Senin pagi di sekolah, dia mengacuhkan ku. Bahkan rasanya aku tak ada di dunia nya.
----------
Kriiing kriing kriiing
Bel pulang sekolah berbunyi.
"Clay!!!" teriak seseorang dan aku langsung mencari sumber suara tersebut. Aah, ternyata itu Rio si calon ketos yang penuh wibawa tapi ada sedikit konsleting listrik di otaknya yang membuat dia kadang susah sekali fokus. Oke kita lupakan profil si Rio."Lu mau pulang bareng gue gak? Gue lagi jones nih, gak ada yang gue bonceng." tawarnya. Ya, memang rumahku hanya berjarak beberapa blok dari rumahnya. Aku berpikir sejenak. 'Kalo gue pulang sama Rio, Rizki cemburu gak ya? Ah mana mungkin, dia aja udah gak peduli lagi sama gue'. Ucapku dalam hati.
"Haloo, Clay!! Lu masih sadar kan?" tanya Rio sambil melambaikan tangannya di depan wajahku. "Eh iya, boleh deh dari pada gue capek jalan kan, mending ama lo naik motor" ucapku meng-iyakan tawarannya.
Aku melirik ke arah Rizki yang masih sibuk dengan bola basketnya hanya untuk memastikan apa dia benar-benar tidak memperdulikan diriku.
Motor Rio melesat dengan kecepatan cukup tinggi. Dan kalian tau apa yang terjadi? Ya, hujan. Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Seakan langitpun ikut bersedih dengan apa yang aku rasakan. Untung jarak rumahku tidak terlalu jauh dari sekolah, sehingga aku dengan cepat sampai ke rumah. Ya, walau basah kuyup juga. Hujan hari ini sangat deras.
Ketika aku sampai di rumah, aku tidak langsung masuk ke dalam. Aku sengaja tetap di luar. Mandi air hujan. I love rain!!! Yup, ketika hujan tak ada satupun orang yang tau bahwa aku menangis di sela-sela air hujan. Itu kenapa aku suka hujan.
Aku mulai kedinginan. Badan ku menggigil. Aku segera masuk ke teras rumah untuk berteduh. Oh, God. Aku lupa. Lupa kalau aku alergi hujan. 'Sh*t!! Gara-gara baper gua lupa kalo gua alergi hujan' rutukku dalam hati. Pandanganku mulai kabur. Tubuh ku melemas.
Brukk.Aku pingsan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misunderstand
Teen FictionKetika kesalahpahaman yang mewarnai kisah cinta mereka hampir membuat mereka berpisah jauh. Tak ada satupun yang mengerti satu sama lain. Tak ada yang mengerti bahwa hati ini bersatu.