Bab 8

51.1K 3.2K 142
                                    

Hari ini Ata melanjutkan lagi pembuatan kolam ikannya di halaman kecil belakang rumah. Meskipun panas begitu menyengat, dia tetap begitu bersemangat membuatkan rumah untuk peliharaan barunya itu.

Mengenai kucing kemarin, entah siapa yang dengan teganya membuang makhluk malang tersebut sehingga niatanku untuk mengadopsi mereka pun gagal. KUCING TERSEBUT HILANG! Entah dibawa pulang oleh siswa atau memang ada yang sengaja membuangnya dari lingkungan sekolah.

Awalnya aku merasa sangat sedih karena kehilangan dua ekor makhluk lucu tersebut. Tapi Ata membujukku dengan mengatakan akan membelikan ikan yang cantik sebagai penghuni kolamnya nanti untuk menggantikan kucing yang gagal kami pelihara itu. Membuat perasaanku yang gelap hari itu menjadi cerah dalam seketika mendengar caranya membujukku.

"Ta, udahan dulu kerjanya. Sini istirahat, aku bawain minuman dingin sama puding," panggilku dari arah teras yang menghubungkan halaman dengan bagian belakang rumah. Halaman belakang kami tidaklah terlalu luas. Mungkin hanya berjarak enam meter dari teras yang kini kupijak.

"Sebentar, lagi nanggung nih," sahutnya dan terus saja bekerja.

Aku hanya menggelengkan kepala melihat semangatnya yang begitu besar untuk membuatkan rumah bagi peliharaan barunya itu. Kuletakkan nampan di atas tikar rotan yang terhampar di lantai, lalu melangkah ke arah jemuran yang ada di sebelah kanan untuk membalik pakaian yang tergantung agar lebih cepat kering.

Setelah membalik-balik pakaian di jemuran, saat aku hendak berjalan ke arah Ata, ternyata ia telah lebih dulu berjalan menuju teras. Segera saja aku mengikutinya yang kini duduk lebih dulu dan menikmati minumannya.

"Cuci dulu tangannya," tegurku saat Ata meraih garpu untuk memakan pudingnya.

"Iya," jawabnya kemudian mencomot satu suap puding lalu segera berdiri dan berjalan menuju keran air yang berada di sebelah kiri teras.

Setelah mencuci tangannya, Ata meraih ujung bajunya lalu melepaskan baju tersebut dari badannya sebelum kembali duduk di dekatku.

Aku terkesiap kaget melihat dia yang dengan santainya melepas baju di hadapanku. Meskipun sudah berkali-kali melihat dada telanjangnya, tapi aku masih saja belum terbiasa jika di luar kamar seperti ini.

"K-kok dibuka bajunya?" tanyaku sambil menatap dada telanjangnya yang kini terlihat basah oleh keringat.

"Panas," jawabnya singkat lalu meraih piring pudingnya.

Memang sih panas, tapi aku kok mendeteksi adanya unsur kesengajaan ya dibalik perbuatannya itu. Hmmmm....

Bidang, keras, basah oleh keringat. Uuuuh.... Seksi banget. Lengannya yang kokoh, aaaa.... Kan jadi pengen pegang kaaan!!!

Tanpa sadar aku terus saja menatap tubuh polosnya hingga Ata selesai menikmati pudingnya.

"Enjoying the view?" gumamnya setelah selesai menelan kunyahan terakhir di dalam mulutnya.

Aku terkesiap kaget lalu buru-buru mengeluarkan seluruh isi nampan ke atas tikar rotan yang kami duduki dan memakai nampan tersebut untuk mengipasi tubuhnya.

"Nggak kok. Aku ngeliatin keringat yang bermunculan dari kulit kamu tuh," jawabku tanpa berani menatap matanya dengan tangan yang kini sibuk mengipasi tubuhnya. "Nih makanya aku kipasin."

Aku yakin Ata sekarang pasti sedang menahan senyumnya seperti biasa. Hiiih.... dia memang pinter banget bikin aku salah tingkah.

"Menikmati juga nggak apa-apa. Nanti aku bakalan sering-sering buka baju deh di hadapan kamu," ujarnya usil lalu meraih gelas minumannya lagi.

Jodoh Gak Kemana [Re-publish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang