Part 3.

24 2 4
                                    

"Ris." Botol air mineral itu melayang diudara. Riska sudah siap menangkapnya, dan..

Hap.

"Andreeee, itu buat Moriska bukan buat eluuu. Duh, perampok lu Ndre." Rena memarahi Andre, sedangkan yang dimarahi terus meneguk air dalam botol, bahkan hingga terdengar bunyi nyaring. Riska hanya bisa memandangi Andre. Entah apa yang terjadi, waktu terasa berhenti.

"Adaw." Riska meringis memagangi kepalanya.

"Duh, Ris, itu botol ditangkep atuh. Tadi gue kasih diambil diem aja, sekarang gue kasih ga diterima. Gatau berterima kasih lu." Rena melipat tangannya didada, sudah lelah harus membeli minum sekarang malah tidak dihargai.

"Yaelah, maaf Re.. gue lagi ga fokus." Riska memungut botol itu.

"Hooh, jangan diabisin, itu punya gue." Rena mengikat rambutnya.

"Sha.. tante Kayla mana?" Andre nampak tidak bersalah, dan masa bodoh dengan hal yang tadi telah terjadi. Dia hanya berfokus pada Fasha, sepupunya itu.

"Diatas Ndre." Tanpa membuang waktu lebih lama, Andre segera naik kelantai tiga.

"Aneh amat sih tu anak, dikit dikit berubah sikapnya. Tadi pas pergi baik baik aja, pas balik kesini lagi jadi kaya gitu." Fasha hanya mampu tersenyum tipis mendengar perkataan Rena.

"Gue udah sering liat sepupu lo Sha, dan emang dia ga bener. Kadang baik, kadang jutek, kadang dingin, kadang minta gue jadiin pacar, kadang pengen gue kirim ke kutub selatan." Ujar Yunri.

"Andre mana mau sama cewe jenis lu Yun." Yunri cemberut.

"Terus tipe Andre kaya gimana?" Fasha berfikir sejenak.

"Eum, kaya.. kaya dirinya sendiri." Fasha nampak tidak yakin.

"Ah, hilang dah harapan gue. Mana ada yang bisa nandingin keanehan dia."

Sesulit itu kah Andreas? batin Riska.

***

Morinka sampai ditempat tujuannya. Ya, sebuah rumah besar dengan tanaman disekelilingnya. Rumah yang terlihat tak bernyawa, rumah itu memiliki aura yang menyedihkan.

Morinka meringis membayangkan adegan horror yang mungkin saja pernah terjadi dirumah itu. "Kita berlajar di rumah pohon Rin. Bukan dirumah gue. Lu ga perlu takut, lu ga akan masuk kedalam tempat sepi dan memiliki aura kesedihan kaya gitu." Sekejap Rinka merasa dirinya seperti sedang berbicara dengan Orix. Apapun yang ada difikiranmu, bisa ia baca.

"Dimana temen lo itu?"

"Dia lagi ganti baju dirumahnya, bentar lagi juga disini." Kevin menaiki satu per satu tangga yang terpasang pada badan pohon. Ada tujuh pijakan disana.

"Naik aja, ga usah takut." Morinka memberanikan dirinya. Perlahan ia naik. Tapi sayangnya Rinka sedang sial saat ini. Ia terpeleset saat ditangga ke lima.

"Aww! Shi-" Rinka yang jatuh dengan posisi pantatnya mendarat duluan itu menahan nafasnya.

Dia.. kok bisa ketemu disini? Batin Rinka.

"Puji Tuhan." Ujar Rinka tanpa sadar. Cowo didepannya hanya memasang wajah sedatar mungkin.

"Tadi mau ngumpat, sekarang bilang puji Tuhan. Munafik amat." Rinka seakan tidak percaya dengan yang ia dengar. Cowo yang berpenampilan malaikat ini ternyata perkataannya sangat tajam. Sangat.

"Lu mau pamerin paha lu? Gue ga tertarik." Rinka melonggo, dia segera menyadari ia masih dalam posisi yang memalukan. Berhubung dia masih mengenakan seragam, roknya terangkat hingga atas. Rinka bangkit, ia menunduk sambil membersihkan roknya.

MRX 2- M&ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang