Bab 12-2

37.5K 2.9K 178
                                    

Berhubung saya nulis dalam suasana hati yang tidak baik, mohon bantuannya untuk memberikan masukan apabila ditemukan kalimat, alur, atau apa pun itu yang mengganjal di hati kalian ya.

Terimakasih, selamat membaca :)

..........................................................................................

"APA?! Si bambu runcing???" pekik Rara tak percaya.

"Ssshhh..." Aku dan Ella kompak meletakkan telunjuk di depan bibir untuk mendiamkannya lalu menoleh ke sekitar sambil mengangguk penuh maaf pada pengunjung lain.

Beberapa orang menggelengkan kepalanya ke meja kami, tapi kemudian melanjutkan makan dan kembali pada aktivitas mereka sebelumnya. Membuatku hanya bisa meringis penuh maaf atas kegaduhan yang dibuat oleh temanku dalam suasana restoran yang cukup tenang siang ini.

"Kenapa dia muncul lagi?" tanya Rara dengan muka ditekuk sebal lalu menyeruput minumannya dengan ganas.

Hari libur ini Rara memintaku dan Ella untuk pergi menemaninya mencari baju hamil yang baru. Dia bilang karena perutnya semakin membesar, beberapa baju lamanya sudah tidak muat lagi. Padahal aku tahu itu hanyalah akal-akalannya saja karena kami bertiga sudah lama tidak kumpul-kumpul.

Beruntung karena sangat sibuk dalam minggu ini, Ata memberiku izin sementara ia ingin tidur seharian di rumah. Sedikit menghilangkan rasa bersalahku karena meninggalkannya seorang diri di hari libur yang seharusnya kami nikmati untuk berduaan.

"Mana kutahu," jawabku lalu mengaduk-ngaduk minuman di depanku dengan setengah hati. Makan siang yang kami lakukan selepas belanja tadi berakhir dengan aku yang mencurahkan seluruh kegundahan hati pada dua sahabatku ini.

"Mereka dulu pernah dekat?" tanya Ella sambil menikmati es krim yang ia pesan sebagai makanan penutup. Ah es krim. Padahal aku suka sekali, tapi pembicaraan mengenai Sonia ini membuat selera makanku hilang.

"Dulu pas SMA kan si bambu runcing yang kegatelan deket-deket si Althaf karena buat manfaatin kepintarannya," tukas Rara lalu mencubit-cubit sedotan di mulut gelasnya. "Eh ya ampun, La, ingat nggak dulu Kai pernah nusuk hidungnya pake sedotan?" Lalu ia pun tertawa senang menatap batang sedotan yang sudah patah di tangannya.

Aku yang tadinya ingin menjawab pertanyaan Ella seketika teralihkan dan ikut terkekeh pelan mengingat kejadian itu. Si kecil Kai yang selalu ingin tahu itu dulu pernah menusukkan sedotan ke hidungnya yang kemudian membuat Ella panik setengah mati. Takut bagian dalam hidung putranya lecet dan lain sebagainya.

"Iya, untung nggak kenapa-kenapa. Bikin cemas aja," sahut Ella sambil menggelengkan kepalanya.

"Ah aku kangen dia. Kenapa nggak dibawa aja sih?" tanya Rara.

"Nanti dia nangis minta pulang. Bikin acara belanja kita jadi batal." Ella menjawab sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi. Kepalanya menggeleng pelan, tampaknya tengah membayangkan hal-hal yang bisa saja terjadi jika ia membawa putranya ikut dengan kami hari ini.

Rara menganggukkan kepalanya mengerti. "Kapan-kapan ajakin dia ke rumahku deh ya, kangen banget."

"Yang kangen dong yang datang berkunjung." Ella menarik sedikit sudut bibirnya dan memicingkan mata pada Rara.

"Yaah, kan auntie-nya mau kasih dia dedek, jadi nggak boleh terlalu sering jalan-jalan. Harus duduk cantik di rumah kata oom Ares-nya."

Aku hanya mendesah pelan mendengar pembicaraan keduanya. Topik mengenai Sonia seketika teralihkan pada selebritis kecil kami, Kai.

"Eh kok kita jadi bahas Kai sih?" Rara yang seketika tersadar tiba-tiba kembali menatapku lurus-lurus. "Sorry, Fa, intermezzo sebentar tadi ya. Jadi gimana itu si tiang jemuran? Ah, pingin banget kupatahkan lehernya."

Jodoh Gak Kemana [Re-publish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang