Bagian 7

1.5K 80 5
                                    

Pagi-pagi sekali Kinal dan peserta seleksi atlet Taekwondo untuk Porda sudah berkumpul di GOR kota. Hampir 70 orang mengikuti seleksi hari ini. Jelas ini adalah tantangan yang berat untuk Kinal-terlebih dia juga harus bersaing dengan teman-teman se-unitnya.
Sebelum berangkat tadi, Ve sudah menelponnya untuk memberikan dia semangat. Itu sangat berarti untuk Kinal. Sudah seminggu ini dia dan Ve jarang sekali bertemu karena dia harus mempersiapkan mental dan fisiknya untuk mengikuti seleksi hari ini. Sekarang adalah kesempatan emas untuknya agar mimpinya segera tercapai.
"Jangan tegang gitu, Shan!" seru Kinal sambil menepuk bahu Shania.
Shania tersenyum kaku, "Kamu keliatannya semangat banget."
"Aku udah lama nunggu hari ini. Tahun lalu aku kalah pas seleksi gara-gara aku terlalu tegang, tapi hari ini aku bakalan ngasih yang terbaik," jelas Kinal sambil tersenyum manis-senyuman yang membuat Shania juga merasa lebih bersemangat.
Mereka pun mengikuti upacara pembukaan seleksi dan mendengar beberapa pengarahan dari panitia. Hari ini adalah test fisik. Peserta akan ditest kecepatan, kecekatan dan daya tahannya. Test ini pernah Kinal lakukan di tahun sebelumnya, sehingga dia sudah menyiapkan staminanya sebaik mungkin. Sesekali dia melihat Shania yang juga tak mau kalah dalam test ini.
Test hari ini selesai. Besok mereka masih ada test teori. Lalu lusa mereka baru akan mengikuti test akhir, yaitu kyorugi (*kyorugi : tarung/fight). Namun untuk bisa sampai ke tahap akhir saja mereka harus berusaha keras karena banyaknya pesaing lain.
Kinal bernafas lega sambil menghapus keringat di wajahnya yang bercururan, sudah lama dia tidak melakukan kegiatan sekeras ini. Dilirik ponselnya yang sedari tadi dia tinggalkan di dalam tas. Ada beberapa pesan masuk.
Kinal tersenyum ketika mengetahui semua pesan yang diterimanya itu dari orang yang sama, Ve.
"Udah selesai seleksinya?"
"Gimana hasilnya?"
"Belum selesai ya?"
"Kalau udah selesai jangan lupa kabarin aku."
"Kamu beneran belum selesai?"
Kinal hanya menahan tawa sambil membayangan ekspresi kebosanan Ve yang menunggu kabar darinya. Ditekan olehnya tombol hijau dan menempelkan ponselnya di telingan sambil menunggu telepon itu tersambung.
"Halo, Kak!" seru Ve bersemangat, bahkan sebelum Kinal mengatakan apapun.
"Iya, De?"
"Cuma gitu doang tanggepannya?" tanya Ve seakan kecewa karena Kinal tidak langsung mengerti rasa penasaran dan kecemasannya. Ah tidak. Ini lebih tepatnya rasa rindu.
"Aku harus gimana?" tanya Kinal datar.
Ve mendengus kesal, "Terserah."
"Aku baru ajah selesai test fisik. Jadi aku baru bisa ngabarin kamu. Kenapa? Kangen, ya?" ledek Kinal.
"Iya. Kalau iya, emang kenapa?"
Deg! Sebenarnya pertanyaannya barusan hanyalah candaan. Tapi mengapa jawaban Ve malah membuatnya merasa sangat bahagia? Tidak. Ini suatu yang wajar. Mereka yang biasanya sering menghabiskan waktu bersama dan seminggu ini jarang sekali bertemu, wajar saja mereka saling rindu.
"Kak?" suara Ve membuat lamunan Kinal buyar.
"Iya?"
"Langsung pulang. Jangan keluyuran dulu."
"Iya, bawel! Aku gak kaya kamu!"
Mereka mengakhiri pembicaraan mereka. Kinal segera mengambil baju gantinya dan pergi ke kamar mandi.
Sementara sedari tadi tanpa Kinal sadari, Shania sedang memperhatikannya dengan tatapan sendu.

***

Akhirnya hari ini Kinal bisa pulang bersama Ve, walau dia tetap harus pergi ke GOR kota. Arahnya memang sama, tapi Kinal harus menaiki angkutan lain di perempatan taman kota. Tak apa, yang penting mereka bisa bersama walau hanya sebentar.
Ve meminta Kinal menceritakan pengalamannya saat seleksi hari kemarin. Sambil terus bercerita, mereka berjalan menuju gerbang sekolah. Ve kadang tertawa atau mengomel disela cerita Kinal.
Tin! Sebuah suara klakson motor menghentikan cerita Kinal. Mereka berdua langsung menoleh pada motor yang kini berada berdampingan dengan mereka.
"Kak Doni?" ucap Ve saat lelaki bermotor itu membuka kaca helmnya.
"Mau pulang bareng, Ve?" tawar Doni dengan senyum tulusnya.
Ve melihat kearah Kinal yang berdiri di sampingnya. "Aku mau pulang sama Kinal hari ini," jawab Ve sambil menggandeng tangan Kinal.
Kini Kinal yang langsung menoleh pada Ve, "Aku hari ini masih ada test. Kamu kalau mau pulang sama..."
"Aku mau pulang sama kamu hari ini," sela Ve sambil menatap mata Kinal.
Doni mengangguk, "Ya udah, gak papa. Mungkin lain kali ajah. Aku duluan, ya?"
"Iya," jawab Ve terdengar tak acuh.
Doni pun berlalu bersama motornya.
"Kenapa?" tanya Ve pada Kinal yang masih menatapnya.
"Gimana hubungan kamu sama dia?" tanya Kinal ketika mereka menaiki sebuah angkot. Tadinya Kinal memang tidak berniat tau tentang hubungan Ve dan Doni. Tapi setelah melihat sikap Ve pada Doni barusan, membuat Kinal menjadi penasaran.
"Belum ada kemajuan," jawab Ve. "Malah akhir-akhir ini dia sering banget ngilang."
"Oh." Kinal tidak tau harus berkomentar apa. Karena nampaknya Ve juga tidak begitu tertarik dengan pembicaraan itu. Biarlah itu menjadi pilihan Ve, bukan urusan Kinal sepenuhnya.

Di Antara Kita [Editing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang