Chapter 2.

41 3 2
                                    

Aku bangun dari tidurku yang sangat-sangat nyenyak. Dan aku sadar wajahku sudah basah.

"Oi kebo. Bisa bangun lebih pagian gak sih?"

Oke aku kenal suara kampret ini.

"Iya, aku bisa. Kak David." Aku menekankan kata pada 'kak david'

"Dan berhenti memanggilku kakak. Ayo cepat, jika tidak mau aku tinggal dan kamu kebo naik bis."

"Iya, dasar cerewet. Cowok kok cerewet, kayak banci aja." Baiklah aku baru saja membuka pintu neraka dunia.

"Apa katamu... CEPAT MANDI, ADIK KEBO BAU MALAS!"

Seharusnya pagi hari kuawali dengan senyuman manis.

(`・∀・')

Selesai mengenakan seragam, aku langsung mengambil tas dan ke dapur.

Yang pertama kali kulihat adalah roti isi selai stroberi kesukaan Kak David.

"Oi! Cepat!" David berteriak dari luar.

Dasar cerewet, aku mengambil roti pun tidak sempat. Jadi aku ambil saja satu roti dan keluar rumah.

"Ayo jalan." David berjalan di depanku, aku berlari kecil untuk menjajarkan diriku dengannya.

"Gak makan?" Tanya David. Tumben sekali si penjaga pintu neraka dunia ini peduli padaku.

"Nih udah dimuー"

Aku menyesal menjawabnya.

"Udah dimana? Ditanah?"

Tepat sekali, Kak David. Gara-gara menjawabmu, roti enakku dipagi hari yang sudah kugigit dimulutku pun jatuh. Lengkap sudah pagi indahku.

('◇'`)

David Ananda's

Tepat jam 07.11 aku sampai di sekolah. Setidaknya aku tidak terlambat karena ulah kebo itu.

Tinggal 19 menit lagi bel akan berbunyi. Aku masih bisa santai berjalan dari gerbang ke kelasku yang diatas, dan langsung piket buka gorden kelas.

"A-anno..." Aku mendengar cicitan seseorang. Aku membalikkan badan dan melihat salah satu adik kelas.

"Ada apa?" Kataku dengan nada santai.

"Senpai, bisa tolong aku? Pin sekolahku hilang, dan aku tidak punya uang untuk membeli pin..." Kata gadis manis didepanku. Baiklah!

"Ehm." Aku bergaya ーsokー keren didepannya. "Dimana terakhir kau menaruhnya? Yah mungkin saja ada di tas?"

"Benar juga." Ia langsung memeriksa tas sampingnya. "Tidak ada senpai."

"Kalau begitu, apa kau ingat memakainya terakhir kapan?" Aku mulai bergaya ala Sherlock Holmes. ーlebih mirip selokan kalik yak/?/ー

"Aku pakai kemarin, di baju ulang tahun sekolah tahun lalu. Tapi sekarang hilang." Katanya sambil memakai tasnya kembali.

Aku tanpa sengaja melirik jam tanganku.

07.25

"Kalau begitu, bagaimana dengan dilaci atau dikantongmu?"

Jam mulai bergerak, detik demi detik berlalu. Sisa nyawaku hanya 5 menit lagi.

"Oh iya. Aku cek dulu senpai." Gadis manis didepanku ini lalu kembali membuka tasnya. Ia memeriksa kotak pensilnya. "Dimana sih..."

07.28

Oh ayolah...

"Coba di kantong jaket." Kataku menyarankan.

"Iya juga." Ia lalu mengecek kantong jaketnya. "lho ini dia?"

"Ah ketemu!" Kataku bersyukur. Tuhan berpihak padaku~

"Kalau begitu, terimakasih senpai!" Katanya lalu masuk ke kelasnya yang dekat.

"Nah, aku tidak akan terlamー"
.

.

KRIIIIIINNNGGGG!!!!

.

.
Dimana keberuntunganku tuhan?

Jika hanya terlambat, mungkin bisa dimaafkan tapi,

Aku OSIS.

Sekarang pelajaran ibu ekspresi datar, Ibu Tini. Dan yang lebih penting aku tidak piket.

Lengkap sudah masa sial pagiku.

( ̄・Θ・ ̄)

PianisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang