Hari Minggu terasa begitu cepat. Aku merebahkan tubuh ku ke kasur. Merasakan relaxasi yang terjadi. Lelah rasanya, padahal seharian ini aku tidak melakukan apapun. Kecuali, duduk diam di depan tv, menggonta-ganti chanel, dan sesekali menatap layar handphone berharap ada respond dari Rizki.
"Cepet banget sih besok udah senin aja. Besok respond doi gimana ya? Bakal tetep kayak biasa gak ya? Duh bodoh banget sih lu Clay. Chat lo aja ga ada yang di bales. Gimana dia mau tetep ngobrol kayak biasa ke elu?" Oceh ku sendiri.
Aku memikirkan apa yang terjadi esok. Kelopak mataku mulai menutup perlahan tapi pasti. Aku tertidur. Bermimpi. Ya, aku bermimpi. Memimpikan dia yang sangat hangat terhadapku. Tapi, dalam mimpi itu aku bersikap dingin padanya. Di akhir mimpi itu, ada seorang wanita datang menarik tangannya dan pergi menjauh. Entah kenapa aku bisa merasakan sakitnya. Air mataku mulai mengalir. Aku terbangun. Tengah malam. Masih terasa sakit di hati ketika melihat dia pergi menjauh, walaupun itu mimpi. Tapi sakitnya terasa real. Air mataku menetes, deras sekali. Hingga akhirnya mengalir. Aku hanya bisa menangis dan berpikir. Apa itu yang akan terjadi besok? Dia menjauh? Tapi wanita itu siapa? Lalu kenapa aku bersikap dingin padanya? Ah, ini layaknya misteri.
Air mataku terus mengalir, seakan tidak pernah kering. Aku terus memikirkan mimpi itu. Apa ini yang akan terjadi selanjutnya? Apa ini yang akan aku rasakan. Ah, entahlah. Logika ku tak mampu untuk memikirkan itu. Terlalu perih untuk merasakan apa yang ada terjadi. Mimpi yang sangat aku takutkan untuk menjadi nyata.
-to be continue..
KAMU SEDANG MEMBACA
Misunderstand
Teen FictionKetika kesalahpahaman yang mewarnai kisah cinta mereka hampir membuat mereka berpisah jauh. Tak ada satupun yang mengerti satu sama lain. Tak ada yang mengerti bahwa hati ini bersatu.