa yang ada di pikirannya sekarang.

"Dasar otak mesum"

"Just Friend"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang