11 : Tuan Prescott Terhormat

4.6K 322 0
                                    

Author

"Al." Panggil Bian yang baru saja keluar dari kamarnya. Sudah sekitar satu tahun Alexis tinggal bersama Bian, di apartemen Bian.

Sebenarnya Alexis sedikit curiga dengan Bian, melihat Bian yang selalu menelfon seseorang dan jika ditanya Bian akan menjawab dengan gugup. Tapi Alexis tahu, Bian tidak mungkin menyimpan rahasianya dari Alexis karena mereka sudah berjanji untuk tidak ada rahasia antara mereka. Mungkin Bian hanya belum siap memberitahu, pikir Alexis.

Minggu depan adalah hari kelulusan Alexis, tentu Alexis sudah tahu bahwa sahabatnya, Dagna adalah seorang puteri Demelza. Karena saat graduation angkatan kakak kelasnya, kedua orang tua Dagna which is ratu dan raja dari kerajaan Demelza mengumumkannya. [MMT : 1] Dagna's

Mungkin banyak orang sudah tahu akan kuliah dimana, tapi tidak dengan Alexis. Dia tidak tahu dia akan melanjutkan kuliah dimana, mengingat dia sama sekali tidak mempunyai tabungan. Masuk International School of Demelza aja memakai beasiswa, itu pun dia beruntung diterima. Masa dia harus masuk memakai jalur beasiswa lagi ke International College of Demelza.

"Queenie Alexis Prescott." Panggil Bian tidak sabar.

Tubuh Alexis membeku saat mendengar namanya menyandang nama keluarganya, Prescott. Apa dia harus meminta Mr Prescott untuk membayarinya? Tapi bukankah dia sendiri yang memutuskan untuk keluar dari keluarga Prescott? Bahkan memanggil Mr Prescott dengan sebutan daddy pun Alexis tidak sanggup, mungkin sekarang Mr Prescott sudah melupakannya dan tidak peduli lagi terhadapnya.

Alexis bingung, apa dia tidak usah kuliah? Yang terpenting bekerja menjadi pelayan cafe saja sudah cukup. Lagi pula saat SMA dia kan bersekolah di International School of Demelza, pasti banyak lowongan kerja walaupun jabatannya tidak terlalu tinggi, paling tidak dia bisa membiayai hidupnya tanpa Bian yang terus menerus menanggung segala pengeluarannya.

Satu satunya jalan adalah mengambil jalur beasiswa lagi, jika tidak bisa mungkin dia memang tidak ditakdirkan untuk kuliah.

"Alexis!" Teriak Bian yang tidak sabar melihat Alexis terus menerus melamun.

"Ah ada apa Bi?" Tanya Alexis mengerjapkan matanya.

Bian berkacak pinggang, "aku sudah memanggilmu berkali kali Al."

"Maafkan aku Bi." Ucap Alexis lalu bangkir berdiri dan masuk ke kamar yang disediakan oleh Bian.

Bian menghela nafas kasar, belakangan ini Alexis menjadi sering melamun. Dan Bian tidak mengerti.

Tiba tiba ponsel Bian bergetar. Dia menaikkan satu alisnya saat melihat nama yang tertera di ponselnya. Dia melihat ke arah pintu kamar Alexis yang sudah tertutup rapat lalu menekan tombol berwarna hijau.

"Halo?"

"....."

"Sedang aku usahakan."

"....."

"Aku berjanji akan membawanya kepadamu."

"....."

Bian memutuskan sambungannya setelah pembicaraannya dengan lawan bicara itu selesai. Tanpa menyadari, Alexis mendengarkan perkataannya dari balik pintu kamarnya.

Usahakan apa?
Membawa siapa?

••

Alexis menghela nafas kasar lalu tersenyum hangat di depan pantulan kaca yang memperlihatkan dirinya terbalut dress panjanga berwarna tosca dan putih. Rambut berwarna biru navynya digulung ke atas membentuk sanggul dan disisakan sedikit di depannya.

TBFS (5) Alexis'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang