Part 3

92 9 0
                                    

Semenjak kejadian lima hari yang lalu, Aldric selalu menunggu kedatangan Ruby kembali. Jika dia datang. Dan selama lima hari itu pula, Ruby tidak datang.

"Are you really fall in love with that girl?" tanya Gian.

"Just interested," jawab Aldric. Mungkin juga tidak 'hanya' tertarik, bisik batinnya.

Gian kembali fokus pada pekerjaannya. Aldric pun ikut melanjutkan pekerjaannya.

Hari sudah malam dan tinggal dua jam lagi kedai ditutup. Namun gadis bernama Ruby itu tak kunjung datang. Pelanggan satu per satu meninggalkan kedai. Suasana semakin lengan sekarang. Aldric menghembuskan nafas frustasi.

'Mengapa dia pergi setelah tersenyum?' tanyanya dalam hati.

***

Gadis manis itu menjejakkan kakinya di salah satu dari sekian banyak kedai kopi favoritnya. Kedai terlihat lengang. Sesuai yang diharapkannya. Kaki itu semakin mantap memasuki kedai terkenal itu.

"Satu hot caramel macchiato," katanya.

Barista yang sedang melayaninya mendongak, tersenyum.

"Ukurannya?" tanya barista tersebut. Masih dengan senyum mengembang.

"Grande,"

"Atas nama?"

"Ruby,"

Barista tersebut kembali tersenyum. Ruby berjalan menuju tempat favoritnya dan mulai membaca bukunya.

Setelah beberapa menit menunggu, dengan niat setengah, Ruby hendak berdiri mengambil pesanannya. Tepat saat dia berdiri, Aldric sudah datang dengan membawa pesannya.

"Atas nama Ruby?" tanya Aldric.

Ruby mengangguk dingin. Lalu duduk kembali.

Aldric nyaris membuka mulutnya lebar-lebar. Gadis didepannya ini menghiraukannya begitu saja?

"Kenapa masih di sini?" tanya Ruby dingin.

"Nunggu kamu baca tulisanku," jawab Aldric sambil menunjuk gelas minuman Ruby.

I am happy to see you again. Hope you smile again today!

"Sudah," kata Ruby.

"Apa?"

"Aku sudah baca,"

Ada keheningan beberapa saat diantara mereka.

"Silahkan pergi," usir Ruby.

"Nama gue Aldric," kata Aldric tiba-tiba.

"Ya,"

"Nama lo?"

"Memangnya penting?" tanya Ruby ketus.

Sambil menutup bukunya, Ruby memandang lekat-lekat wajah Aldric. Tatapan sedingin es menusuk mata Aldric.

Sheranita Ruby. Nama itu tertulis rapi dicover buku Ruby. Aldric tersenyum.

"Sheranita Ruby?" tanya Aldric.

Mata coklat Ruby sedikit membulat, lalu kembali dingin.

"Jangan membaca buku saya!"

"Tidak sengaja, kok," kilah Aldric.

Dengan setengah sebal, Ruby berdiri dan meninggalkan kedai tempat Aldric bekerja.

Dan, Ruby begitu kesal. Hingga buku catatannya tertinggal begitu saja.

Sama seperti mengunci pintu tapi meninggalkan kuncinya di depannya.

Aldric tersenyum, membukanya, dan mulai terlena dengan sosok Sheranita Ruby.

Gadis unik. Manis. Dingin dan sedikit pahit. Layaknya kopi, bisik Aldric.

Miserable [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang