Pusing. Kepalaku sangat pusing. Tapi, rasa aneh ini. Ini rasa apa? Sehingga sangat sesak di dada jika aku memikirkannya.
---------
"Awww!" erang ku sambil memegangi kepala yang terasa masih pusing. Aku berusaha untuk bangun. Tunggu. Aku di kamarku? Bukannya tadi aku pingsan di depan rumah? Siapa yang membawa aku ke dalam? Sedangkan keluargaku sedang keluar kota semua.
"Akhirnya, lo sadar juga. Lo ngapain sih mandi hujan? Hah? Udah tau punya alergi hujan, bikin khawatir aja sih." ucap seseorang dari luar kamarku. Suaranya tak asing, aku mengenali suara itu. Jangan-jangan itu suara dia. Senang sekali ketika dia masih mengkhawatirkan ku.
"Nih lo makan bubur dulu. Tadi gua beli ini buat lo sama tuh obat alergi lo gua beli juga. Stok obat lo abis jadi gua bawa sampelnya ke apotik" ucapnya sambil masuk ke kamarku dengan membawa nampan berisikan bubur ayam kesukaanku dan obat alergiku. "Hhm, makasih ya Ki. Tapi, gua lagi ga enak makan. Masih pusing" ucapku pada Rizki. Yup, dia yang membawa ku ke dalam entah gimana caranya dia bisa menerobos masuk ke dalam rumahku padahal pintunya dikunci. "Lo nih ya! Demen banget bikin gua khawatir! Sini gua suapin. Lo harus makan. Kalo lo gak makan nanti malah tambah penyakitnya!" ucap Rizki dengan nada sedikit keras. Aku hanya menanggapinya dengan cemberut. Tapi aku tetap membuka mulutku ketika Ia menyuapiku sesendok bubur ayam. "Lo kenapa peduli sama gue? Bukannya lo lagi menghindar dari gue ya?" tanyaku pada Rizki. "Lo gila ya? Mana ada sih pangeran yang ngebiarin tuan puterinya pingsan di depan rumahnya sendiri? Nanti kalo ada orang iseng sama lo gimana? Jadi, mending gua bawa lo masuk." ujar Rizki. Mendengar kata pangeran dan tuan puteri membuat pipi ku memanas. Oh, God. Bisa ku pastikan sekarang pipiku berwarna merah seperti memakai blush on yang terlalu overdosis. "Lah kan rumah gua dikunci? Kok lo bisa masuk?" tanyaku penasaran. "Lo lupa ya kita temenan berapa lama? Gua hapal kali tempat dimana lo taruh kunci rumah." jelas Rizki. Aku lupa kalau dia tau segalanya tentangku. "Jadi, lo gak marah gara-gara gue sayang sama lo?" tanyaku penasaran. "Jangan bahas masalah itu dulu ya, sekarang yang penting lo sembuh dulu." ucap Rizki. Hhm, sedikit kecewa dengan apa yang barusan ku dengar. "Gue balik dulu ya, Clay. Udah malem juga nih. Lo gpp kan gua tinggal sendiri? Kalo besok masih pusing jangan paksa untuk masuk dulu, istirahat aja dulu. Oke?" ujar Rizki dengan nada penuh ke khawatiran. Aku hanya bisa mengangguk. Air mata ku rasanya sudah siap-siap untuk meloncat keluar. Aku memandangi punggung Rizki yang berjalan keluar kamarku. Sebelum dia benar-benar keluar, dia menutup pintu kamarku.
Bingung. Apa dia punya perasaan yang sama? Tapi kenapa tidak mau membahasnya? Ahh, dia membuatku berharap lebih kepadanya. Sudahlah, kepala ku semakin pusing memikirkan semuanya. Berharap besok aku sudah sembuh. Jujur, aku merindukan Rizki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misunderstand
Подростковая литератураKetika kesalahpahaman yang mewarnai kisah cinta mereka hampir membuat mereka berpisah jauh. Tak ada satupun yang mengerti satu sama lain. Tak ada yang mengerti bahwa hati ini bersatu.