Bagian 5

1.6K 78 6
                                    

Hari demi haripun berlalu. Ve terkadang masih sering terlihat melamun. Tapi Kinal sudah meminta Shania untuk mengalihkan perhatian Ve disaat Kinal tidak berada di sampingnya. Pertemanan antara Kinal dan Elaine agak sedikit berubah. Seperti ada seutas tali yang memisahkan mereka. Tapi Kinal berusaha sebisa mungkin untuk bersikap biasa saja pada teman sekelasnya itu. Dia tidak suka memiliki hubungan tidak baik dengan orang lain, apalagi temannya sendiri.
Seperti biasa, ketika Kinal masuk ke kelas sudah ada sekerumpulan siswi yang sedang bergosip ria—Elaine juga ikut serta. Kinal yang tak acuh hanya berjalan dan duduk di bangkunya. Dilihat lagi jam tangannya. Masih cukup lama sebelum bel masuk berbunyi.
Tak lama kemudian datang seorang teman sekelasnya, Viny dengan langkah yang tergesa-gesa. Dia langsung duduk diantara kumpulan siswi-siswi lainnya. “Ada kabar baru,” ucapnya sambil mengatur kembali nafasnya.
“Kabar atau gosip?” tanya Elaine dengan wajah penasaran.
“Ini kabar real, bukan gosip!” jelas Viny yang langsung membuat teman-temannya menatapnya dengan penuh tanya. “Ternyata, si Farish pacarnya Frieska itu sebenernya Ghaida!”
Kata-kata Viny barusan sontak membuat semua yang mendengarkannya terkejut—termasuk Kinal yang samar-samar mendengarnya.
“Jadi, kemarin kalian semua liat kan status BBMnya Frieska itu ‘I love you so much Frieska’? Nah, pas aku telpon Frieska buat nanyain tugas matematika yang ngangkat malah Ghaida. Katanya mereka lagi tukeran handphone,” penjelasan Viny jelas membuat teman-temannya kaget. “Bukan cuma itu. Kalian juga tau kan kalau Frieska suka dapet coklat katanya dari siapa? Ghaida, kan?”
Mereka semua mengangguk karena ucapan Viny itu memang benar.
“Mereka juga sering banget jalan-jalan bareng,” ucap salah satu dari mereka.
“Jadi selama ini Frieska tau kalau Farish itu cewe, dan dia tetep ngelanjutin hubungan terlarang itu seolah itu hal yang normal karena orang-orang gak tau kalau Farish itu Ghaida,” simpul Elaine yang tidak menyangka temannya melakukan hal itu.
“Bener, tuh! Berarti kita selama ini dibohongin sama foto-foto ganteng Farish. Mungkin ajah dia ngambil foto orang lain buat nutupin kelakuan aslinya yang ternyata lesbian,” ucap Viny dengan wajah yang terlihat jijik dengan hal seperti itu.
“Tunggu!” Elaine terlihat berfikir, “Kalau Farish itu Ghaida, berarti Ryan siapa, dong?”
Semua teman-temannya juga ikut berfikir kemungkinan yang terjadi.
“Ryan juga Ghaida, Laine.” Kini Kinal juga ikut berkomentar. Semua mata kini tertuju padanya. “Waktu Ryan bilang mau ngasih jaket ke kamu, Ghaida kan yang nganterin? Sebenernya itu bukan karena dia kebetulan ketemu sama Ryan, tapi emang itu dari dia. Dia gak mungkin bisa ketemu sama kamu dengan identitas dia yang sebenarnya, kan?” Penjelasan Kinal cukup masuk akal.
“Terus pas Frieska bilang dia udah ketemu Farish gimana?” tanya Elaine.
Kinal berfikir sejenak, “Mungkin sebenernya mereka belum ketemu, tapi Frieska gengsi bilang ke kalian. Menurut aku Frieska tau identitas asli Farish itu pas Elaine udah putus sama Ryan. Kan gak mungkin juga Frieska ngebiarin Ghaida masih punya hubungan sama orang lain.”
Viny mengangguk setuju, “Berarti Frieska juga lesbi, dong?”
“Aaaa!” Elaine berteriak, “Berarti dulu aku pernah jadian sama cewe, dong?”
“Hey! Lagi ngomongin apaan, nih?” tanya Frieska yang baru saja masuk ke kelas.
Semua orang bungkam dengan wajah kaku.
“Kamu juga pasti bisa kok buat masuk Porda, Laine!” seru Kinal untuk menutupi pembicaraan mereka agar Frieska tidak curiga.
Elaine menatap Kinal yang kini tersenyum padanya—seolah tidak terjadi apapun. “Kita berjuang sama-sama. Kalian doain aku sama Kinal, ya?” ucap Elaine yang mengerti maksud Kinal.
Teman-temannya pun hanya tersenyum kaku dan mengangguk.
Frieska juga ikut tersenyum dan mengangguk. Dia sama sekali tidak curiga pada teman-temannya.
Kinal hanya tersenyum sinis sambil mengingat lagi cerita tentang Frieska dengan Ghaida. Dari awal dia memang sudah merasa ada hal yang ganjil dari kemunculan Farish. Sungguh kotor sekali cara Ghaida, fikir Kinal.

***

“Kamu serius, Nal?” tanya Ve yang terkejut dengan cerita Kinal tentang Frieska dan Ghaida. “Untung aku gak jadi ngedeketin Farish.”
“Emang jangan! Ngapain juga ngedeketin orang gak jelas gitu?” ucap Kinal yang kini cemberut.
Ve tersenyum melihat wajah jelek Kinal, “Apaan, sih? Aku gak bakalan ngelakuin hal-hal sebodoh itu. Aku kan pinter. Tapi sumpah ini ngagetin banget loh, Nal!”
“Ya, udahlah. Bukan urusan kita juga,” ucap Kinal.
“Hari ini bisa anterin aku ke toko kue, gak?” tanya Ve dengan nada manja.
Kinal mengangkat sebelah alisnya, “Mau beli kue buat siapa?”
“Mama.”
Kinal diam seolah berfikir sambil bergumam pelan.
“Gimana?” tanya Ve sekali lagi. “Ayo dong, Kak!”
“Gimana kalau kita bikin ajah?” tawar Kinal.
Ve tertawa mendengar tawaran Kinal. “Kamu emang bisa?”
Wajah Kinal langsung berubah kecut, “Ngeledek.”
“Bukan ngeledek, aku nanya,” ucap Ve sambil menahan tawanya.
“Aku pernah liat mama buat kue. Kalau gak percaya sama aku, kita bisa minta bantuan sama mama.”
Ve mengangguk, “Kalau buatan mama kamu, aku percaya kalau kuenya bisa dimakan.”
“Aish...” Kinal kembali cemberut kesal karena ledekan Ve.

Di Antara Kita [Editing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang