Chapter 6

428 9 0
                                    

Ppfft setelah sekian lama menghilang karena lagi males cerita dan kebetulan juga aplikasinya ke hapus. Hehe maafkan daku ^_^

*
Sepulang sekolah aku langsung bergegas ke studio yang terletak bersebelahan dengan rumah Arnel. Cukup memakan waktu yang lama karena perjalanannya yang jauh. Yaa itung-itung jalan-jalan sambil icip-icip cemilanlah.

Aku memasuki ruangan berwarna hitam sebagai area kedap suara, dan lantainya berlapiskan cat coklat kayu yang berkilau. Di dindingnya juga terdapat berbagai band-band tempo doloe seperti Koes Plus, Culture Club, dan The Beatles. Poster ukuran 10R itu menghiasi ruangan studio, poster tersebut dilapisi kayu berwarna coklat tua dengan hiasan di setiap sudutnya.

Lalu di pinggir dekat gorden terdapat bingkai-bingkai foto. Setelah hampir dekat, aku terpingkal-pingkal melihat ekspresi yang ada di foto tersebut. Itu Arnel kecil. Dengan wajah polos nan lugu itu, ia layaknya seperti gitaris legendaris dengan kacamata hitam dan jari yang membentuk sebuah huruf V sebagai artian 'peace'. Aku mengikuti berbagai macam gaya yang ada di hadapanku ini. Asik meniru, tak tersadar ternyata ada Ian yang melihat ku sedari tadi. Reflek, aku langsung memposisikan badan seperti semula. Aku yakin, wajahku sudah seperti tomat yang lagi matang-matangnya.

Aku lalu bertanya untuk membuat topik menghilangkan rasa maluku.

"Ngapain lo disini?" Tanyaku. Sinis. Karena bingung. Gak ada urusan apa-apa sama dia, kenapa dia dateng.

"Egg.. Enggak apa-apa."

"Yaudah, ikut gue sini. Daritadi lagi pada main ps, nungguin lo dateng, katanya lama banget." Sahutnya sambil berbalik.

Aku berjalan mengikuti langkah kakinya itu yang membuat ku jatuh cinta sejak SMP. Tak pernah berubah. Entah sejak kapan aku mengagumi cara berjalannya. Sungguh aneh. Masa iya suka sama orang gara-gara cara jalannya saja..--

Derap langkahku terhenti ketika melihat di depan mataku, terpampang foto keluarga yang besar. Ku lihat lekat-lekat dengan menyipit sedikit, karena aku lupa membawa kacamata.

Di foto tersebut, ada perempuan dan laki-laki dewasa yang di belakangnya menampakkan dua laki-laki kecil, dan satu perempuan kecil. Aku kenal betul dengan laki-laki dibelakang ibunya itu. Dia Ian. Pasti. Tapi mengapa Ian ada di foto keluarga Arnel? Apakah mereka saudara? Tapi mengapa mereka tidak menceritakannya kepadaku, dan mereka tidak satu rumah pula. Batinku bertanya-tanya.

*
"Woooi lama banget sih lau? Berasa rumah lu di ujung kulon tau gak si!" Teriak Arnel yang langsung mematikan ps-nya.

"Yaa maaf. Udah tau macet gini hari, terus gue juga mampir di tempat jajan dulu. Daripada bosen di mobil celingak-celinguk melewati perjalanan yang membosankan itu. Rumah lo ama rumah gue kan emang jauh tauk!" Sahutku panjang lebar.

"Yaudah makanya dikawal sama polisi kek biar cepet!...--" sambil mikir, Arnel melanjutkan.

"...Udah gitu gak langsung nyamperin gue dulu lagi! Permisi dulu kek! Bilang udah sampe kek! Lu malah asik sama Ian. Mesum lu ya disana?!" Ucap Arnel asal.

Yang di bawa-bawa namanya itu hanya menggelengkan kepalanya dan menghiraukan ucapan Arnel.

"Astagfirullah.. Fitnah banget astaga. Gue gak ngapa-ngapain, njir. Gak baik tauk suudzon sama orang. Entar di kutuk jadi batu mau lu, Nel?"

"Siapa suruh bikin orang berpikiran negatif tentang lo berdua. Jangan-jangan emang lo udah jadian dan gak cerita-cerita sama kita lagi!"

"Tuuk..." Arnel langsung mengetuk kepalaku dengan stik ps.

"Aduuuhh. Arnel! Sakit tauk!!!"

"Udah udah.. Jangan berantem kenapa sih. Yang penting kan semuanya udah kumpul disini" Betty langsung membenarkan kalo dua temannya ini sudah berdebat. Pasti gak ada yang mau kalah. Ppfft.

"Jadi ada apa?" Tanyaku. Yang sedari tadi heran ada apa dia dipanggil tiba-tiba karena sekarang memang bukan jatahnya untuk ngeband.

Arnel berdehem dulu sebelum memulai pembicaraan.

"Jadi gini..."

Aku, Ian, Betty menatap ke arah Arnel. Saling lirik-melirik. Menunggu kata-kata selanjutnya yang akan di lontarkan.

"... Kita dipanggil sama produser rekaman! Minggu depan kita udah mulai rekaman. Mereka yang buat single buat kita! Dan setelah semuanya beres, kita akan dipromosikan keseluruh media!" Kata Arnel semangat. Sontak semua yang berkumpul disitu kaget sekaligus riang. Jelas. Band yang masih berumur jagung ini, langsung mendapat tawaran dari produser ternama.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 11, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rahasia BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang