The Letter

45 5 2
                                    

Sakura POV

Aku termenung di kursi belajarku. Memikirkan apa yang sudah terjadi di sekolah tadi pagi.

Aku menjadi bahan ejekan oleh Franda dan gengnya, dia adalah anak perempuan paling sombong, paling centil, paling sok dan paling kaya di kelasku.

***

"Lihat, tuh, Sakura! Si anak palsu! Kasihan, dia belum tahu bagaimana rasanya punya ibu!" Ejek Franda.

***
Sakura POV

Aku sangat muak kepadanya. Kenapa dia selalu mengejekku dengan sebutan 'anak palsu'? Apa ada kaitannya denganku? Aku ini, kan, anak angkat. Lagipula, apa tujuannya mengejek teman?

1 tahun telah berlalu semenjak kepergian Alice ke Melbourne, Australia. Aku penasaran bagaimana keadaannya disana. Apakah baik atau buruk? Aku berharap itu baik.

Oh, iya! Kenapa aku tidak mengirimkan surat kepadanya? Kalau tidak salah alamat rumahnya di Franklin Street No. 27.

Aku segera mengambil pulpen, dan secarik kertas.

Alice, apakah kau masih mengingatku? Aku Sakura Kinaoki, sahabatmu yang dulu. Bagaimana keadaanmu disana? Baik atau buruk? Aku harap saja baik. Alice apakah kau sudah menemukan sahabat baru? Aku harap sudah. Semoga tidak terjadi hal buruk dengan keluargamu. Aku harap kau bisa bergaul dengan teman-temanmu.

Sekian dariku,

Sakura Kinaoki.

Sekarang, tinggal dimasukkan ke amplop dan aku harus beramgkat ke Post Office.

***

1 Minggu kemudian ....

TING TONG! Terdengar suara bel yang ditekan. TING TONG! Lagi-lagi bel itu ditekan oleh seorang pria. Pria itu berseragam dan memakai topi, dan di tangannya terdapat sebuah amplop kecil putih dan bersih.

Krieek, pintu rumah tersebut di buka oleh anak yang berumuran sekitar 13 tahun. Seorang anak perempuan yang berambut  pirang , di rambutnya terdapat jepit berwarna pastel dan memakai baju yang berwarna pastel juga.

"Here." Pria itu menyerahkan amplop ke anak perempuan tersebut.

"What is this?" Tanya sang anak perempuan.

"It is a lettet from London, English." Jawab pria tersebut. "Excuse me, I have to go." Lanjut sang pria.

Sang pria itu lalu segera menaiki sepedanya dan pergi entah kemana.

Anak perempuan tadi segera menutup pintu dan berjalan menuju kamarnya. Ia duduk di kasurnya yang mewah, dan membuka isi amplop yang ia pegang, lalu dibacanya dengan perlahan dan seksama.

Tiba-tiba senyum terlihat di raut wajahnya.

***
Hai readers! Bagaimana ceritanya? Bagus? Berikan vote dan comment, ya! Agar ceritanya bisa diperbaiki! Okay, see you in the next part! Bye!

Next Part: A message from Australia.

My Name is SakuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang