2 : Keane

7.1K 376 3
                                    

Author

"Alexis!" Panggil Erna -teman kosnya sama seperti Claudia-.

"Ada apa kak?" Tanya Alexis sambil mengikat tali sepatunya.

"Ada yang menjemputmu. Cowo, ganteng banget deh! Kalau tidak salah namanya, umm Raf--"

"Raffa?" Tebak Alexis.

"Nah iya! Raffa! Cepetan udah ditungguin tuh." Ucap Erna.

"Yasudah, aku pamit dulu ya kak." Pamit Alexis.

Erna mengacungkan kedua jempolnya dan melambai. Alexis baru ingat bahwa sepedanya masih di tempatnya bekerja.

Oh bodohnya kau Alexis.

"Pagi Pak." Sapa Alexis.

"Raffa." Ucap Raffa membetulkan.

"Ah ya maaf. Pagi Raffa." Ucap Alexis membetulkan.

"Pagi Al. Ayo aku antar kau ke sekolah. Sepedamu masih di toko buku kan?" Tanya Raffa.

"Maaf merepotkanmu." Ucap Alexis tak enak.

Raffa tersenyum lalu membukakan pintunya untuk Alexis, "yatuhan aku seperti puteri saja." Canda Alexis.

Raffa terkekeh, "kau kan memang puteriku."

Alexis hanya tersenyum geli tanpa menghiraukan tatapan bingung dari Raffa.

Kenapa wajah Alexis tidak merah? Biasanya gadis yang aku perlakukan seperti itu wajahnya akan merah.

"Dimana sekolahmu?" Tanya Raffa sambil menyalakan mesin mobilnya.

"International School of Demelza." Jawab Alexis.

Raffa membulatkan matanya, "aku tidak bayar kok. Tenang saja. Aku melewati jalur beasiswa. Tidak mungkin aku sekolah disana. Biayanya saja dua kali lipat dari biaya hidupku." Sambung Alexis seakan akan tahu apa yang Raffa pikirkan.

"Maaf." Ucap Raffa tak enak.

Alexis tersenyum maklum, "tidak apa apa."

"Terima kasih Raffa." Ucap Alexis saat sampai di sekolahnya.

"Kau pulang jam berapa?" Tanya Raffa.

"Tiga sore." Jawab Alexis.

"Aku akan menjemputmu nanti." Ucap Raffa.

"Eh tidak perlu. Aku bisa jalan sendiri ke toko bukumu kok." Balas Alexis.

"Tidak perlu sungkan. Aku harus bertanggung jawab, sepedamu belum aku antar ke kos-anmu." Ucap Raffa.

Kring!

"Astaga! Aku harus masuk dulu. Terima kasih Raffa." Ucap Alexis lalu keluar dari mobilnya dan berlari masuk ke dalam sekolah saat mendengar bel masuk berbunyi.

"Minum?" Tawar Dagna seraya memberi Alexis sebuah botol minum.

Alexis langsung mengambilnya dan meneguknya cepat. Hampir saja guru belum masuk.

"Terima kasih Dag. Nanti aku akan mengganti minumanmu." Ucap Alexis.

"Tidak perlu. Kenapa kau bisa telat?" Tanya Dagna kepada Alexis.

"Aku juga tidak tahu." Jawab Alexis dengan nafas memburu.

Dagna mengedikkan bahu acuh lalu menghadap depan karena guru telah datang.

TBFS (5) Alexis'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang