Bagian 9

2.8K 125 26
                                    

“Aku lagi sama Shania mau ngeliat Kinal latihan. Kok kamu gak percaya, sih?” jelas Ve pada Doni melalui via suara. Terdengar suara Doni yang mengomel di ujung sana karena Ve meninggalkannya tanpa pesan saat pulang sekolah tadi.

“Ve.” Suara Kinal membuat Ve menoleh. “Biar aku yang ngomong sama Doni,” ucap Kinal sambil mengulurkan tangannya pertanda meminta ponsel Ve.

“Nih, kalau gak percaya!” seru Ve pada Doni sebelum memberikan ponselnya pada Kinal.

“Halo, Don! Ve lagi sama gue,” jelas Kinal.

“Gue cuma khawatir kalau Ve main keluar gak jelas.” Terdengar suara kekhawatiran dari Doni.

Kinal mengerti. Wajar bila Doni tidak ingin hal buruk terjadi pada perempuan yang baru beberapa hari ini menjadi pacarnya setelah dia menunggu jawaban sebulan penuh lamanya. “Dia ada sama gue. Dia baik-baik ajah, kok.”

Doni bernafas lega, “Gue percaya kalau dia sama lu, Nal. Lu gak mungkin bakalan nyakitin dia, lu juga udah nganggep dia kaya sodara lu sendiri. Gue cuma takut Ve gaul sama orang-orang yang gak bener. Lu tau sendirikan jaman sekarang pergaulan udah pada gak jelas. Apalagi kabarnya di sekolah banyak yang suka sesama jenis. Gue gak mau kalau Ve sampa kena begituan.”

“Lu bisa percaya sama gue, Don! Gue gak bakalan sampai ngebawa Ve kearah yang gak bener. Gue juga bukan lesbi. Dan gue yakin Ve juga masih normal.”

“Iya, gue percaya sama lu. Gak kebayang juga kan, kalau Ve deket sama orang kaya gitu? Bisa gue pukulin abis-abisan tuh orang. Tapi karena ada lu, gue percaya.” Doni nampak besungguh-sungguh mengucapkannya.

Kinal tersenyum tipis dan melihat kearah Ve yang nampaknya menunggu ponselnya dikembalikan. “Mungkin Ve gak pacaran sama gue, tapi kayanya sekarang malah kita yang keliatan pacaran. Ve udah ngeliatin gue sinis gitu,” gurau Kinal sambil mengacak-acak pelan poni Ve dan mengambalikan lagi ponselnya pada Ve.

Ve mencibir Kinal sebelum kembali berbicara sebentar pada Doni dan memutuskan teleponnya. “Tadi Doni ngomong apaan?”

Kinal hanya mengangkat bahunya dan tersenyum penuh misteri, membuat Ve hanya bisa memendam rasa penasarannya. Nampaknya Kinal tidak akan menjawab pertanyaannya.

***

Bayangan akan kejadian itu masih teringat di kepala Kinal. Hal itulah yang membuat dia berkata bohong pada Doni saat di cafe tadi. Hanya itu jalan terbaik yang bisa Kinal lakukan. Dia tidak bisa membayangkan bila Doni tau bahwa Ve sedang bersama Ghaida. Mungkin hal yang lebih buruk akan terjadi pada Ve.

Kinal tau rasa emosi Doni saat itu. Tapi dengan menampar Ve pun tidak akan menyelesaikan semuanya. Yang ada hanya menyulut rasa emosi Kinal yang tidak terima sahabatnya disakiti siapapun. Semua hal ini benar-benar membuat Kinal setres dan kacau.

“Nal,” Shania duduk disamping Kinal sambil memberi Kinal segelas air. Hari ini dia memilih tidak mengikuti latihan setelah melihat kejadian di cafe tadi. Kinal sangat membutuhkan teman untuk menenangkannya saat ini.

Kinal menatap kosong gelas di tangannya. Ve. Bagaimana keadaan dia saat ini? Pasti dia sangat terpukul dan kacau seperti Kinal saat ini.

“Kamu udah berbuat yang terbaik, Nal.” Shania tidak kuat melihat kondisi Kinal yang sepert ini. Kinal lebih buruk dari kondisinya saat setelah kecelakaan kemarin.

“Ve, dia pasti gak baik-baik ajah kan, Shan?”

“Aku bingung sama kalian semua ya! Ricky nyia-nyiain Elaine. Elaine juga nyia-nyiain kak Eka. Kak Eka bodoh malah ninggalin Ve. Sekarang Ve juga nyia-nyiain kamu. Dan kamu...” Shania menatap Kinal dalam-dalam seakan berharap Kinal akan mengerti isi hatinya.

Di Antara Kita [Editing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang