My Destiny - Chap 3

79.7K 5.7K 97
                                    

Sudah jam 8 pagi.

Hari ini Damian harus ke kantor. Ternyata dia tetap tidak bisa mencurahkan seluruh waktu dan perhatiannya untuk Abby. Dia harus tetap ke kantor mengurus semua tanggung jawabnya sebagai seorang CEO. Andai boleh memilih dia ingin menjadi pilot. Itu cita - citanya saat masih kecil dulu. Sejak kecil dia biasa hidup di tengah mesin - mesin pesawat. Tapi dia adalah putra sulung Derrick Anthonio Schiffer. Pengusaha aerodinamic paling sukses di Jerman. Jadi dialah penerus ayahnya. Bukan sebagai pilot tapi sebagai seorang CEO. Menjadi pilot atau yang lainnya tidak ada di kamus keluarganya. Mereka ditakdirkan menjadi pengusaha. Kecuali kau seorang perempuan. Dan gen keluarga besarnya lebih menang gen laki - laki. Saat ini hanya Abby satu - satunya perempuan keturunan keluarga besar Adams.

Damian turun dari kamarnya dan langsung menuju kamar Abby.

"Pagi sayang," Damian mencium kening Abby lembut.

"Pagi Kak."

Agna sedang menyisir rambut panjang Abby.

"Perawatmu belum datang?" alisnya berkerut.
Bukankah sebagai perawat Abby gadis itu harusnya di sini dari pagi?

"Kimmy datang siang. Dia harus ke kampus pagi ini."

"Dia masih kuliah?"

Abby mengangguk.

"Pendidikan dokter lanjutan."

Wow...
Damian takjub. Gadis kecil itu seorang dokter?

"Lalu kenapa dia memilih jadi perawatmu? Bukankah berarti dia sudah punya gelar sarjana kedokteran?"

"Ya, dia pernah ditawari jadi asisten dokter. Tapi dia belum mau jadi dokter kalau belum menyelesaikan spesialisnya."

Damian menerawang.
Cool...

"Apa yang kau pikirkan kakakku Sayang? Hmm... Jangan - jangan..." goda Abby sambil tertawa - tawa.
Damian memutar bola matanya.

"Sugarr..." katanya mengingatkan. Abby masih tertawa cekikikan.

"Aku harus ke kantor hari ini Sugar. Kau..."

"Tidak apa - apa. Aku dan mommy - mommyku akan belanja hari ini," Abby memotongnya riang. Damian tersenyum. Harusnya dia tahu Abby tidak akan kesepian di sini. Ada ibunya. Ada aunt Maddy.

"Ya sudah, aku berangkat dulu ya," Damian mencium pucuk kepala Abby.

"Tidak sarapan dulu?"

Damian menggeleng.

"Kebiasaan jelek. Kakak bawa bekal saja okey?"

"Aku bukan anak kecil sayang."

Abby memutar bola matanya.

"Agna siapkan sandwich tuna untuk kakakku ya. 4 potong. Juga susu."

"Ya Fräulein, " Agna keluar kamar menyiapkan apa yang diperintahkan nona mudanya.

"Sugar..."

Abby melotot menatapnya. Damian mendesah dan mengacak rambut Abby.

Andai Abby menjadi istrinya, dia pasti akan dibawakan bekal setiap hari. Akan dimasakkan makan malam begitu dia pulang kantor. Akan...

"Kakak, why you're smilling like an idiotic person?"

Damian terkekeh dan mendorong kursi roda Abby tanpa menjawab pertanyaannya. Keluarganya sudah duduk di meja makan.

"Pagi Mom," sapa mereka bersamaan. Ibu Damian dan Ibu Abby berpandangan sejenak sebelum tersenyum dan menjawab bersamaan.

"Pagi sayang - sayangnya Mommy."

MY DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang