17 : Kematian

3.9K 318 0
                                        

Author

Dua bulan kemudian..

"Al, aku mencarimu kemana mana, ternyata kau jadi penunggu di kantin." Ucap Dagna lalu duduk di sebelah Alexis.

Alexis hanya memberi Dagna seulas senyum lemah lalu kembali menatap lurus, "ada apa Al?" Tanya Dagna.

Dagna mengikuti arah pandangan Alexis, dan bam dia melihat Bian dengan seorang gadis yang kalau tidak salah namanya Denta. Gadis yang Dagna benci selain Shena -pacar Nathan-. [MMT : 4] Nathan's

Dagna menatap mereka tajam. Bahkan mereka saja tidak sadar bahwa mereka sedang ditatap oleh dua orang.

Dengan cepat Dagna berdiri lalu berjalan menuju mereka, "bagus ya, disini berduaan." Sindir Dagna lalu duduk di depan mereka tenang.

"Ngapain duduk disitu?" Tanya Desta malas.

Dagna mengeluarkan senyum miringnya, "ngapain duduk disini? Emang kampus ini punya nenek moyangmu?" Tanya Dagna datar yang membuat Desta semakin merinding akibat senyuman yang jarang keluar lagi sekarang keluar.

"Pergi atau aku paksa kau untuk pergi dari sini." Ucap Dagna, "cepetan pergi Desta." Tegas Dagna penuh penekanan yang membuat Desta segera berdiri dan meninggalkan mereka.

"Bagaimana kabarmu Bi?" Tanya Dagna basa basi.

"Bicaralah, tidak perlu basa basi." Ucap Bian malas.

"Great, kau berduaan bersama gadis lain di depan Alexis. Lelaki macam apa kau?" Tanya Dagna tenang.

"Kita kan--"

"Sudah buat perjanjian untuk tidak jatuh cinta. Benar kan?" Tebak Dagna memotong ucapan Bian.

Bian mengangguk, "tapi bagaimana kalau salah satu dari kalian sudah jatuh cinta jauh sebelum pernikahan itu dilakukan?" Tanya Dagna yang membuat Bian bingung.

"Alexis mencintaimu bodoh. Tapi dia tidak pernah menunjukkannya kepada siapa pun, dia selalu menyembunyikkan perasaannya sendiri karena tidak mau merusak persahabatan kalian. Tapi kau? Kau enak enakkan disini tanpa memikirkan dia kan? Ah dan setelah pernikahan ini selesai, jangan pernah ganggu Alexis lagi." Desis Dagna tajam lalu berdiri mencari Alexis yang sudah pergi entah kemana.

Di tempat lain, seorang gadis berusaha mati matian mencari taksi untuk segera pulang ke kediaman Prescott.

Cittttt

Sebuah mobil porsche berhenti di depan Alexis, "Al, kau tidak kuliah?" Tanya Claudia yang duduk di kursi penumpang sedangkan Raffa duduk di kursi pengendara.

"Tidak, aku harus segera pulang." Jawab Alexis seraya matanya bergerak mencari cari taksi.

"Kenapa?" Tanya Raffa.

"Ada keluargaku yang sakit." Jawab Alexis.

"Masuk mobilku saja, aku antar." Ucap Raffa.

Alexis menatap Raffa tak enak, tapi dia berfikir. Jika dia tidak mendapatkan taksi gimana?

"Terima kasih." Ucap Alexis lalu masuk ke dalam mobil Raffa.

"Jadi dimana alamat rumahmu?" Tanya Claudia.

Alexis pun memberi tahu dimana rumah kediaman Prescott berada. Sesampainya di rumahnya, Alexis segera turun dan berlari masuk ke dalam rumahnya. Dia menemukan ayahnya yang sudah pingsan.

Seketika Alexis panik, dan langsung membawa ayahnya ke luar dibantu dengan seorang pelayan.

"Tolong katakan kepada Pak Tono untuk siapkan mobil." Ucap Alexis kepada salah satu pelayannya.

TBFS (5) Alexis'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang