#8

46 6 0
                                    

Bruukk. Aku menabrak seseorang. "Yang bener dong kalo jalan, makanya liat ke depan jangan nunduk aja. Takut liat masa depan yaa lo?" oceh orang itu dengan nada yang sedikit tinggi. Takut liat masadepan? Bener banget nih orang.

"Maaf mas maaf ga sengaja" kataku sambil sedikit membungkukkan badan untuk minta maaf.

"Mas, mas. Gua masih muda kali pake dipanggil mas lagi" omelnya lagi.

Aku kesal. Aku mendongak. "Lo tuh ya maunya apa sih? Gue kan udah minta ma-" kataku terhenti menyadari sosok apa yang di depan ku ini.

Ya, Tuhan. Gilaaa nih orang, kehabisan kata-kata gue buat mendiskripsikan orang ini. Yang jelas gue ga bisa berhenti mandangin nih orang.

--------

Aku bersumpah hari ini adalah hari sial bagi ku. Denger Rizki mau tunangan sama Anggi aja rasanya kayak ketiban palu Thor di tengah-tengah pertempuran Iron Man dengan Spiderman. Ditambah tadi nabrak orang super nyebelin lagi. Aku kan udah minta maaf eh malah diomelin sama dia.

Aku merebahkan tubuhku di kasur. Menutup mata berharap ketenangan akan datang. Kata-kata Rizki masih terus berputar dengan indah di dalam otakku. Bulir-bulir air mata membasahi pipiku.

Tuhan, aku harus apa? Cinta pertamaku sekaligus patah hatiku yang pertama dan yang terdahsyat.

"Clay" terdengar ada yamg memanggilku.

Siapa ya? Batinku.

"Clay, buka pintunya ini mamah" sambung orang itu.

Mamah? Yes, mamah udah pulang. Girangku dalam hati.

Aku berjalan dengan semangat menuju pintu kamarku.

Cklek.

"Mamah!" sahutku yang langsung menghambur ke dalam pelukan mamah. Hangat. Itu yang sangat aku rasakan.

Tess tess.

Terasa air mataku kembali mengalir. Dan sekarang membasahi baju yang mamah pakai.

"Clay, maaf ya mamah gak ngabarin kamu dulu. Mamah juga gak bisa lama disini karena mamah sama papah ada janji sama kolega papah diluar negri. Gapapa kan mamah tinggal sendiri lagi sayang? Janji deh cuma 3 hari, abis itu langsung pulang ke Jakarta" jelas mamah.

Aku memanyunkan bibirku. Aku kangen mamah. Mau cerita banyak sama mamah. Eh malah di tinggal lagi.

"Yaudah deh gapapa. Emang mau kemana lagi sih mah? Oleh-oleh nya jangan lupa ya" ucapku manja.

"Paris, sayang" jawab mamah dengan lembut.

Paris? Mau ikuut. Seruku dalam hati.

"Paris, mah? Hhm yaudah deh iya. Tapi uang jajan Clay tambah yaa?" ucapku sambil menaikkan sebelah alis.

Mamah mengangguk pelan. Tersenyum. Mencium keningku. Lalu bergegas pergi. Lagi. Aku sendiri di rumah. Hanya ditemani beberapa pembantu rumah tangga. Setidaknya dengan kehadiran mereka cukuo membuatku terhibur dengan tingkah aneh mereka.

Aku masuk kembali ke kamarku. Membuka buku catatan akuntansiku mengenai jurnal umum dengan niat mengulang pelajaran tadi pagi. Tapi, apa yang terjadi? Aku tertidur. Penjurnalan membuatku bosan. Tapi aku harus mempelajarinya karena itu mata pelajaran wajib bin fardhu di jurusan ku. Salah sendiri mengapa aku memilih jurusan akuntansi.

1 jam berlalu.

2 jam berlalu.

Pukul 17.00 WIB

Nah yang ini taruh di dalam ya, hati-hati itu barang mahal. Eits, jangan taruh disitu, disana saja. Ya benar, disana. Duh capek juga ngatur rumah baru. Obrolan itu cukup keras, aku bisa mendengarnya. Di luar sana sangat bising.

Ada apaan sih? Ganggu orang tidur aja. Ocehku dalam hati.

Aku bangun dari tempat tidurku, melongok ke luar jendela.

Ooh, ada yang pindahan toh di samping rumah. Pantes, berisik banget. Wiih bakal punya tetangga baru nih. Semoga aja friendly orangnya. Pikirku.

Tunggu. Itu siapa? Wajahnya tak asing buatku. Walau aku melihatnya dari jendela kamarku, aku masih bisa melihat wajahnya dengan jelas. Dia? Ya, dia yang tadi siang aku tabrak. Dia pindah ke samping rumahku? What? Aku mengambil pulpen di meja belajarku. Aku melemparkan pulpen ke cowok itu. Headshot.

"Aww" erangnya dengan keras. Dia menoleh ke arahku.

"Lo?" lanjutnya dengan membuka mulutnya lebar seakan tidak percaya melihatku disini.

"Haii, ketemu lagi kita bang. Lo yang tadi siang ngomel-ngomel gaje ke gua kan?" teriakku.

"Heeh bocah. Sini, lo. Turun cepet" suruhnya.

Aku menjulurkan lidahku padanya lalu bergegas menuruni anak tangga untuk menghampirinya. Sesampainya aku di halaman rumah barunya, jitakan keras meluncur di jidatku.

"Aaww" erangku kesakitan sambil memegang jidatku.

"Elo ya, ngapain nimpuk gue pake pulpen coba? Hah? Emangnya gak bisa manggil apa?" ocehnya setengah teriak.

"Gue gak kenal lo, jadi gue gak tau mau manggil apa yaudah gua timpuk lu aja. Gue cuma mau minta penjelasan lo kok, kenapa tadi siang ngomel-ngomel ke gua? Padahalkan gua udah minta maaf" jelasku.

"Lah lu yang salah, kenapa jalan nunduk? Ck, ceroboh dasar. Terus gua di panggil om lagi. Emang tampang gua tua apa?" omelnya.

Aku menatap wajahnya untuk memastikan apakah dia tua atau tidak.

Kenapa bisa ganteng gini coba? Tapi sayang galak. Hehe, lu masih muda kok. Tapi gua udah terlanjur kesel gara-gara lu omelin. Umpatku dalam hati sambil tersenyum ringan.

Lagi. Jitakan mendarat di jidatku.

"Lu ngelamun? Ntar kesambet lu. Atau lu baru sadar kalo gue ganteng sampe lu ngelamunin kegantengan gua?" ucapnya dengan PD. Ck, PD banget. Iyasih emang ganteng.

"Dih? PD lu. Lu ngomel mulu kayak cewe lagi pms aja" malas lanjut berdebat, aku langsung meninggalkannya. Ohiya, lupa belum kenalan.

"Wooi, nama gue Rangga. Lo siapa?" teriaknya.

"Clay. Clay Angelia" jawabku sambil memasuki gerbang rumahku.

Rangga's POV

Mimpi apa gue ketemu nenek lampir cempreng kayak dia. Tadi siapa namanya? Clay? Clay Angelia? Cantik. Sama seperti orangnya. Tapi sayang, cantik-cantik nenek lampir, cempreng lagi. Dia sekolah dimana ya? Hhm, kira-kira nanti bakal satu sekolah gak ya sama dia? Lho kok gua jadi mikirin si nenek lampir? Ah audah, capek. Mending bogans dulu gua.

Rangga's POV end.

-tbc

----------
Kayaknya ini part terpanjang ya. Ditunggu voment kalian yaa...

MisunderstandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang