Bagian 2

2K 100 6
                                    

Ponsel Kinal tiba-tiba berteriak minta diangkat. Ini sudah cukup malam, tapi Ve malah menelponnya seakan hari masih panjang.

Kinal!” suara Ve langsung terdengar di telinga Kinal yang mulai mengantuk.

“Em?”

Bete, nih!” gerutu Ve.

“Tidur sana, biar betenya istirahat juga.” Sudah seharian ini Ve terlihat bete.

Ih.. Belum ngantuk! Masih bete sama kak Eka.

Kinal menguap. “Ya, terus aku harus gimana? Mungkin kak Eka lagi sibuk hal lain kali. Dia gak harus duapuluh empat jam ngasih kabar ke kamu, kan?”

Aaa.. Kinal, bete! Belum jadian ajah, udah bikin bete. Cari yang lain ajah kali, ya?” ucap Ve yang entah Kinal mendengarnya atau tidak. “Eh, kemarin facebook aku ada yang nge-add loh, Nal! Orangnya, ganteng banget. Namanya Farish, orang Bandung.

“Itu pacarnya Frieska, temen sekelas aku,” jelas Kinal dengan suara lemah.

Yah...” Ve terdengar kecewa. “Aku makin bete, dong?” Tak terdengar suara balasan dari Kinal. “Kinal! Kinal! Kakak! Kakak Kinal!” panggil Ve.

“Apaan sih, Ve? Manggil aku ‘kakak’ segala. Lagi ada maunya, begini nih!” ucap Kinal masih dengan mata terepejam.

Gak bisa tidur,” ucap Ve manja.

Kinal mendengus pelan. Dia tak bisa membiarkan Ve terjaga sepanjang malam. Kantung mata anak itu sudah terlalu berat bila harus membesar lagi. “Ya udah, aku nyanyi sampai kamu tidur.”

Yeay! Kakak Kinal, emang paling baik. Kesayangan banget, deh!” ucap Ve dengan manjanya.

Deg! Tanpa Ve sadari, kata-katanya telah membuat jantung Kinal berdetak dengan cepat.

Kinal membuka kembali matanya dan mengatur detak jantungnya agar kembali normal. Butuh waktu cukup lama untuk Kinal agar dirinya kembali tenang. Entah mengapa dia merasa senang mendengar kalimat terakhir yang Ve ucapkan.

Kak?” suara Ve kembali membuat hati Kinal berdebar.

“Iya. Bentar, Ve! Bingung nih, mau nyanyi lagu apaan,” elak Kinal menutupi kegugupannya. Kinal mengehala nafas panjang sebelum mulai menyanyikan sebuah lagu pengantar tidur untuk Ve.

“Tenanglah... Kekasihku...Ku tahu hatimu menangis... Beranilah... Dan percaya... Semua ini pasti berlalu... Meski takkan mudah... Namun kau takkan sendiri... Ku ada disini...” ~Afgan Syahreza – Untukmu Aku Bertahan~

Entah mengapa Kinal memilih lagu itu. Mungkin lagu itu yang tepat untuk mengutarakan isi hatinya saat ini. Tapi apakah Ve mengerti?

“Ve?” panggil Kinal ketika lagu yang dia nyanyikan telah selesai. “Ve?” sekali lagi Kinal ingin memastikan apakah Ve masih terjaga atau sudah terlelap, namun Ve tidak juga membalas. “Beneran udah tidur, nih?” Tak terdengar balasan dari ujung sana.

Kinal menghembuskan nafas lega, seakan dia sudah menahan itu sejak tadi. “Selamat malam, bidadariku. Selamat beristirahat dan mimpi indah. Aku sayang kamu, Ve.” Kinal menutup ponselnya dan menarik kembali selimutnya sebelum memejamkan mata.

Yang dia harapkan, Ve tidak mendengar kalimatnya yang terakhir, dia takut Ve menganggapnya tidak normal karena memiliki perasaan kepada sesama jenis. Namun dia berfikir bahwa rasa sayang ini masihlah wajar. Seperti seorang sahabat atau seorang kakak kepada adiknya. Jadi dia biarkan saja rasa ini mengalir apa adanya.

***

Ve P.O.V

Aku baru saja terbangun ketika sebuah sinar menusuk kearah mataku. Perlahan aku membuka mata dan melihat darimana cahaya itu berasal. Lidya yang masih menggunakan piama kucingnya, membuka gorden jendela kamarku.

Di Antara Kita [Editing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang