Part 28

4.4K 176 3
                                    

"Tan?"

"Lo? Ngapain?"

"Gue mau lihat kondisi lo."

"Seperti yang lo liat,Gue baik-baik aja, lo ga perlu buang-buang waktu lo,buat liat kondisi gue". Jawab Tania tegas dan berusaha menunjukkan bahwa kondisi dirinya terlihat sehat. Rasanya kesal sekali melihat nya.

Rey memperhatikan tubuh perempuan yang berdiri di depan nya ini, Ia terlihat kurus, dan pucat. Sudah jelas-jelas Ia tidak baik-baik saja.

"Dan sekarang lo udah liat keadaan gue! bisa tinggalin gue sendiri? Ini udah sore, mending lo balik".

Rey tertegun mendengar nya, dan memperhatikan mata perempuan di depan nya ini. Ia terlihat serius mengucapkan nya.

Rey menarik nafas panjang dan membuang nya keras "Maafin gue" Ujarnya.

"Udah yah, gue capek, mau tidur" Ujar Tania dan menutup pintu rumah nya, namun di tahan oleh Rey.

"Tan,plis maafin gue" Ujar Rey lagi dan menahan pintu agar tidak dapat di tutup oleh Tania.

Tania pun akhirnya menyerah dan melepaskan genggaman nya dari gagang pintu.

"Mau lo apa sih? Kemarin lo minta gue jauh-jauh dari kehidupan lo!"

"Dan sekarang lo berdiri di depan gue, seolah-olah lupa dengan perkataan lo kemarin!."

"Oh atau,Lo lupa kemaren lo ngomong apa sama gue?!"

"Tan, plis udah,gue minta maaf" Ujar Rey tak tahan melihat Tania bersikap seperti ini.

"LO BILANG! LO GA SAYANG SAMA GUE! DAN LO MINTA GUE PERGI DARI HIDUP LO!" Teriak Tania dengan tubuh gemetar menahan tangis campur amarah.

"Tapi sekarang apa?! Lo sendri yang datang ke gue, disaat gue akan benar-benar jauh dari lo. Jangan seenak itu! Lo datang, pergi, lalu datang lagi semau lo!" Teriak Tania kesal, mengeluarkan semua perasaan sedih, kesal yang selama ini Ia pendam.

"Gue juga punya perasaan yang harus di jaga, kalo lo ga bisa jaga perasaan gue, Biar gue aja yang menjaga perasaan gue dengan menjauh dari lo, itu lebih dari cukup menjaga perasaan gue."

Rey mengusap wajah nya kasar, frustasi. "Gue tahu, gue sadar dan gue masih ingat sama ucapan gue kemarin, gue tahu gue salah"

"Maafin gue, please jangan menjauh dari gue" Ujarnya lagi.

"Bodoh ya gue. Terlihat lemah banget di depan lo!" Ucap Tania.

"Tan..." Panggil Rey, merasa permintaan maaf nya diacuhkan.

"Bisa tinggalin gue sendiri?"Tanya Tania. Saat ini Ia memang hanya perlu waktu sendiri.

Tanpa menunggu jawaban dari Rey, Tania segera menutup pintu nya pelan. Tanpa ada perlawanan dari Rey. Ia pun merosot di balik pintu, tak tahan menahan kaki nya yang sedari tadi lemas. Air mata yang sedari tadi Ia tahan agar tidak keluar, sekarang pun keluar.

Rey berusaha mengerti. Ia tahu ia memang pantas mendapat perlakuan seperti ini dari Tania.

Tapi bukan berarti Ia menyerah menerima perlakuan yang tidak menyenangkan dari Tania. Semua ini tidak sebanding dengan perilaku diri nya, yang menyakiti Tania berulang-ulang.

Sudah saat nya Ia lah yang berjuang.

♥♥♥

"TREEEENG!"

Terdengar suara keras dari alat musik Piano yang di mainkan oleh Tania.

Ia menekan kesal Not piano kencang, menghempaskan kepala nya di atas Not Piano. Sudah berjam-jam Ia duduk di hadapan Piano dan bermain, berharap dengan bermain alat musik yang selama ini Ia senangi dapat memperbaiki perasaan nya.

Love Is Not A ToyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang